Minggu, 15 Maret 2015

unsur unsur estetika Lawang Sewu

A. Asal Mula Berdirinya Lawang Sewu Lawangsewu dibangun tahun 1908, yang dikerjakan oleh arsitek Belanda Profesor Klinkkaner dan Quendaag. Terletak di komplek tugumuda, dahulu merupakan gedung megah berbaya art deco. Menurut catatan sejarah, gedung ini dibangun tahun 1903, kemudian diresmikan pada tanggal 1 juli 1907. Tahun 1920, gedung ini mulai dipakai sebagai kantor pusat Nederlandsch Indische Spoor-weg Maatschapij (NIS), sebuah maskapai atau perusahaan kereta api pertama di Indonesia yang berdiri tahun 1864. Saat meletus Pertempuran Lima Hari di Semarang, 14-18 Agustus 1945, Lawangsewu dan sekitarnya menjadi pusat pertempuran antara laskar Indonesia dan tentara Jepang. Korban pun berguguran. Untuk memeringati mereka, di sebelah kiri pintu masuk (gerbang) didirikan sebuah tugu peringatan bertuliskan nama para pejuang Indonesia yang gugur. Masyarakat Semarang lebih mengenal gedung ini dengan sebutan Gedung LaswangSewu, mengingat gedung ini memiliki jumlah pintu dalam jumlah banyak, yang dalam arti kiasan banyak berarti jumlahnya seribu atau lebih, yang dalam bahasa jawa LawangSewu.Lawang berarti pintu dan Sewu berarti seribu. Dalam perkembangannya setelah kemerdekaan digunakan sebagai kantor Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT. Kereta Api Indonesia. Kemudian untuk kepentingan militer, yaitu sebagai kantor KODAM IV Diponegoro (yang kini dipusatkan di Watu Gong), dan terakhir digunakan sebagai Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Saat ini gedung yang masuk dalam 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang digunakan sebagai objek wisata dengan fasilitas berupa peninggalan sejarah arsitek bangunan kuno dan antik, ada ruang bawah tanah dan menara informasi, sering pula digunakan sebagai tempat pameran dalam event tertentu.
B. unsur unsur estetika Lawang Sewu Bangunan monumental dan indah ini di desain mengikuti kaidah arsitektur morfologi bangunan sudut yaitu dengan menara kembar model gotik di sisi kanan dan kiri pintu gerbang utama ini dan bangunan gedung memanjang ke belakang yang mengesankan kokoh, besar dan indah. Gedung kuno ini menurut catatan sejarah dibangun pada tahun 1903, dan selesai atau diresmikan penggunaannya pada tanggal 1 Juli 1907. Lawang Sewu adalah gedung megah bergaya art deco yang bercirikan ekslusif dan berkembang pada era 1850-1940 di benua Eropa. Lawang Sewu ini terdiri dari sebuah bangunan utama yang membentuk huruf U dengan taman terbuka di bagian dalam. Dari pintu utama kita langsung disambut sebuah tangga besar menuju lantai 2. Di bagian bordes tangga terpasang sebuah kaca grafir yang menutupi jendela dengan ukiran yang indah. Kuda-kuda yang didesain sangat rendah namun begitu kokoh, dengan kanan dan kirinya ada jendela, tempat pasukan asing dulu bertahan dan membalas serangan bangsa Indonesia. Salah satu pilar besinya yang rusak terkoyak terkena serangan menjadi saksi sejarah perjuangan Indonesia. Gedung megah ini tak hanya menarik secara arsitektural. Memasuki gedung ini aroma mistis segera menyergap kita. Lorong-lorong gelap dan kusam tampak cukup menyeramkan. Banyak orang percaya kalau Lawang Sewu memang banyak dihuni oleh mahluk-mahluk halus dari berbagai jenis. Hal tersebut bisa dimaklumi, karena pada masa peperangan dulu, yang melibatkan Angkatan Muda Kereta Api (pemuda-pemuda Semarang) melawan bala tentara Kido Buati Jepang, gedung Lawang Sewu menjadi ajang penyiksaan dan pembantaian. Tidak jelas berapa nyawa telah melayang, tapi jumlahnya bisa dipastikan mencapai ribuan. Saking banyaknya korban yang dibantai pada waktu itu, Lawang Sewu kini juga mendapat julukan sebagai kawasan wisata horor. Menegangkan sekaligus mengasyikkan. Puluhan paranormal dari berbagai penjuru Tanah Air pun sempat membuat tempat ini sebagai ladang perburuan hantu.


GOOGLE search
Custom Search

Google search

Custom Search