Minggu, 05 April 2015

RESENSI BUKU “INTISARI AJARAN MAHATMA GANDHI“

TATAP MUKA DENGAN GANDHI


Judul Buku                :  Intisari Ajaran Mahatma Gandhi : Spiritualitas,  Sosio   Politik, dan  Cinta Universal
Pengarang                  : John Dear
Diterjemahkan dari  :  Mohandas Gandhi : Essential Writing, Orbis Books, Maryknoll, 2002
Penerjemah               :  Siti Farida
Penerbit                     :  Nusamedia, Bandung
Tahun Terbit            :   2007
Tebal                         :   341 halaman
Harga                        :   Rp 37.500,00

“Apa yang ingin kucapai, apa yang ingin kuperjuangkan, dan apa yang sangat kudambakan untuk bisa kuraih selama 30 tahun ini, adalah kesadaran diri, menjumpai Tuhan secara face to face, dan menggapai pembebasan menuju keselamatan melalui mokhsa.”

-    GANDHI    -

Mohandas Karamchand Gandhi ( Mahatma Gandhi ) merupakan salah satu tokoh besar dunia yang dilahirkan dari pasangan Karamchand Gandhi dan Putlibai di Porbandar, India pada tanggal 2 Oktober 1869. Gandhi pernah menuntut ilmu di bidang hukum dan sempat memperoleh izin sebagai pengacara. Saat Gandhi melakukan perjalanan ke Durban, Afrika Selatan, dia dilempar keluar dari sebuah kereta api karena dia menolak untuk pindah ke gerbong kelas tiga yang diperuntukkan bagi orang kulit berwarna. Sejak saat itu Gandhi memutuskan untuk mengerahkan segenap daya dan kekuatannya demi berjuang melawan paham dan praktek rasisme serta menegakkan keadilan bagi seluruh umat manusia.
Berbagai kegiatan Gandhi lakukan semasa hidupnya. Mendirikan surat kabar Indian Opinion, Phoenix Farm ( Perkampungan Phoenix ) sebagai ashram[1] pertamanya, Tolstoy Farm ( Perkampungan Tolstoy ) sebagai ashram keduanya, berbagai macam pidato yang membangkitkan semangat para pendengarnya, atau pun keluar masuk penjara demi membela kebenaran dan perdamaian. Hal-hal tersebut dapat membuktikan Gandhi sebagai seorang Mahatma ( Jiwa yang Agung ).
Ketika Mahatma Gandhi dibunuh pada 30 Januari 1948, masyarakat dunia menghormatinya sebagai salah seorang pemimpin spiritual terbesar. Penghormatan ini tidak hanya diberikan pada masa hidupnya, tetapi di sepanjang zaman. Gandhi dapat disejajarkan dengan Buddha, Muhammad, dan Yesus.
Warisan peninggalan Gandhi terdiri dari berbagai gagasan yang sangat brilian. Diantaranya adalah gerakan untuk memerangi rasisme yang terlembagakan dalam struktur masyarakat negara ( sebagai contohnya di Afrika Selatan ), gerakan kemerdekaan di India, dan sebuah jalan untuk meretas dialog antaragama atau kaum beriman. Lebih dari itu, Gandhi telah menerapkan prinsip nir-kekerasan sebagai sarana dan metode yang sangat efektif untuk mewujudkan perubahan sosial yang positif.     Untuk pertama kalinya di sepanjang sejarah, gagasan tersebut mendapat penerimaan dan penghormatan yang sangat luas, melintasi batas-batas negara dan bahkan mendunia.
 Prinsip nir-kekerasan yang digagas Gandhi sama sekali bukan sekedar strategi politik. Tetapi, lebih mendasar dari itu adalah bahwa nir-kekerasan merupakan satu pemikiran yang berakar, tumbuh, dan berpijak dalam spiritualitas. Keutamaan inilah yang membuat sosok Gandhi begitu mengguncangkan panggung politik India, hingga panggung dunia.
Gandhi adalah sosok manusia yang senantiasa tenggelam dalam pengembaraan untuk mencari dan berjumpa dengan Tuhan. Lebih dari 50 tahun dalam hidupnya, dia terus mengejar kebenaran. Dia menyatakan bahwa jalan terbaik untuk menemukan kebenaran adalah melakukan praktek secara aktif atas keyakinan yang berakar pada prinsip nir-kekerasan.  
Pesannya tentang nir-kekerasan sebagai jalan perdamaian, keadilan dan Tuhan merupakan kontribusi terbesar yang telah diberikan Gandhi kepada kemanusiaan. Gandhi sangat serius ketika menghayati perintah-perintah suci ajaran Injil bahwa “Kamu tidak boleh membunuh” dan “Cintailah musuh-musuhmu”. Dia memandang bahwa ajaran ini paralel dengan tradisi Hindu tentang ahimsa ( tidak boleh membunuh ), dan Gandhi menerapkan penolakan kekerasan terhadap hati dan hidupnya, pada Afrika Selatan, India, dan dunia. Tetapi, Gandhi mempunyai pemikiran bahwa nir-kekerasan bukanlah sekedar penolakan untuk membunuh. Nir-kekerasan adalah sebuah aksi atau tindakan cinta kasih dan kebenaran sebagai kekuatan yang positif untuk mewujudkan perubahan sosial.
Kontribusi Gandhi terhadap spiritualitas modern tidak terbatas pada dampak atas gerakan sosial yang mendunia melalui politik yang mengedepankan strategi nir-kekerasan secara aktif dan gerakan satyagraha. Tetapi, lebih dari itu adalah pengaruh transformatif atas agama itu sendiri.
Gandhi menekankan kepada kita semua untuk melepaskan hasrat meraih ketenaran, kekayaan, kekuasaan, dan ego. Demi mencapai kesemuanya itu, kita harus berjalan bersama kaum miskin, menyederhanakan kehidupan kita, berdoa kepada Tuhan setiap hari, menerapkan nir-kekerasan di setiap ranah kehidupan, dan berjuang secara lantang demi pelucutan senjata nuklir; menentang peperangan, kemiskinan, rasisme, kelaparan, penerapan hukuman mati, praktek aborsi, sanksi-sanksi terhadap Irak, fanatisme beragama, eksploitasi kepada binatang, dan kekerasan dalam berbagai bentuknya. Seruan-seruan Gandhi kepada umat manusia tidak lain mengajarkan tentang transformasi total atas seluruh kehidupan dan dunia kita.
Buku ini menceritakan tentang sosok tokoh besar di dunia yaitu Mahatma Gandhi. Segala karya, ajaran, dan perannya begitu bermakna dan berpengaruh bagi dunia. Buku ini juga menceritakan secara lengkap kronologi kehidupan Mahatma Gandhi, Mahatma Gandhi sebagai nabi nir-kekerasan, tulisan-tulisan autobiografisnya, pengembaraannya untuk menemukan Tuhan dan kebenaran, jalan-jalan nir-kekerasan, disiplin menjalankan doa dan puasa, tanggapannya mengenai pelucutan senjata nuklir, serta bagaimana hidup dalam perlawanan yang teguh.
Ajaran dan pemikiran Mahatma Gandhi berakar pada spiritualitas yang mendalam. Perjuangan untuk perdamaian dan keadilan sosial pada akhirnya bermuara pada pencarian terhadap Tuhan dan Kebenaran. Tulisan-tulisan dalam buku ini merupakan intisari dari ajaran Mahatma Gandhi.
Pengarang buku ini yaitu John Dear, adalah seorang Pendeta Jesuit, aktivis perdamaian, dan penulis buku-buku tentang perdamaian dan keadilan. Karya-karyanya yang telah terbit antara lain: Jesus the Rebel, Living Peace, Mary of  Nazareth, Propeth of Peace, The Questions of Jesus, dan yang terbaru You Will Be My Witnesses. Pernah bertugas sebagai executive director di Fellowship of Reconciliation, organisasi perdamaian terbesar AS yang anggotanya terdiri dari berbagai kalangan lintas iman dan agama.
Buku yang sangat mengandung makna filosofis ini penting untuk dibaca oleh masyarakat umum karena isi buku ini mengajarkan kita untuk menelaah sisi kehidupan Gandhi yang menerapkan prinsip antikekerasan dan berjuang meraih kebenaran walaupun berada di saat genting. Selain itu, tokoh Gandhi dapat menjadi panutan masyarakat yang cinta akan kedamaian.
Tentu ada kelebihan dari buku ini yaitu sangat membahas lebih dalam tokoh Mahatma Gandhi baik dari kronologi kehidupan sampai pada ajaran-ajarannya. Bahasa yang digunakan dalam buku ini merupakan bahasa Indonesia yang sifatnya mengalir dan sedikit sekali menggunakan kosakata yang sukar dimengerti sehingga dapat lebih mudah dipahami.
Sebuah buku tak luput dari kekurangan, dalam buku ini ajaran Mahatma Gandhi yang terlalu dibahas secara mendalam adalah prinsip nir-kekerasannya sedangkan ajarannya yang lain kurang dibahas secara lebih lanjut. Selain itu, ada kata-kata yang salah penulisan walaupun sedikit.   


[1] Semacam komunitas atau padepokan yang di dalamnya menerapkan sistem kehidupan komunal. Aktivitas-aktivitasnya meliputi ritual doa, pusat pelatihan dan pembelajaran agama, dan kegiatan-kegiatan religius lainnya.
GOOGLE search
Custom Search

Google search

Custom Search