Sejak kecil, aku pengen sekali liburan ke Bali. Aku tahu Bali sejak aku masih kecil. Pertama kali aku tahu Bali adalah ketika nenekku mendapatkan kalender hadiah dari salah satu produk penyedap masakan. Nenekku adalah penjual bumbu-bumbu dapur di pasar. Jadi, dia sering dapat hadiah kalender atau kaos dari penyetor barang dagangannya. Aku senang sekali melihat gambar-gambar yang ada di kalender itu. Aku berharap suatu saat aku bisa ke tempat itu, namun keinginanku itu awalnya hanya sebatas mimpi. Aku tidak punya cukup biaya untuk pergi ke sana. Sewaktu SMP, Aku berharap ada study Tour ke Bali tapi ternyata tempat wisata yang banyak dipilih oleh teman-temanku adalah Surabaya. Maklum, aku bersekolah di desa, mayoritas teman-temanku berasal dari keluarga menengah ke bawah. Jadi sekolahku memutuskan untuk mengadakan study tour ke Surabaya.
Meskipun keinginanku tak kunjung terwujud, aku tetap berkeyakinan dan penuh harap bahwa suatu saat aku bisa pergi ke Bali. Sewaktu aku SMA juga ada study tour. Tapi, lagi-lagi obyek wisata yang dipilih bukan Bali melainkan Jakarta. Aku sebenarnya juga senang mengunjungi obyek-obyek wisata di Jakarta, di Surabaya, atau di daerah manapun di seluruh Indonesia, aku pun berharap suatu saat dapat mengunjungi berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Tapi, tempat yang paling ingin aku kunjungi adalah Bali karena Bali adalah tempat wisata di Indonesia yang pertama kali aku ketahui keindahannya (meskipun hanya melihat dari gambar).
Setelah sekian lama menunggu dan berharap, akhirnya mimpiku benar-benar terwujud. Temanku kuliah mengajakku untuk liburan ke Bali. Aku senang-senang susah mendapat tawaran itu. Di satu sisi aku senang karena mimpiku untuk pergi ke Bali akan benar-benar terwujud. Disisi lain, aku bersedih karena aku tidak punya cukup uang untuk pergi ke sana. Tapi, temenku memberi tawaran yang membuatku senang. Katanya, kami bisa ke sana hanya bermodal uang lima ratus ribu rupiah. Akhirnya kau memutuskan untuk ikut karena uang beasiswaku masih sisa.
Perjalananku ke Bali tidak semulus yang aku bayangkan. Aku dan teman-temanku memutuskan untuk naik kereta api ekonomi jurusan banyuwangi. Aku cukup mengeluarkan uang dua puluh lima ribu rupiah untuk membeli tiket kereta. Sebelum aku berangkat, aku pergi ke ATM dulu untuk mengambil uang. Di sini lah masalah muncul, kartu ATM tertelan mesin ATM. Karena hal itu, aku sempat berputus asa dan hendak mengurungkan kepergianku. Tapi, teman-temanku sangat baik. Mereka berjanji akan meminjami aku uang dulu. Lalu aku putuskan ikut ke Bali tanpa uang sepeserpun.
Ketika berangkat dari stasiun Lempuyangan Yogyakarta, kereta yang kami tumpangi kosong. Penumpang yang masuk gerbong yang kami tumpangi hanya sedikit. Aku senang sekali, karena aku pikir kalau gerbong ini kosong sampai banyuwangi, aku bisa tidur nyaman. Hehe.. tapi ternyata prediksiku salah. Sesampainya di Solo, banyak penumpang yang masuk gerbong. Parahnya lagi waktu di madiun. Sudah tidak ada lagi tempat duduk yang kosong tapi tetep aja banyak penumpang yang masuk sampai-sampai gerbong itu benuh dan sumpek. Setelah delapan jam perjalanan, kereta yang kami tumpangi baru kembali sepi. Huft.. rasanya capek sekali.
Setelah sampai di banyuwangi, rasanya badanku sudah mau patah-patah. Kami sepakati untuk naek angkot biar cepat sampai pelabuhan. Sesampainya di pelabuahn, kami naik kapal. Perjalanan sampai Bali memerlukan waktu 1 jam perjalanan. Sesampainya di Bali, kami menyewa angkot lagi untuk pergi ke Pompies, Legian. Sesampainya di sana, kami mencari penginapan dengan harga murah. Aku senang sekali sudah sampai Bali. Rasanya percaya nggak percaya. Karena capek, kami putuskan untuk istirahat sejenak. Setelah agak siang, kami baru mandi lalu kluar hotel.Tempat yang pertama kami kunjungi adalah Monumen peledakan bom Bali di jalan legian Kuta. Aku sangat sedih melihat onumen itu. Seandainya tidak ada orang-orang egois yang sok benar dan mengatasnamakan agama untuk melakukan kekerasan itu, pasti monumen itu tidak akan ada di sana.
Tempat wisata satu satunya di Legian hanyalah Pantai Legian dengan ombak yg bisa mencapai ketinggian 3 meter sehingga bagus berselancar. Oleh karena itu, kami bersepakat patungan untuk menyewa mobil. Kami menghampiri salah satu rental mobil yang ada di jalan legian. Karena jumlah kami cukup banyak, jadi tiap anak cukup membayar 50 ribu untuk menyewa mobil.
Kami tidak mau menyia-nyiakan waktu, keesokan harinya, kami pagi-pagi sekali sudah dijemput oleh sopir yang telah kami sewa. Tempat yang pertama kali kami kunjungi selain di legian adalah Pantai Sanur. empat ini letaknya adalah persis di sebelah timur kota denpasar. Pantai Sanur dikenal sebagai Sunrise beach (pantai matahari terbit. Karena lokasinya yang berada di sebelah timur pulau Bali, maka pantai Bali ini menjadi lokasi yang tepat untuk menikmati sunrise atau matahari terbit. Hal ini menjadikan tempat wisata ini menarik, bahkan ada sebuah ruas di pantai Sanur ini yang bernama pantai Matahari Terbit karena pemandangan saat matahari terbit sangat indah jika dilihat dari sana. Sebagian kawasan pantai ini mempunyai pasir berwarna putih yang eksotis. Dilengkapi dengan pohon pelindung, kami bisa duduk-duduk sambil menikmati jagung bakar ataupun lumpia yang banyak dijajakan pedagang kaki lima. Kami menunggu sunrise sejak jam 4.30 WITA. Setelah matahari terbit, kami sangat senang sekali karena sunrise sangat indah. Kami tak mau melewatkan moment itu. Kami berfoto-foto dan tanpa malu-malu, kami juga mengajak bule-bule di sana untuk berfoto bersama kami.
Setelah menikmati sunrise di Sanur, kami melanjutkan tour ke Jimbaran yang terletak di sebelah selatan pulau Bali. Lokasinya tidak jauh dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Kata pemandu kami, sebelum menjadi terkenal seperti saat ini, Jimbaran merupakan sebuah kampung nelayan tradisional. Kami ke Jimbaran hanya untuk mencari sarapan. Di Jimbaran terdapat banyak rumah makan atau restoran yang menyajikan berbagai makanan laut (seafood). Di Jimbaran juga terdapat berbagai hotel internasional yang menjulang tinggi. Kebanyakan yang keluar masuk di hotel-hotel tersebut adalah wisatawan asing. Sementara kami yang bisa dikatakan memiliki pulau bali karena kami adalah warga negara Indonesia, justru hanya menginap di hotel melati. Hehehehe.. Saat menyusuri jalan di daerah Jimbaran, kami melihat sederetan restoran yang menawarkan menu makanan seafood sebagai menu utama. Jimbaran merupakan tempat yang menyenangkan, namun kami tidak memesan seafood. Meskipun di Bali, kami mencari restoran padang biar jelas kehalalannya. Hehehe..
Setelah sarapan, kami lanjutkan perjalanan ke Bedugul yang merupakan salah satu objek wisata Bali yang menawarkan keindahan alam pegunungan dan danau. Tempatnya yang tinggi membuat daerah ini selalu diselimuti kabut dan berhawa dingin. Sewaktu kami tiba disana, aku sangat terkesima menikmati keindahan alam di sekitar danau beratan. Di tengah danau terdapat sebuah Pura yaitu Pura Ulun Danu yang merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Dewi Danu sebagai pemberi kesuburan.
Setelah dari Bedugul, sebenarnya aku lupa urutan perjalanan kami selanjutnya. Yang pasti, setelah dari Bedugul kami mengunjungi beberapa objek wisata lainnya di Bali, diantaranya Uluwatu, tanah Lot, Pasar Soekowati, GWK Cultural Park di Pecatu, Taman Budaya di Denpasar, tempat untuk Parasseling dan Banana Boat (tapi aku lupa nama tempatnya.
Kami menghabiskan waktu tiga hari untuk mengunjungi semua tempat tersebut. Meskipun singkat, kami sangat menikmati perjalanan wisata kami. Di Uluwatu, kami sempat berfoto-foto di pinggir tebing, di Tanah Lot kami sempat menyaksikan sunset, di GWK kami juga cukup lama berfoto-foto di bawah patung Garuda Kencana Wisnu, dan patung Dewa Wisnu tentunya. Fasilitas yang ada di GWK ideal untuk semua jenis acara outdoor. diantaranya akustik Amphitheatre yang merupakan tempat untuk pertunjukan budaya, berkapasitas 800 orang, tertutup oleh pilar batu kapur yang sangat besar dengan angka Wisnu sebagai latar belakang. Selain itu, juga terdapat area Lotus Pond dramatis yang memiliki kapasitas untuk 7500 orang. Teater ini mirip seperti jalan seremonial di pedasaan Bali. Selain itu, ada pula Street Theatre yang cocok untuk acara fashion shows, and pertunjukan gerak lainnya. Ada pula Plaza kura-kura dan Galeri Pameran yang luasnya 200 meter persegi tertutup serta sepuluh meter persegi halaman yang terbuka di dalam. Sebenarnya, di taman Budaya, di Tanah Lot, dan di GWK terdapat toko-toko yang menjual soufenir dan oleh-oleh khas Bali. Tapi kami tidak membeli oleh-oleh di Tempat itu. Kami membeli oleh-oleh di Pasar Soekowati yang terkenal sebagai tempat dijualnya barang-barang seni khas Bali yang cocok dijadikan oleh-oleh Bali untuk teman, saudara, atau sanak keluarga kami. Barang-barang yang dijual cukup menarik dan harganya pun miring. Mulai dari sandal manik-manik, celana pendek khas Bali, pakaian, batik, tas, lukisan, patung kayu, bed cover, alat-alat rumah tangga sampai pernak-pernik dan perhiasaan dijual disini. Di pasar Soekowati, aku membeli udeng dan sarung Bali. Karena aku tidak mempunyai keahlian menawar, maka aku meminta tolong Bli Nengan (sopir kami) untuk membelikan udeng dan sarung tersebut. Kata Bli, disini jangan takut menawar, penjual tidak akan marah kalau kita menawar dengan harga rendah. Sarung Bali yang saya minta, dibelikan Bli Nengah seharga empat puluh ribu rupiah dan udeng seharga sepuluh ribu rupiah. Selain membeli udeng dan sarung, aku juga membeli beberapa pernak-pernik dan dodol salak Bali yang aku jadikan oleh-oleh untuk teman-temanku di Jogja. Setelah tiga hari keliling Bali, saatnya kembali ke Jogja.. rasanya capek tapi sangat menyenangkan. Meskipun penuh pengorbanan, tapi Liburan di Bali merupakan liburan yang tidak terlupakan dalam hidupku.