Minggu, 19 April 2015

Bentuk-Bentuk Societas

Bentuk-Bentuk Societas
            Filsafat sosial mempunyai kemungkinan untuk mengartikan dan memperkembangkan beberapa prospek sosialitas yang otonom. Yang dimaksud dengan sosialitas ayang otonom adalah sosialitas yang dipandang secara utuh dan mandiri karena mencukupi dirinya sendiri dengan perangkat-perangkat penjelasan untuk berkembang dan mencapai kesejahteraannya yang penuh. Prospek sosialitas semacam ini disebut dengan kelompok-kelompok sosietas (Van Passen).
Ciri hakiki dari kelompok sosietas ini adalah hidup dan berkembang.  Ia bersifat organis karena mampu mengatur diri ke arah yang lebih baik. Kelompok sosietas bersifat organis karena di dalam kelompok itu terjadi hubungan antar anggota-anggota kelompok untuk mempertahankan dan memperkembangkan kehidupan kelompok itu menuju cita-cita yang mereka tetapkan. Kelompok sosietas juga bersifat otonom karena tidak ada suatu kuasa yang lain di atas kelompok itu yang menentukan arah gerak dan perkembangan mereka. Mereka sendirilah yang menetapkan dan menentukan arah dan gerak perkembangan mereka. Ciri organis dan otonom ini memperlihatkan kekhasan sosietas manusia dibanding dengan kelompok-kelompok binatang yang tidak mempunyai otonomi dan tujuan organisasi.
Bentuk-bentuk kelompok sosietas secara empiris nampak sebagai „keluarga“, „negara“, „religi“ dan „budaya“. Namun pembedaan kelompok sosietas ini terjadi secara analitis dan tidak secara realitas, karena keempat kelompok tersebut dalam kenyataannya terjadi saling tumpang tindih (overlapping). Misalnya Teuku Muhammad berasal dari keluarga tertentu, berlatar belakang budaya Aceh, mempunyai religi tertentu yakni Islam dan sebagai warga negara tertentu yakni Indonesia. Setiap orang bagaimanapun secara hakiki terikat pada keempat bentuk sosietas tersebut.

Hubungan sosial  pada keempat kelompok tersebut mengarahkan diri pada perwujudan kesejahteraan manusia dalam segala taraf dan dimensinya. Berdasarkan perbedaan kepentingan nilai dan makna yang ada pada setiap kelompok, perwujudan kesekahteraan itu mendapat penekanan yang berbeda-beda. Interaksi antar kepentingan nilai dan makna ini mewarnai seluruh interaksi sosial antara keempat kelompok itu. Berikut secara singkat akan dipaparkan perbedaan keempat kelompok sosietas tersebut.
1.Kelompok Keluarga
Keluarga merupakan bentuk sosietas terkecil, terdiri atas pria dan wanita yang mengikatkan diri untuk hidup bersama secara eksklusif dan mengembangkan kesejahteraan bersama. Corak hubungan sosial dalam kelompok ini adalah menekankan pada intimitas dan hubungan personal. Kekhasan kelompok ini adalah ikatan yang berupa penerimaan pribadi partner sehingga ini pula yang menjadi ciri kelompok ini yaitu kehidupan berpasangan (partnership). Hubungan dalam keluarga pada perkembangan sejarah mengalami berbagai bentuk seperti poligami, poliandri dan juga monogami.
2.Kelompok Negara
Kelompok ini merupakan  bentuk sosietas yang menekankan segi praktis dalam rangka perwujudan kehidupan bersama. Negara meliputi masyarakat manusia dalam suatu teritori dengan batas-batas yang jelas. Kesejahteraan bersama diusahakan oleh suatu pemerintahan yang diakui baik sebagai wakil kekuasaan ilahiah yakni negara feodal; maupun wakil dari masyarakat tersebut, yaitu negara demokrasi modern. Pelaksanaan praktis dimaksudkan untuk kepentingan umum (res publica) dan diwujudkan melalui penyelenggaraan hukum dan undang-undang. Hukum dan undang-undang tersebut bia diterima begitu saja, misal dalam negara feodal, dan bisa pula diterima karena disetujuai bersama melalui pengesahan bersama, misal dalam negara modern. Sejak masa Plato sampai masa Aufklärung, filsafat sosial banyak didominasi oleh filsafat negara.

3.Kelompok Budaya
Kelompok ini merupakan bentuk sosietas yang ditandai dengan kesamaan identitas secara fisik atau setidaknya yang terungkap dalam wujud-wujud material. Identitas fisik tersebut bisa dalam bentuk fisionomi, seperti ciri-ciri fisik, wajah, mata, bentuk kepala dan sebagainya; maupun dalam bentuk hasil-hasil budaya, seperti patung, anyaman dan bangunan.
Kesamaan identitas fisik ini tidak mengingkari kenyataan adanya kebersamaan dalam hal-hal yang lebih abstrak seperti pandangan hidup, kepercayaan, cara berpikir, susunan masyarakat dan sebagainya. Akan tetapi ciri-ciri yang lebih abstrak ini tidak dapat ditangkap sebagaiidentaitas bersama kecuali terungkap dalam wujud fisiknya.
Kesejahteraan kelompok ini diperoleh dalam pengolahan dan penggarapan dunia. Kepentingan kelompok ini adalah kelestarian ciri-ciri yang menjadi identitas tersebut. Karena itu tradisi yang merupakan khasanah identitas dalam kelompok ini menjadi sangat penting.
Dalam pengertian yang demikian ini, filsafat sosial menjadi overlapping dengan filsafat kebudayaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa filsafat sosial mengupas kegiatan manusianya yang mengolah dunia bersama-sama. Sementara itu, filsafat kebudayaan mengupas hasil kegiatan manusia tersebut.

4.Kelompok religi
Kelompok ini merupakan bentuk sosietas yang ditandai dengan kepercayaan terhadap Yang Ilahi atau yang Transenden. Yang Ilahi tersebut diterima sebagai dasar dari segala sesuatu, terutama manusia, dan tujuan dari kesejahteraan terakhir.  Kelompok ini terbentuk dilatarbelakangi oleh rasa kecil manusia berhadapan dengan kebesaran yang tak terbatas dari Yang Ilahi. Ciri khas dari kelompok ini adalah adanya cita-cita dan harapan akan kesejahteraan yang mutlak dan terakhir, atau yang ideal, yang dapat dicapai oleh manusia.


GOOGLE search
Custom Search

Google search

Custom Search