Heinrich Karl Marx
Heinrich Karl Marx dilahirkan di Trier (Jerman) pada tanggal 15 Mei 1818.
Ayahnya adalah seorang pengacara sukses dan memiliki pola hidup ala borjuis
yang bersifat liberal. Karena dorongan anti-yahudi yang melanda daerah tempat
tinggalnya, maka kedua orang-tuanya kemudian menganut agama Kristen Di
saat muda, Marx dikenal sebagai siswa yang pintar, terutama dalam pemahaman
bacaan. Setelah tamat Gymnasium
di Trier, di usia 17 tahun, pada tahun 1835, Karl Marx meneruskan pelajarannya
pada Fakultas Hukum Universitas Bonn dan kemudian di Universitas Berlin. Di
Berlin ia menemukan kota yang besar, pusat pemerintahan dan hubungan
intelektual terutama kelompok Hegel yang radikal. Marx menyudahi studinya
di Berlin pada tahun 1841 dengan suatu disertasi tentang perbedaan antara
filsafat alam Demokritus dan Epikorus.
Marx pindah ke Paris untuk
belajar ekonomi dan kemudian menerbitkan suatu majalah bernama Deutsch-Fanzosische Jahrbucher.
Di Paris juga, Marx berjumpa dengan Friedrich Engels, seorang radikal-muda
Jerman dan anak seorang pemilik perusahaan. Antara Marx dan Frederich Engels,
kemudian tertanam persahabatan yang begitu erat dan kekal, hingga akhir hayat
Marx. Kerjasama antar sahabat yang bersifat tidak hanya
personal, tetapi ideologis dan intelektual.
Materialisme
Sejarah dan Dialektika
Saat ajarannya dibelokkan oleh
muridnya, Marx mengatakan bahwa ia bukan Marxist. Banyak di antara pemikirannya
yang dikhianati oleh para pengikutnya. Teori materialisme dialektik adalah
salah satu pengaruh Marx yang banyak diikuti oleh Kaum Marxian. Das Capital adalah karya teoritis
terbesar Marx yang memuat asumsi dialektik materialis, teori nilai lebih dan
akumulasi modal. Bersama
Engels ia menulis Socialism, Utopian and
Scientific (1892) dan The Origin of
The family (1884), sebuah teori negara yang bersifat spekulasi.
Pandangan dialektik Marx banyak
dipengaruhi oleh Hegel. Namun Marx tidak mengambil sepenuhnya pendapat Hegel,
ia setuju bahwa masyarakat senantiasa berubah secara dialetik, tetapi ia juga
memperbaharui konsep Hegel. Bagi Marx, bukan ide yang menentukan jalannya
kenyataan-kenyataan dalam masyarakat seperti dalam pandangan Hegel, melainkan
sebaliknya, bahwa kenyataanlah yang berkembang menurut proses dialektik dan
menentukan ide. Lebih jauh
Marx juga berbeda dengan Hegel dalam hal pandangan filosofis. Jika Hegel melihat filsafat
hanya sebagai upaya memahami dunia, maka dalam pandangan Marx tugas filsafat
justru untuk melakukan perubahan
Dalam mengkritik Hegel, Marx
dan Engels jelas dipengaruhi oleh Ludwig Feurbach (1804-1872), sebagaimana
terlihat dalam publikasi Zur
Kritik der Hegelschen Philosopie (1839) yang mengedepankan konsep
materialisme. Bagi Feurbach yang nyata adalah yang ada di dalam dunia
ini, sehingga dengan kata lain agama yang bersifat tradisional harus di tolak.
Bagaimanapun manusia harus mampu memproyeksikan dirinya sendiri. Marx setuju
dengan pendapat ini, tetapi baginya Feurbach juga masih bersifat spekulatif dan
metafisik. Karena manusia yang dibicarakannya hanyalah manusia yang hidup pada
masa tertentu. Padahal manusia hendaknya ditempatkan di dalam konteks
lingkungannya.
Alienasi
Konsep alienasi dalam Marx
justru muncul dalam pandangan masa mudanya. Konsep yang lebih memperhatikan
antara hubungan sosial-ekonomi ditulis oleh Marx di Paris pada 1844 dan baru
diterbitkan pada 1927. Manuskrip yang membahas alienasi tersebut berjudul Economic and Philosophic Manuscript.
Dalam konsep ini, Marx mendasarkan juga pandangannya kepada Hegel yang
menyatakan bahwa manusia harus dilihat sebagai makhluk yang berhubungan dengan
lingkungannya secara bebas dan universal. Dalam hal ini, kerja menjadi sarana
perealisasian diri manusia. Namun demikian, Marx melihat justru mekanisme kerja
dan pembagiannya membuat manusia terasing atau teralienasi. Para pekerja senantiasa tergantung kepada kaum pemilik
modal, sehingga kerja yang mereka lakukan hanyalah sebuah keterpaksaan. Apa
yang dikerjakannya adalah bukan miliknya, karena pekerjaannya dilakukan untuk
orang lain.
Dengan demikian pola ini
menyebabkan si-pekerja batinnya menjadi miskin, kreatifitas dan nilai
estetiknya pun terbelenggu. Untuk melawan keterasingan, maka jaringan mekanisme
kerja harus diputuskan. Artinya alat-alat produksi harus direbut dan dikerjakan
secara bersama-sama untuk kepentingan bersama.
Hal lain yang membuat manusia
teralienasi adalah religiusitas. Menurut Hegel yang menggerakkan tujuan hidup
manusia adalah roh absolut yang bergerak secara alamiah mengatur kehidupan
manusia. Hal ini sama dengan pandangan Kristen.
Feurbach membantah pandangan ini dan mengatakan
bahwa hanya yang nyatalah yang menggerakkan dunia. Sehingga dengan kata lain
“manusialah” yang menciptakan ide-ide mengenai roh absolut. Marx melihat
Feurbach tepat dalam mengkritik Hegel, selanjutnya ia melihat bahwa agama
adalah tanda keterasingan manusia, sebuah pelarian dari ketidakmampuan manusia
menjawab tantangan kehidupan yang nyata. Namun, agama bukan sebab keterasingan
manusia dari sifatnya yang sosial, melainkan sekedar tanda sajaBAGIKAN ARTIKEL INI
Facebook Twitter Google+
GOOGLE search
Custom Search