oleh: Muzdakir Muhlisin, Mahasiswa Fakultas Filsafat UGM
Sekarang banyak masyarakat Indonesia atau bahkan bangsa lain di dunia ini yang bertanya-tanya mengapa Indonesia jadi seperti ini. Bencana seakan silih berganti di berbagai penjuru negeri ini. Banjir, kekeringan, Tsunami, gempa bumi, letusan gunung berapi, tanah longsor, flu burung, luapan lumpur Lapindo, kecelakaan pesawat, kapal tenggelam, tabrakan beruntun adalah gambaran betapa muramnya negeri kita ini. Belum lagi ditambah masalah-masalah sosial seperti busung lapar, pengangguran, kemiskinan, KKN yang melengkapi citra buruk bangsa ini. Masalah demi masalah menimpa negeri ini di hampir semua bidang. Mulai dari masalah ekonomi, sosial, politik, budaya, sampai masalah pendidikan.
Lalu semua itu salah siapa? pemerintah kah? kita? atau siapa?. Yang pasti, masalah ini adalah masalah kita bersama yang harus kita selesaikan bersama pula. Berjalan seribu langkah pasti diawali dari satu langkah. Oleh karena itu, Introspeksi diri adalah langkah awal yang dapat kita lakukan untuk mengubah keadaan kita saat ini. Di mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang, dan mulai dari hal-hal yang kecil. Menyelesaikan masalah di Indonesia ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan tetapi juga tidak sesulit membalikkan gunung berapi. Maksudnya, ini bukan hal yang mustahil dilakukan meskipun memerlukan perjuangan yang tidak mudah.
Langkah selanjutnya adalah mempunyai komitmen untuk selalu melakukan sesuatu yang terbaik. Siapa pun diri kita, selalu ada sesuatu yang dapat kita kerjakan, kita buat, dan kita dedikasikan untuk kebaikan negeri ini. berbuat baik yang seperti apa? Menurut saya, batas yang paling jelas antara sesuatu yang baik dengan yang buruk adalah tidak adanya pihak yang dirugikan dari apa yang telah kita lakukan. Tentunya harus dibedakan antara ‘dirugikan’ dengan ‘Merasa dirugikan‘ karena orang yang merasa dirugikan belum tentu ia dirugikan. Misalnya saja, koruptor bisa jadi akan merasa dirugikan jika KPK menangkapnya akan tetapi sebenarnya koruptor itu tidak dirugikan karena kita telah menyelamatkan ia dari perilaku jahatnya yang merugikan oranglain dan dirinya sendiri.
Sekarang banyak masyarakat Indonesia atau bahkan bangsa lain di dunia ini yang bertanya-tanya mengapa Indonesia jadi seperti ini. Bencana seakan silih berganti di berbagai penjuru negeri ini. Banjir, kekeringan, Tsunami, gempa bumi, letusan gunung berapi, tanah longsor, flu burung, luapan lumpur Lapindo, kecelakaan pesawat, kapal tenggelam, tabrakan beruntun adalah gambaran betapa muramnya negeri kita ini. Belum lagi ditambah masalah-masalah sosial seperti busung lapar, pengangguran, kemiskinan, KKN yang melengkapi citra buruk bangsa ini. Masalah demi masalah menimpa negeri ini di hampir semua bidang. Mulai dari masalah ekonomi, sosial, politik, budaya, sampai masalah pendidikan.
Langkah selanjutnya adalah mempunyai komitmen untuk selalu melakukan sesuatu yang terbaik. Siapa pun diri kita, selalu ada sesuatu yang dapat kita kerjakan, kita buat, dan kita dedikasikan untuk kebaikan negeri ini. berbuat baik yang seperti apa? Menurut saya, batas yang paling jelas antara sesuatu yang baik dengan yang buruk adalah tidak adanya pihak yang dirugikan dari apa yang telah kita lakukan. Tentunya harus dibedakan antara ‘dirugikan’ dengan ‘Merasa dirugikan‘ karena orang yang merasa dirugikan belum tentu ia dirugikan. Misalnya saja, koruptor bisa jadi akan merasa dirugikan jika KPK menangkapnya akan tetapi sebenarnya koruptor itu tidak dirugikan karena kita telah menyelamatkan ia dari perilaku jahatnya yang merugikan oranglain dan dirinya sendiri.
INSPIRASI KITA
"Aku tidak ingin mati sampai aku secara benar berbuat yang terbaik bagi negeri ini semampu bakatku hingga nafas terakhir kuhembuskan”
“Saudara-saudaraku se-Bangsa dan se-Tanah Air। Suatu saat, Masa Depan bangsa ini adalah Tanggung Jawab kita. Jalan ini memang panjang dan melelahkan. Tapi aku percaya bahwa mimpi kita akan menjadi kenyataan dengan berbekal karya-karya emas kita sebagai anak bangsa, percayalah padaku bahwa kita bisa. Oleh karena itu aku akan tetap disini, sehingga jika kamu datang kesini kamu akan menemukan aku dan kita akan membangun negeri kita ini bersama-sama.”
Barang siapa merasa aman menghadapi zaman , maka zaman akan menipunya. Barang siapa yang merasa tinggi hati menghadapinya maka zaman akan merendahkannya, dan barang siapayang mampu menangkap tanda-tanda zaman, maka zaman akan menyelamatkannya(Ali Bin Abi Tholib)
Jangan bertanya apa yang dapat diberikan negara kepadamu, tanyalah apa yang dapat kamu berikan pada negara ( John . F. Kennedy )
Saya pernah mendengar dari Jamil Azaini (seorang Entrepreneur) tentang ‘Hukum Kekekalan Energi’ yang juga berlaku pada tindakan manusia। Bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain। Energi ini adalah energi positif (+) dan energi negatif (-).Energi positif (+) adalah perbuatan baik kita sedangkan energi negatif (-) adalah perbuatan jahat kita. Orang yang menabung energi positif maka ia akan mendapatkan balasan kebaikan yang sempurna di dunia dan sebaliknya, orang yang menyimpan energi negatif akan mendapat keburukan. Teori ini mudah-mudahan dapat kita jadikan bahan renungan karena bisa jadi masalah-masalah yang menimpa negeri ini diakibatkan banyaknya energi negatif (perbuatan buruk) yang dilakukan bangsa Indonesia dan bisa jadi kita salah satu penyumbang energi negatif itu. Jadi, mari kita berusaha hanya melakukan hal yang baik sehingga kita penjadi pendonor energi positif.
Langkah selanjutnya adalah menumbuhkan kesadaran diri. Sering kita tahu sesuatu itu baik tetapi kita tidak mau melaksanakannya. Kita dianugeragi kesadaran tapi kita tidak mau sadar. Misal kita tau kalau membuang sampah disembarang tempat itu merusak keindahan bahkan bisa menimbulkan bencana akan tetapi kita tidak mau tau dan tetap saja membuang sampah sembarangan. Oleh karea itu kita harus punya prinsip ‘Jika ada Seribu orang baik di negeri ini maka aku harus menjadi satu diantara mereka, tetapi jika memang hanya ada satu orang baik di negeri ini maka aku ingin itu adalah Aku’.
Prinsip yang juga harus kita pegang adalah ‘ Jangan berbuat sesuatu keburukan kepada orang lain yang kita sendiri tidak menginginkan orang lain berbuat sesuatu itu kepada kita’. Jika kita tidak ingin dicela maka jangan mencela, jika tidak ingin disakiti maka jangan menyakiti. ‘Lakukan sesuatu kebaikan yang kita bahagia jika orang melakukan kebaikan itu kepada kita’. Jika kita bahagia orang tersenyum kepada kita maka tersenyumlah kepada orang lain.
Orang yang paling mulia adalah orang yang bermanfaat maka lakukan perbuatan baik dengan setulus hati. Menjelang hajatan besar bangsa ini yakni Pemilu 2009, banyak politikus yang mengkritik kinerja pemerintah. Namun kritikan itu lebih terkesan menjatuhkan dari pada membangun. Sehingga kenyataan yang ada, pemerintah enggan mendengar kritikan tersebut meskipun itu adalah kritikan yang baik untuk dilaksanakan. Jadi alangkah baiknya jika kita saling mendukung. Belajar dari pemilu di Amerika kemarin ketika calon presiden yang kalah mau berlapang dada menerima kekalahannya dan mau mendukung penuh kinerja pemerintahan. Pemerintah juga harus melakukan yang terbaik bagi negeri ini.
Salam Damai Indonesia