Bentuk-Bentuk Societas
Filsafat
sosial mempunyai kemungkinan untuk mengartikan dan memperkembangkan beberapa
prospek sosialitas yang otonom. Yang dimaksud dengan sosialitas ayang otonom
adalah sosialitas yang dipandang secara utuh dan mandiri karena mencukupi
dirinya sendiri dengan perangkat-perangkat penjelasan untuk berkembang dan
mencapai kesejahteraannya yang penuh. Prospek sosialitas semacam ini disebut
dengan kelompok-kelompok sosietas (Van Passen).
Ciri hakiki dari kelompok sosietas ini adalah hidup
dan berkembang. Ia bersifat organis karena mampu mengatur diri ke
arah yang lebih baik. Kelompok sosietas bersifat organis karena di dalam
kelompok itu terjadi hubungan antar anggota-anggota kelompok untuk
mempertahankan dan memperkembangkan kehidupan kelompok itu menuju cita-cita
yang mereka tetapkan. Kelompok sosietas juga bersifat otonom karena tidak ada
suatu kuasa yang lain di atas kelompok itu yang menentukan arah gerak dan
perkembangan mereka. Mereka sendirilah yang menetapkan dan menentukan arah dan
gerak perkembangan mereka. Ciri organis dan otonom ini memperlihatkan kekhasan
sosietas manusia dibanding dengan kelompok-kelompok binatang yang tidak
mempunyai otonomi dan tujuan organisasi.
Bentuk-bentuk kelompok sosietas secara empiris
nampak sebagai „keluarga“, „negara“, „religi“ dan „budaya“. Namun pembedaan
kelompok sosietas ini terjadi secara analitis dan tidak secara realitas, karena
keempat kelompok tersebut dalam kenyataannya terjadi saling tumpang tindih (overlapping). Misalnya Teuku Muhammad
berasal dari keluarga tertentu, berlatar belakang budaya Aceh, mempunyai religi
tertentu yakni Islam dan sebagai warga negara tertentu yakni Indonesia. Setiap
orang bagaimanapun secara hakiki terikat pada keempat bentuk sosietas tersebut.
Hubungan sosial
pada keempat kelompok tersebut mengarahkan diri pada perwujudan
kesejahteraan manusia dalam segala taraf dan dimensinya. Berdasarkan perbedaan
kepentingan nilai dan makna yang ada pada setiap kelompok, perwujudan kesekahteraan
itu mendapat penekanan yang berbeda-beda. Interaksi antar kepentingan nilai dan
makna ini mewarnai seluruh interaksi sosial antara keempat kelompok itu.
Berikut secara singkat akan dipaparkan perbedaan keempat kelompok sosietas
tersebut.
1.Kelompok Keluarga
Keluarga merupakan bentuk sosietas terkecil,
terdiri atas pria dan wanita yang mengikatkan diri untuk hidup bersama secara
eksklusif dan mengembangkan kesejahteraan bersama. Corak hubungan sosial dalam
kelompok ini adalah menekankan pada intimitas dan hubungan personal. Kekhasan kelompok
ini adalah ikatan yang berupa penerimaan pribadi partner sehingga ini pula yang
menjadi ciri kelompok ini yaitu kehidupan berpasangan (partnership). Hubungan dalam keluarga pada perkembangan sejarah
mengalami berbagai bentuk seperti poligami, poliandri dan juga monogami.
2.Kelompok Negara
Kelompok ini merupakan bentuk sosietas yang menekankan segi praktis
dalam rangka perwujudan kehidupan bersama. Negara meliputi masyarakat manusia dalam suatu
teritori dengan batas-batas yang jelas. Kesejahteraan bersama diusahakan oleh
suatu pemerintahan yang diakui baik sebagai wakil kekuasaan ilahiah yakni
negara feodal; maupun wakil dari masyarakat tersebut, yaitu negara demokrasi
modern. Pelaksanaan praktis dimaksudkan untuk kepentingan umum (res publica) dan diwujudkan melalui
penyelenggaraan hukum dan undang-undang. Hukum dan undang-undang tersebut bia
diterima begitu saja, misal dalam negara feodal, dan bisa pula diterima karena
disetujuai bersama melalui pengesahan bersama, misal dalam negara modern. Sejak
masa Plato sampai masa Aufklärung,
filsafat sosial banyak didominasi oleh filsafat negara.
3.Kelompok Budaya
Kelompok ini merupakan bentuk sosietas yang
ditandai dengan kesamaan identitas secara fisik atau setidaknya yang terungkap
dalam wujud-wujud material. Identitas fisik tersebut bisa dalam bentuk
fisionomi, seperti ciri-ciri fisik, wajah, mata, bentuk kepala dan sebagainya;
maupun dalam bentuk hasil-hasil budaya, seperti patung, anyaman dan bangunan.
Kesamaan identitas fisik ini tidak mengingkari
kenyataan adanya kebersamaan dalam hal-hal yang lebih abstrak seperti pandangan
hidup, kepercayaan, cara berpikir, susunan masyarakat dan sebagainya. Akan
tetapi ciri-ciri yang lebih abstrak ini tidak dapat ditangkap sebagaiidentaitas
bersama kecuali terungkap dalam wujud fisiknya.
Kesejahteraan kelompok ini diperoleh dalam
pengolahan dan penggarapan dunia. Kepentingan kelompok ini adalah kelestarian
ciri-ciri yang menjadi identitas tersebut. Karena itu tradisi yang merupakan
khasanah identitas dalam kelompok ini menjadi sangat penting.
Dalam pengertian yang demikian ini, filsafat sosial
menjadi overlapping dengan filsafat kebudayaan. Secara umum dapat dikatakan
bahwa filsafat sosial mengupas kegiatan manusianya yang mengolah dunia
bersama-sama. Sementara itu, filsafat kebudayaan mengupas hasil kegiatan
manusia tersebut.
4.Kelompok religi
Kelompok ini merupakan bentuk sosietas yang
ditandai dengan kepercayaan terhadap Yang Ilahi atau yang Transenden. Yang
Ilahi tersebut diterima sebagai dasar dari segala sesuatu, terutama manusia,
dan tujuan dari kesejahteraan terakhir.
Kelompok ini terbentuk dilatarbelakangi oleh rasa kecil manusia
berhadapan dengan kebesaran yang tak terbatas dari Yang Ilahi. Ciri khas dari
kelompok ini adalah adanya cita-cita dan harapan akan kesejahteraan yang mutlak
dan terakhir, atau yang ideal, yang dapat dicapai oleh manusia.
Custom Search