Kamis, 12 Maret 2015

eksistensi Tari Kecak di era globalisasi saat ini

BAB III PEMBAHASAN
3.1. Sejarah Tari Kecak Tari Kecak atau Cak merupakan tarian yang berasal dari salah satu bagian Tari Sanghyang. Tari Kecak ini pertama kali dilakukan sekitar tahun 1930, tarian ini sangat unik karena tidak diiringi dengan musik Bali atau gamelan seperti halnya tarian yang lain, lagunya diambil dari ritual tarian Sanghyang kuno. Tari Kecak ditarikan oleh lebih dari 50 orang bahkan sampai ratusan maupun ribuan dan kebanyakan penarinya adalah laki-laki. Kata Kecak berasal dari kata “cak” yang diucapkan secara beramai-ramai. Pakaian para penari Kecak hanyalah sehelai kain yang dicawatkan, dan bagian badan atas tidak memakai apa-apa. Mereka membuat lingkaran beberapa saf dan di tengah-tengah mereka terdapat lampu penerang. Semula mereka hanyalah menggerak-gerakkan badan mereka ke kiri dan ke kanan secara ritmis sambil mengucapkan kata-kata “cak-cak-cak-cak” dan seterusnya dengan irama yang agak lambat, lama kelamaan iramanya menjadi cepat, dan dengan disertai angkatan tangan yang digetar-getarkan. Dalam suasana yang demikian ini, dibarengi pula suara-suara desis seperti suara kera atau raksasa. Dalam saat-saat tertentu penari-penari Kecak yang setengah lingkaran merebahkan diri ke belakang secara serentak dan dilakukan bergantian. Selain para penari Kecak itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana, seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, Sugriwa, Laksmana, Megananda, Jatayu, Kumbakarna.
Asal mula Tari Kecak tidak diketahui secara pasti darimana tarian Kecak berasal dan darimana pertama kali berkembang, namun ada suatu macam kesepakatan pada masyarakat Bali, Kecak pertama kali berkembang menjadi seni pertunjukan di Bona dan Gianyar. Pada tahun 1930an artis dari desa Bona dan Gianyar mencoba untuk mengembangkan tarian Kecak yang tang awalnya hanya untuk mengiringi tarian Sanghyang, dengan mengambil cerita Ramayana yang didramatarikan sebagai pengganti Tari Sanghyang sehingga tarian ini akhirnya bisa dipertontonkan di depan umun sebagai senipertunjukan. Hanya sekedar pengetahuan, Tari Sanghyang merupakan tari kedewian di Bali yang biasanya dipakai sebagai sarana pengusir penyakit yang menjalar (epidemi). Apabila di Bali terjadi wabah penyakit atau epidemi, mulailah di mana-mana diselenggarakan Tari Sanghyang. Tari Sanghayang adalah tarian trance, sebab pada waktu penari itu kemasukan dewi, ia tak sadarkan diri. Tari ini selain dipakai sebagai penolak wabah penyakit juga dipakai sebagai sarana pelindung masyarakat Bali terhadap ancaman kekuatan-kekuatan jahat yang ditimbulkan oleh magi hitam.
3.2. Pola Tari Kecak Sebagai suatu pertunjukan Tari Kecak didukung oleh beberapa faktor yang sangat penting, lebih-lebih dalam pertunjukan Tari Kecak ini menyajikan tarian sebagai pengatar cerita, tentu musik sangatlah penting untuk mengiringi lenggak-lenggok penari. Namun dalam Tari Kecak musik dihasilkan dari perpaduan suara anggota “cak” yang berjumlah sekitar 50-70 orang hingga ratusan bahkan ribuan orang semuanya akan membuat musik secara akapela. Seorang akan bertindak sebagai pemimpin yang memberikan nada awal, seorang lagi bertindak sebagai penekan yang bertugas memberikan tekanan nada tinggi atau renda. Seorang bertindak sebagai penembang solo dan seorang lagi akan bertindak sebagai ki dalang yang mengantarkan alur cerita. Penari dalam Tari Kecak gerakannya tidak mesti mengikuti pakem-pakem tari yang diiringi oleh gamelan. Jadi dalam Tari Kecak ini gerak tubuh penari lebih santai karena yang diutamakan adalah jalan cerita dan perpaduan suara. 3.3. Cerita Dalam Tari Kecak Ceita yang paling populer dalam Tari Kecak adalah cerita Ramayana pada bagian dimana Raja Rama dan istrinya Dewi Shinta serta adiknya Laksmana tengah berada di dalam hutan karena diasingkan dari kerajaan mereka. Berikut adegan dalam Tari Kecak, Adegan satu : Rama, Shinta dan Laksmana sedang berada dalam hutan tiba-tiba muncul seekor Kijang Emas (penjelmaan dari pembantu Raja Rahwana yang ditugaskan untuk memancing agar Rama meninggalkan Shinta sendirian) mendekati mereka kemudian menjauh seakan ingin mengajak mereka bermain melihat kijang yang lucu tersebut Shinta meminta Rama untuk menangkapnya. Sebelum Rama pergi meninggalkan Shinta, Rama meminta adiknaya Laksmana menjaga Shinta, kemudian Rama meninggalkan Shinta dan Laksmana untuk mengejar kijang emas yang berlari menjauh. Tak selang beberapa lama kemudian terdengar suara kesakitan yang mirip suara Rama yang meminta tolong. Mendengar itu Shinta merasa cemas kemudian meminta Laksmana untuk menyusul Rama, Laksmana tidak percaya kalau suara itu adalah suara Rama karena dia tahu Rama tidak mungkin dapat dilukai oleh seekor kijang. Namun Shinta tidak mau mengerti dia malah marah pada Laksmana dan menuduh Laksmana sengaja membiarkan Rama mati sehingga dia bisa mengawini Shinta kelak. Karena terus didesak oleh Shinta akhirnya Laksmana mau pergi menyusul Rama. Sebelum meninggalkan Shinta sendirian Laksmana membuat lingkaran dan meminta Shinta untuk tetap berada dalam lingkaran. Setelah Laksmana pergi kemudian muncul seorang pendeta yang sebenarnya adalah penjelmaan Rahwana. Pendeta ini meminta air kepada Shinta. Karena merasa iba Shinta memberikan air kepada pendeta tersebut dengan menjulurkan tangannya keluar lingkaran. Seketika itu juga pendeta tua itu berubah menjadi Rahwana kemudian membawa Shinta pergi. Shinta lalu menjerit meminta tolong dan jeritannya tersebut didengar oleh Burung Garuda yang sedang terbang di angkasa. Lalu Garuda menolong Shinta, namun pertolongannya tidak berhasil karena sayapnya putus ditebas oleh Rahwana. Shinta pun dibawa kabur ke Alengka Pura oleh Rahwana. Gambar 1. Adegan 1a Gambar 2. Adegan 1b Adegan Dua : Dikisahkan Shinta telah berada di Kerajaan Alengka ditemani oleh Trijata keponakan Rahwana yang ditugaskan untuk menjaga Shinta. Shinta terlihat sedih menangisi nasib yang menimpanya sambil terus berharap Rama datang untuk menyelamatkannya. Kemudian muncul Kera Putih Hanoman. Pada awalnya Shinta mengira Hanoman juga merupakan penjelmaan Rahwana, namun setelah Hanoman menjelaskan bahwa dirinya adalah utusan Rama, serta menyerahkan cincin sebagai bukti. Kemudian Shinta memberikan bunga kepada hanoman untuk diserahkan pada Rama. Sebelum meninggalkan kerajaan Alengka Hanoman membakar taman dan beberapa tempat di kerajaan Alengka sebagai pesan pada Rahwana bahwa Rama akan datang untuk menyelamatkan Shinta. Gambar 3.Adegan 2 Gambar 4. Adegan 2 Adegan Tiga : Peperangan dimulai, Rama dengan pelayannya bernama Tualen serta tentara keranya tiba di Alengka untuk menyerang dan menghancurkan kerajaan Rahwana. Pada awal pertempuran putera Rahwana yang bernama Megananda serta pelayannya Delem berhasil mengalahkan dan mengikat Rama dengan kekuatan sihirnya sehingga Rama serata anak buahnya tidak bisa bergerak dan menjadi lemas. Kemudian Rama berdoa memohon kepada para Dewata untuk menyelamatkannya, kemudian muncullah seekor Burung Garuda membantu Rama menyelamatkannya. Adegan Empat : Kemudian Rama beserta tentaranya kembali pulih seperti sedia kala lalu Rama memerintahkan Raja Kera Sugriwa untuk melawan Megananda, pada adaegan ini para penari Kecak akan membentuk dua kelompok, satu kelompok menjadi tentara Megananda, satu kelompok yang lain menjadi tentara Sugriwa. Dalam pertempuran ini Sugriwa berhasil mengalahkan Megananda. Kemudian para penari Kecak kembali menjadi satu kelompok. Adegan Lima : Diceritakan bahwa Rahwana telah dapat dikalahkan dan Rama berkumpul kembali dengan istrinya Shinta. Pertemuan mereka ini disaksikan oleh Laksmana, Sugriwa dan Hanoman.


3.4. Nilai-nilai yang terkandung dalam Tari Kecak Tari Kecak merupakan salah satu bentuk dari tari Babali yaitu tari-tarian yang dapat dipersembahkan dalam rangkaian upacara Panca Yajna, maupun hanya sebagai hiburan (DR. I Made Titib, 2003:158). Tari Kecak dipandang dari sejarahnya berasal dari Tari Sanghyang, yang biasanya berfungsi sebagai sarana pengusir penyakit dan juga sebagai sarana pelindung masyarakat Bali terhadap ancaman kekuatan jahat, tentunya mengandung banyak nilai-nilai, baik dalam filsafat maupun seni budaya. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam Tari Kecak adalah, 1. Nilai Religius Masyarakat Bali mempercayai Tari Kecak sebagai salah satu tarian ritual memanggil dewi untuk mengusir penyakit dan juga sebagai sarana pelindung dari kekuatan jahat. Dalam hal ini masyarakat Bali sangat mempercayai Dewinya untuk melindungi dirinya dari ancaman-ancaman. Dewi yang biasanya dipanggil dalam ritual ini adalah Dewi Suprabha atau Tilotama. 2. Nilai Estetika Dalam sebuah karya seni pastilah mempunyai nilai estetika atau keindahan. Hal ini dapat kita lihat dari gerakan penari Kecak, kekompakan semua penarinya. Keselarasan antara lagu dan gerakan yang terlihat sangat ritmis meskipun tanpa alat musik apapun. Di dalam perkembangannya Tari Kecak tidak hanya sebagai tarian suci atau sakral seperti di atas, akan tetapi juga menjadi sebuah drama tari pertunjukan yang menceritakan kisah Ramayana maupun Mahabarata. Hal ini tentunya juga berpengaruh pada nilai-nilai yang ingin disampaikan pada penikmat Tari Kecak. Filsafat hitam-putih yang ada dalam Epos Ramayana juga semakin memperjelas nilai-nilai yang terkandung dalam Tarian Kecak. Karena dalam Epos Ramayana diperlihatkan secara jelas antara yang baik dan yang buruk, berbeda dengan Epos Mahabarata, yang merupakan filsafat abu-abu. Adapun nilai-nilai yang terkandung adalah: 1. Nilai religius Nilai religius terlihat jelas pada adegan tiga, dimana Rama memohon pertolongan pada Dewata. Hal ini menunjukkan bahwa dalam cerita tersebut sangat mempercayai kekuatan Tuhan untuk menolong dirinya. Orang Bali yang sangat menjaga nilai adat dan religi dalam tarian itu maka penari perempuan haruslah memakai kemben (baju adapt Bali) bukan telanjang dada seperti para penari prianya. Jadi penari perempuan belum pernah dipasang pada posisi pasukan kera. 2. Nilai moral Dalam adegan-adegan Tari Kecak yang mengambil cerita Ramayana terdapat banyak sekali nilai-nilai moral yang dihadirkan. Seperti, kesetiaan Shinta pada suaminya (Rama), kesetiaan Laksmana pada kakaknya. Nilai moral juga terlihat pada Burung Garuda yang ingin menolong Shinta dari cengkeraman Rahwana sampai ia mengorbankan sayapnya. Dalam cerita tersebut Rahwana sebagai pemegang sifat buruk, tamak, serakah, dan sebagainya ia bahkan mengambil apa yang bukan miliknya secara paksa. Kesetiaan juga terlihat pada adik kandung Rahwana yang bernama Kumbakarna, meskipun ia tidak menyukai tindakan kakaknya akan tetapi ia tetap membantu kerajaannya berperang melawan pasukan Rama sebagai bukti kesetiaannya pada negara. 3. Nilai estetika Gerakan Tari kecak yang sangat indah dan sangat khas dan unik menjadi alasan saya menjadikannya sebagai sebuah nilai estetika. Selain itu, unsur gerak dan bunyi yang menjadi ciri khas Tarian Kecak merupakan bagian yang paling sederhana yang dilakukan secara seragam dan bersamaan sehingga menjadi filosofi penting atas terjadinya persaudaraan yang universal. 3.5. Eksistensi Tari Kecak di Era Globalisasi Tari Kecak terus mengalami perubahan dan perkembangan sejak tahun 1970an. Perkembangan yang biasa adalah dari segi cerita dan pementasan. Dari segi cerita untuk pementasan tidak hanya berpatokan pada satu bagian dari Ramayana, akan tetapi bagian cerita yang lain dari Ramayana. Kemudian dari segi pementasan, saat ini pementasan Tari Kecak tidak hanya berada di satu tempat seperti Desa Bona, Gianyar namun juga desa-desa yang lain di Bali mulai mengembangkan Tari Kecak, sehingga diseluruh Bali terdapat puluhan grup Kecak, dimana anggotanya biasanya anggota Banjar. Kegiatan-kegiatan festival Tari Kecak juga sering dilaksanakan di Bali baik oleh pemerintah maupun oleh sekolah seni yang ada di Bali. Serta dari jumlah penari terbanyak yang pernah dipentaskan dalam Tari Kecak tercatat pada tahun 1979 diamana melibatkan 500 orang penari. Pada saat itu dipentaskan Kecak dengan mengambil cerita dari Mahabarata. Namun rekor ini dipecahkan oleh pemerintah Kabupaten Tabanan yang menyelenggarakan Kecak Kolosal dengan 5000 orang penari pada tanggal 29 September 2006, di Tanah Lot, Tabanan, Bali. Salah satu upaya pemerintah Tabanan, Bali, untuk mengembangkan Tari Kecak sehingga lebih dikenal di dalam maupun luar negeri adalah dengan adanya program CAKolosal, yaitu sebuah gagasan penting yang memiliki dimensi spiritual, budaya, dan ekonomi dimana momentum penyelenggaraannya diharapkan menjadi pemantik terbentuknya semangat, inisiatif dan kebersamaan guna menggulirkan dinamika pembangunan berbasis masyarakat yang kini tengah diperlukan. Penggalian ini diyakini juga sebagai pemberdayaan local genius yang akan melandasi sebuah pembangunan berkelanjutan secara bijak (www.cakolosal.com) . Tari kecak dalam era globalisasi seperti saat ini bukannya menjadi tenggelam ditelan zaman dan teknologi akan tetapi eksistensinya tetap berkumandang di seluruh dunia. Apalagi Bali yang dikenal dengan sebutan Pulau Dewata yang banyak dikunjungi oleh banyak wisatawan mancanegara, tentunya tidak menjadi hal yang sulit untuk memperkenalkan dan mempopulerkan Tari Kecak ke seluruh dunia. Eksistensi Tari Kecak di mancanegara terbukti dengan tampilnya tari kecak di beberapa Negara, seperti : 1. Tampilnya Tari Kecak di Lebanon Selatan pada hari Sabtu, 10 Maret 2007 oleh 80 prajurit TNI. Acara ini mengundang tepuk tangan para tamu undangan dari kontingen Malaysia, Nepal, dan Spanyol. 2. Pagelaran Tari Kecak yang ditampilkan di Moskow pada 17 Agustus 2005, yang merebut perhatian banyak kalangan, termasuk para diplomat asing yang berada di ibu kota Rusia. Banyak diplomat di Moskow yang meminta agar Tari Kecak ini di adakan kembali. Dua contoh di atas menunjukkan bahwa tari Kecak sudah sangat populer di mancanegara sampai-sampai membuat semua penontonnya terpikat dan ketagihan untuk menyaksikan Tari Kecak. Hal ini juga tidak lepas dari partisipasi pemerintah dan para duta besar yang di tempatkan di luar negeri untuk ikut mempopulerkan Tari Kecak. Selain contoh di atas, saat ini makin banyak wisatawan asing yang mempelajari Tari Kecak ini, dan mencoba untuk ikut menarikannya.


GOOGLE search
Custom Search

Google search

Custom Search