Minggu, 05 April 2015

Epistemologi Alfred Jules Ayer

Dalam perkembangannya, pada abad ke-20 M muncullah sebuah aliran filsafat ilmu pengetahuan yakni positivisme logis, dimana positivisme logis (neopositivisme) ini berkembang di Lingkungan Wina, Austria. Diantara tokoh positivisme logis yang akan kami bahas pada makalah ini adalah Alfred Jules Ayer. Hal ini menjadi tugas kami sebagai pemenuhan atas tugas mata kuliah Epistemologi. Kami rasa perlu untuk mengemas pemikiran A.J Ayer dalam makalah ini karena beliaulah yang berperan besar dalam perkembangan positivisme logis. A.J. Ayer-lah yang memperkenalkan positivisme logis yang berkembang di Lingkungan Wina untuk dikenalkan di negara-negara lain yang berbahasa Inggris.
Demikian pendahuluan dari kami, lebih jelasnya kami tuangkan segala isi kepala kami tentang A.J Ayer dalam makalah ini lebih lanjut.


PEMBAHASAN


Biografi Singkat A.J Ayer

Alferd Jules Ayer lahir di London pada 29 Oktober 1910. Ibunya adalah keturunan Yahudi dari Belanda, sementara ayahnya berlatar belakang Swiss Calvinist. Seperti yang diungkap A.J Ayer oleh Ben Rogers, Ayer dikirim ke sekolah asrama saat usia tujuh tahun yang merupakan asal ia mendapatkan beasiswa Eton pada tahun 1923. pada usia 16 ia mulai membaca beberapa buku filosofi.[1]

Ayer pernah belajar filologi klasik dan filsafat di Oxford pada tahun 1932. sesudah itu ia pergi ke Austria, tepatnya berkunjung ke Universitas di Wina. Di Universitas ini dia belajar filsafat dan logika. Kemudian ia kembali ke Inggris dan diangkat menjadi dosen di Oxford, hingga akhirnya setelah perang dunia II ia diangkat sebagai profesor di Universitas London (1946-1959).[2]

Kedatangan filsafat Ayer pada pertengahan abad ke-20 cukup mengejutkan para filsuf. Namun bukan berarti ditolak, bahkan diterima dengan baik karena jiwa filsafat itu sejalan dengan filsafat Moore dan Russell yang telah berkembang lebih dulu. Tampak bahwa Filsafat yang berwajah empiristik di Inggris dapat berkembang subur. Hal ini tampak jelas pada perjalanan filsafat di Inggris Sejak Hume dan Locke atau bahkan lebih berkembang sejak Roger Bacon pada abad ke-13 yang kemudian disambung oleh Francis Bacon pada abad ke-16. Ayer mengakui bahwa empirisme yang dikembangkannya berdasarkan filsafat Berkeley dan Hume.[3]




Epistemologi A.J Ayer

            Ayer dalam tulisannya membuat para filsuf di Inggris terhentak dengan penolakannya terhadap metafisika. Menurutnya pernyataan metafisis itu tidak bermakna secara harfiah.[4] Filsafat Ayer bercorak analitis yang mengikuti alur pemikiran Moore dan Russel yang disintetiskan dengan alur pikir logika.[5] Corak epistemologi Ayer adalah Realisme.

            Epistemologi bagi Ayer menghadapi tiga masalah pokok yaitu :
  • Definisi pengetahuan
  • Jenis proposisi yang diketahui sebagai benar
  • Menjelaskan bagaimana proposisi itu dapat diketahui benar dan bernilai benar.[6]
Persoalan epistemologinya berasas pada alur pikir logika. Hal ini sesuai dengan pendapat Ayer yang dikutip oleh Mintaredja (2003) bahwa setiap proposisi itu bernilai benar atau salah, dan mengatakan bahwa sebuah kalimat itu mengungkapkan apa yang benar atau yang salah berati akan mengatakan bahwa kalimat tersebut bermakna secara harfiah.[7]

Menurut Ayer, proposisi merupakan pengungkapan yang berupa pernyataan tentang pengetahuan benar atau salah. Bagi Ayer, pengetahuan bukan sekedar hasil dari kesadaran dan aktivitas inderawi dan aktivitas mengenal.[8] Pengetahuan menurutnya adalah pengetahuan tentang sesuatu itu bila pengetahuan itu melibatkan putusan sadar.

Persepsi bagi Ayer adalah menyesatkan atau delusive. Pengalaman perseptual atau sense-data suatu pengetahuan empirik tidak memiliki basis pengetahuan logis.[9] Akan tetapi, pengetahuan empirik berasal dari objek yang nyata adanya. Objek itu harus sesuatu yang ada sekarang yang merupakan hasil dari pengalaman indera. Dengan demikian proposisi menurut Ayer dapat berbentuk experiental proposition. Proposisi ini merupakan hasil deduksi dari pengalaman masa lampau. Proposisi ini merupakan putusan langsung tentang adanya objek yang langsung demikian adanya (immediatley given).

Kata “given” di pinjam Ayer dari Rudolf Carnap. Carnap yang menyatakan given sebagai primitive data yang secara langsung menyajikan penginderaan dan perasaan paling sederhana, seperti misalnya gestalt (bentuk) parsial dari bidang inderawi. Tapi bagi Ayer penalaran Carnap itu mengandung kekhilafan. Menurut Ayer, given merupakan ‘sesuatu tertentu apa adanya’ untuk diungkap sebagai apa yang dapat diamati. Sesuatu yang dirumuskan dalam bahasa yang tampak yang dapat diobservasi disebut ‘covention’. Konvensi dapat diartikan sebagai sesuatu yang melekat pada suatu penggunaan bahasa yang mengungkap “sense-data” hingga memiliki nilai benar.[10] Dengan hal ini sense-data dapat didefinisikan tetapi sifat-sifat itu tidak semata diungkap dalam aturan bahasa karena given merupakan ‘alam bidang inderawi’ yang harus diambil putusannya.

Menurut Ayer, segala sesuatu yang dapat dipahami bila hal tersebut nyata adanya. Hal ini berdasarkan sense-data dapat dialami tanpa perlu memperhatikannya, hingga objek given dapat dikatakan sebagai objek-aktual. Hakikat objek given adalah akumulasi pengalaman masa lampau tentang objek  yang memiliki sifat tertentu yang merupakan sesuatu yang dapat diamati secara aktual yang nilai benarnya ditentukan secara konvensi.[11] Dengan kata lain, objek given akan dinyatakan benar bila situasi tersebut memang demikian adanya.

Common sense dalam pemahaman Ayer adalah pemahaman sederhana terhadap objek given yang aktual. Pemahaman sederhana dapat dijadikan sebagai bahan pengamatan objek yang lebih luas dan kompleks. Ini dikarenakan objek given telah diungkap dengan mengikuti ‘rule of language’ hingga nilai benar given tidak diragukan.[12]




KESIMPULAN


Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemikiran epistemologi Ayer yang bersifat Realisme, menolak adanya pranggapan metafisis karena Ayer bertitik tolak dari filsafat logika. Pengetahuan menurut Ayer di dapat dengan putusan sadar yang di mana itu nyata adanya (really given). Sesuatu hal dapat dikatakan sebagai pengetahuan bila objek yang diamati itu merupakan hasil dari pengalaman indera.



[1] Dalam website http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://plato.stanford.edu/entries/ayer/&sa=X&oi
[2] Bartens, 2002. hal.33
[3] Ayer dalam Mintaredja, 2003. hal.76
[4]Pernyataan metafisis menurut saya atas istilah tersebut, yang disingkirkan juga oleh para penganut empirisme kolot bahwa pernyataan itu tidak bermakna secara harfiah jika pernyataan tersebut tidak memberikan apa yang dapat dialami adalah yang harus merupakan sesuatu dengan jenis yang sama secara aktual dialami.” Ayer dalam Mintaredja, 2003. hal.77
[5] Logika yang dipakai sebagai landasan pikir adalah logika positivisme sebagaimana yang dikembangkan oleh Lingkungan Wina. Mintaredja, 2003. hal.79
[6] Ayer dalam Mintaredja, 2003. hal.79
[7] Mintaredja, 2003. hal.80
[8] Ayer dalam Mintaredja, 2003. hal.80
[9] Ibid. hal.80
[10] Mintaredja, 2003. hal.81
[11] Mintaredja, 2003. hal.82
[12] Ibid. hal.82
GOOGLE search
Custom Search

Google search

Custom Search