Minggu, 19 April 2015

Kerajinan Patung Primitif Yogyakarta


Bantul merupakan salah satu daerah tujuan wisata andalan di Yogyakarta. Selain memiliki daya tarik wasata alam yang banyak, Bantul juga memiliki daya tarik wisata buatan, desa wisata, museum, dan daya tarik kerajinan. Salah satu daya tarik kerajinan yang ada di Kabupaten Bantul adalah kerajinan patung primitif. Sentra kerajinan patung primitif terletak di Dusun Pucung, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi D. I. Yogyakarta.


Masyarakat Dusun Pucung telah memproduksi patung primitif sejak tahun 1996. Keahlian mereka dalam memahat kayu didapatkan dari seniman besar bernama Bagong Kussudiardjo. Sedangkan, ide pembuatan patung primitif tercetus dari Bapak Ambar, seorang pengusaha mebeuler. Awalnya warga hanya membuat mebeul kayu biasa. Kemudian, datanglah Pak Ambar dengan membawa desain patung primitif. Ternyata, hasil pahatan warga Pucung tidak mengecewakan. Lama kelamaan, banyak yang tertarik dan ingin membeli karya mereka.


Salah satu galeri produk patung primitif adalah Maharani Primitive Ceramic. Usaha pembuatan kerajinan Patung Primitif ini didirikan oleh Bapak Sujid pada tahun 1996. Sanggar Maharani berlokasi di jalan Bantul KM. 7. Tepatnya di Dusun Pucung no. 6, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta. Sanggar Maharani memproduksi berbagai jenis patung primitif yang merupakan modifikasi antara patung dari Asmat, Indian dan dipoles dengan kerativitas para pengrajin. Patung-patung tersebut dibuat dengan menggunakan bahan kayu jati, munggur, dan mahoni. Jadi, kayu yang digunakan tidak harus kayu fisak seperti pembuatan patung suku Asmat. Selain patung, Sanggar Maharani juga memproduksi asbak, tempat lilin, tempat pulpen, tempat kartu nama, tempat CD, lampu tidur, meja bahkan lemari.


Alat yang digunakan untuk membuat patung adalah seperangkat pahat kayu dan didukung dengan seperangkat mesin-mesin produksi sebagai sarana penunjang bagi kelancaran proses produksi. Secara teknis, pembuatan patung menggunakan teknik pahat langsung (Manual Skill) dan teknik tempelan bentuk organ tubuh patung seperti tangan, kepala, kaki, dan tubuh patung serta bentuk-bentuk perlengkapan (Machine Skill). Secara singkat, proses pembuatan patung dimulai dari pembuatan pola. Kayu digambar pola terlebih dahulu. Pola lalu dipotong menggunakan mesin. Potongan-potongan patung kemudian disatukan dengan paku. Patung lalu dibakar hingga warnanya berubah menjadi coklat tua atau hitam. Selanjutnya patung direndam dalam cairan lem lalu diamplas hingga permukaanya halus.
Hasil produksi kerajinan patung primitif tidak hanya dipasarkan ke beberapa wilayah di Indonesia tetapi juga telah dipasarkan ke sejumlah negara di dunia. Diantaranya Jepang, Amerika, Polandia dan Korea. Setiap bulannya, sanggar Maharani mampu mengirim hasil produksi kerajinan patung sekitar dua hingga tiga container.
Industri patung primitif mengalami masa kejayaan pada tahun 1997 sampai sekitar tahun 2005. Pada masa itu, harga bahan baku kayu masih murah. Jumlah pengusaha patung mencapai 40 lebih pada saat itu. Masing-masing pengusaha rata-rata memproduksi 100 hingga 300 patung tiap bulannya. Bahkan pada masa awal krisis moneter pada tahun 1998, Industri patung primitif masih mampu bertahan bahkan banyak pengusaha yang meraup keuntungan karena waktu itu harga bahan baku masih murah. Di sisi lain, hasil produksi yang diekspor keluar negeri dibayar dengan menggunakan mata uang dollar sehingga para pengusaha dapat meraup untung berkali lipat karena nilai tukar dollar terhadap rupiah saat itu sangat tinggi.


Namun kondisi yang berbeda dialami para pengusaha ketika terjadi krisis Global pada tahun 2008. Pada saat krisis ini terjadi, harga barang baku sudah terjadi kenaikan padahal harga jual patung tidak mengalami kenaikan. Oleh karena itu, para pengusaha terpaksa mengurangi jumlah tenaga kerja untuk menghemat biaya produksi. Tak terkecuali jumlah tenaga kerja di sanggar maharani. Saat ini, jumlah tenaga pekerja di sanggar maharani hanya berjumlah 12 orang. Meskipun demikian, sanggar ini masih mampu memproduksi secara rutin setiap hari kerajinan patung primitif. Dalam satu bulan, sanggar Maharani masih mampu memproduki kerajinan patung primitif ini sekitar 100 hingga 300 patung.

Harga jual patung primitif cukup bervariasi, tergantung ukuran besar kecilnya. Sanggar Maharani menjual kerajinan patung mulai dari ukuran kecil yakni berukuran cinderamata hingga patung yang berukuran besar mencapai tiga meter dengan kisaran harga antara Rp3.000 hingga Rp 9 juta per buahnya. Dari penjualan tersebut, sanggar Maharani mampu memperoleh omzet pendapatan sekitar Rp 20 juta setiap bulannnya.

Custom Search

Google search

Custom Search