BAB I
A. Latar belakang permasalahan
Besarnya tantangan yang dihadapi manusia Indonesia masa depan, dunia yang terus berubah bahkan rasanya berlari semakin cepat, mengharuskan manusia Indonesia “tunggang-langgang” mengejar-kalau perlu mendahului maju di depan. Kalau tidak, seperti yang sudah terjadi sekarang terkaget-kaget dalam menerima perubahan global. Dengan berjalannya waktu seharusnya terjadi interpretasi dan reinterpretasi terhadap tradisi. "Namun, selama ini tradisi tidak diberi ruang untuk mengembangkan diri atau berinovasi. Inovasi tersebut justru dilakukan oleh kekuatan global. Ini, misalnya, terjadi pada wayang, keroncong, batik, tempe, dan tarian tradisional"
Indonesia mempunyai ragam budaya yang beraneka ragam macamnya disetiap daerah. Keanekaragaman budaya ini ditunjukkan dengan seni tradisi pertunjukan yang digelar dalam acara-acara tertentu. Seni tradisi datang dari sumber-sumber yang tidak bisa lepas dari lingkungan sosial setempat meskipun terjadi pergeseran zaman. Seni tradisi tidak selalu berada dalam keadaan yang sama disepanjang zaman dan dilain tempat, maskipun nama yang dipakai boleh sama. Dari nama dan cerita yang sama tentang salah satu seni tradisi budaya adalah tayub, yang bergeser fungsinya dalam arus zaman sampai perkembangannya saat ini.
Tari Tayub adalah salah satu aspek kebudayaan bangsa yang sarat akan nilai-nilai estetika, nilai-nilai etik dan nilai-nilai religius yang mencerminkan keluhuran moral. Tayuban berkaitan langsung dengan tema bersih desa atau ritus-ritus kesuburan serta syukuran seperti menegaskan kembali posisi seni tersebut pada masa-masa industrialisasi berskala massal belum menjadi sumbu penggerak masyarakat di tanah Jawa. Penting untuk dicatat betapa baik upacara bersih desa maupun ritus-ritus upacara kesuburan adalah bentuk-bentuk relasi manusia dengan alam sekelilingnya tempat mereka sehari-hari hidup berkegiatan.
Tari tayub melambangkan kehidupan masyarakat agraris yang sarat dengan perilaku “Gotong Royong”. Gotong royong merupakan suatu jati diri (identitas sosial) yang perlu ditumbuhkan dalam masyarakat modern demi kelangsungan masa depan bangsa. Gotong Royong, sistem tradisonal Indonesia berbagi tugas, adalah struktur sosial. Zaman dulu yang masih tersebar di desa-desa di seluruh Jawa dan di sebagian besar Indonesia. Ini serupa dengan kegiatan “membuat gudang” di komunitas pertanian seluruh dunia, dimana semua masyarakat atau sebuah grup akan membantu sebuah keluarga untuk membangun sebuah rumah baru atau gedung di tanah milik mereka. Ini juga dapat digunakan untuk membantu penanaman, mengambil panen atau kegiatan tahunan yang lain. Itu semua yang datang diperlakukan dengan biasa, mungkin juga dihibur.Di beberapa area, Gotong Royong masih suatu kewajiban sosial yang kuat. Akan tetapi, di beberapa area yang lain, ini menjadi penurunan yang drastis, digantikan semata-mata sebagai cara untuk mengumpulkan orang dengan memberikan uang agar dapat berkumpul bersama.
Persaingan dalam dunia pasar dan kapitalisme, membuat orang tidak lagi menemukan jatidiri individualnya dalam jatidiri sosial. Dalam masyarakat modern ini jati diri individual menjadi abstrak dan berdasarkan kebebasannya sendiri, kesadaran bahwa sesorang menjadi warga komunitas, sehingga berbuat baik terhadap warga komunitas yang lain dan bagi komunitas secara keseluruhan adalah baik bagi dirinya sendiri juga, telah menipis dan bahkan cenderung menghilang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tari tayub disatu sisi merupakan high culture. Nilai-nilai Gotong royong dalam tari ini pastinya sangat memberiakn kontribusi yang berarti dalam usaha mempertahankan jati diri bangsa di era globalisasi ini saat ini dan di masa depan. Hal ini karena persiapan dan perencanaan yang matang dan terarah sangat diperlukan bagi kelangsungan kehidupan berbangsa di masa depan terutama dalam aspek Persatuan.
.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka apat di kembangkan permasalahan pokok yang di teliti dalam penelitian ini, yaitu:
a. Bagaimana proses perkembangan alam pemikiran dalam tari tayub dari awal munculnya sampai sekarang?
b. Apa pentingnya semangat gotong royong bagi masa depan bangsa?
c. Apa yang menyebabkan Tayub bisa mengalami pergeseran nilai-nilai?
d. Nilai-nilai tari tayub apa saja yang sesuai dan yang tidak sesuai bagi kehidupan bangsa di masa depan?
C. Keaslian Penelitian
Penelitian dan tulisan-tulisan tari tayub pada umumnya membahas wayang secara deskriptif tentang jalannya pertunjukan, kostum, dan ritual. Tarian tersebut hanya dikaji sebagai sebuah hiburan dan unsur-unsurnya hanya dipandang sebagai pelengkap saja tanpa memandang makna dan nilai-nilai luhur dari tari tayub itu sendiri.
Tayub diteliti oleh Primanto Nugroho dengan judul Si(apa) yang Berkuasa atas Narasi Seksual Seni Tradisi?. Ada dua hal yang dapat dipakai untuk membuka narasi seksual seni tradisi, yakni: kadar seksualitas dalam pertunjukan itu sendiri dan relasi seksual dalam komuitas seni pertunjukan yang bersangkutan, baik secara internal diantara pekerja seni itu maupun dalam hubungan dengan orang-orang diluar komunitas seninya. Seni tradisi tidak selalu dalam keadaan yang sama disepanjang zaman dan disembarang tempat. Untuk itu urutan tulisan ini akan berangkat dari cerita-cerita tentang salah satu seni tradisiyang disebut tayub dalam arus zaman, yang diikuti dengan paparan gaya bercerita seni tersebut sebagaimana dilakukan oleh industri media massa cetak. Baru akan ditutupdengan cerita mengenai pertanyaan atas cap pantologi seksual yang kerap kali digunakan untuk mendeskripsikan rupa-rupa keadaan seni pertunjukan tradisional.
Penelitian yang akan dilakukan ini membahas dari sudut pandang filsafati terutama konsep-konsep di bidang aksiologi. Aksiologi atau filsafat nilai ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Sesungguhnya nilai merupakan pengertian yang lebih luaslingkupnya dibandingkan dengan pengertian yang baik, dan pengertian tersebut menyangkut perangkat hal yang disetujui dan yang tidak disetujui.
.
D. Manfaat Penelitian
• Bagi ilmu pengetahuan
Dengan penelitian ini maka dapat diproleh hasil yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan adalah dapat memperluas pandangan kita tentang pengetahuan dari seni pertunjukan tayub yang mengalami pergeseran nilai-nilai. Dimana kita dapat mengenal seni tayub dari awal lahirnya sampai saat ini yang mengalami perubahan fungsi dari rasa syukur menjadi hiburan dalam masyarakat. Selain itu kita dapat mengetahui pengabungan antara seni dan filsafat dalam pembahasannya, sehingga dapat menjadi wacana baru dalam bidang ilmu pengetahuan. selain itu, dengan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tari tayub, para ilmuan mempunyai pedoman dan orientasi pada nilai-nilai luhur kehidupan. sehingga senantiasa berkarya dalam bidang pengetahuan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur tersebut.
• Bagi Filsafat
Dengan penelitian ini dapat diperoleh maanfaat bagi bidang filsafat dapat dijadikan sebagai bahan kajian Filsafat. Filsafat dapat memberikan makna fungsional yang terkandung dalam tarian tayub yang pada awalanya bersifat abstrak menjadi jelas. Filsafat dapat mengkaji secara mendalam sampai pada suatu hakikat bahwa isi nilai dalam sebuah tarian yang merupakan nilai-nilai budaya daerah merupakan nilai-nilai fisafat pancasila. atau dapat dikatakan bahwa nilai-nilai positif yang terkandung dalam tarian tayub adalah bagian dari puncak-puncak budaya daerah. dengan demikian dapat diketahui bahwa cakupan filsafat itu sangat luas. Selain itu, objek materi yang diambil dalam pokok bahasan ini dapat menambah wacana bagi filsafat yang mungkin sebelumnya belum ada penggabungan ini dengan objek seni pertunjukan tayub.
• Bagi Bangsa Indonesia
Penelitian ini berguna bagi bangsa Indonesia kerena dengan ini bangsa Indonesia mengenal dan mengetahui bahwa Indonesia mempunyai beragam budaya, salah satunya adalah seni pertunjukan tayub yang ada sejak zaman dulu dan yang menjadi kontoversi karena terjadinya pergeseran nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Dengan memahami nilai-nilai positif hususnya niliai gotong-royong yang terkandung dalam tari tayub serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, bangsa Indonesia tidak akan kehilangan jati diri bangsanya di era globalisasi ini dan bahkan mampu bersaing di tingkat global karena eratnya persatuan dan bekerjasama dalam memajukan bangsa..
E. Tinjauan Pustaka
Tayub adalah salah satu kesenian rakyat di Jawa yang masih populer hingga tahun 1980-an. Kesenian ini banyak dijumpai di daerah di Jawa. Terutama daerah-daerah Jawa Timur bagian barat (Tuban, Bojonegoro, Ngawi, Madiun, Nganjuk) dan Jawa Tengah bagian timur (Sragen, Grombokan, Blora). Di daerah Sragen, Ngawi, Grobogan dan sekitarnya, penari Tayub sering disebut Ledhek. Sedang di Nganjuk dan sekitarnya dipanggil Tandak. Di Tuban, Tayub diakui sebagai salah satu kesenian tradisional daerah itu. Bahkan, Tayub dianggap sebagai peninggalan dari budaya leluhur yang telah memasyarakat secara turun menurun. Di Banyuwangi (ujung timur Jawa Timur), kesenian Tayub lebih dikenal sebagai Gandrung. Sedang di Jawa Barat, ada Jaipong yang juga identik dengan Tayub.
Penari Tayub terdiri dari dua orang atau lebih penari. Mereka, biasanya tampil pada malam hari, untuk memeriahkan acara pernikahan atau kithanan.Penari Tayub biasanya mengawali pentas dengan membawakan Tari Gambir Anon, sebuah tarian klasik dengan gaya lemah lembut. Setelah itu, mereka menarikan irama-irama rancak.Yang unik dari tarian ini adalah ikut sertanya para penonton atau tamu untuk menari bersama dengan penari Tayub. Acara akan semakin ramai dan hangat ketika penari Tayub yang disebut sindir, menyanyikan gending-gending (lagu) yang sedang in dan digemari oleh penononton. Hal ini membuat banyak penonton yang turut serta menari dengan gerakan tari yang mereka bisa lakukan. Sindir biasanya selalu memenuhi keinginan penonton dengan melantumkan lagu yang di minta oleh para penonton.
Pada dasarnya tari tayub adalah Tari pergaulan berkaitan dengan upacara ungkapan rasa syukur sehabis panen raya dan erat kaitannya dengan semangat gotong-royong masyarakat agraris. Tetapi kemudian bergeser menjadi pertunjukan hiburan yang justru cenderung negatif seperti mabuk-mabukan,judi, dan pelecehan seksual. Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik dan dijunjung tinggi. Dalam tayub terdapat pergeseran nilai-nilai yaitu dari fungsi rasa ucapan syukur atas panen raya menjadi fungsi negatif yaitu dari mabuk, judi, sampai pelecehan seksual atau pesetubuhan.
Fenomena adalah suatu keadaan yang telah atau sedang terjadi. Inspirasi adalah suatu ide yang muncul dalam suatu pemikiran yang dirumuskan. Ekspresi seksual adalah suatu ungkapan dari jiwa yang muncul dan dinyatakan melalui perbuatan seksual atau berhubungan dengan tubuh. Seni budaya sendiri berarti sebuah seni tradisi yang ada sebagai buah usaha budi dari masyarakat. Objek materi Pegeseran Nilai-nilai Tayub sebagai Fenomena, Inspirasi, dan Ekspresi Seksual Seni Budaya adalah seni budaya. Seni adalah hasil kegiatan yang merupakan ungkapan keindahan. Budaya adalah buah usaha budi. Seni budaya merupakan hasil kegiatan tentang keindahan dari buah usaha budi.
Dalam khazanah sastra Indonesia selepas tahun 1945 dapat dijumpai deskripsi tentang tayub seperti umpamanya dalam petikan sebuah cerita pendek karya Umar Kayam ini: “Tayuban adalah satu kesenangan yang menuntut lebih banyak lagi sikap serta cita rasa yang khusus. Untuk ini dibutuhkan perwatakan serta tipe yang khas lagi.Dia mestilah seorang Casanova yang gembira, lincah dan luwes. Dia mestilah seorang yang tidak tidak kaku dan ragu-ragu membuat gerakan-gerakan tandak apalagi malu-malu dalam menghadapi liat-liat ledek atau ronggeng yang penuh dengan isyarat serta senyum yang sensuil itu. Pada saat-saat tertentu, pada jatuhnya sesuatu pukulan gong, si penanyub diharapkan oleh ledek dan juga oleh para hadirin untuk mencium pipi ledek. Dan bila malam yang telah larut, bau mulut para penayub itu telah menbusa dengan jenewer dan whisky, kendang telah disentakkan dengan suara yang sugestif, si penayub boleh saja menarik si ledek masuk ke dalam kamar.” [Kayam, 1975, hal. 90]
Tayub, tari Kraton yang terpinggirkan [Solopos, 18 Juli 2001, hal.5]
a. Tayub yang sebenarnya menempati posisi sebagai tarian yang sangat terhormat, setelah mengalami pergeseran dan telah kemasukan unsur-unsur budaya asing yang tidak cocok dengan norma dan aturan budaya Jawa, tarian itu pun dikeluarkan dari Kraton.
b. Pada jaman penjajahan Belanda, Kerajaan Surakarta menggunakan tayub untuk menyambut para tamu pembesar. Ketika tayub menjadi tarian penyambut kedatangan tamu pembesar Belanda itulah mulai pergeseran bentuk perlaksanaannya. Tayub mulai dimasuki oleh adat bangsa Barat, yang kemudian diistilahkan 3 C yaitu ciu (minuman keras), colek, dan cium.
c. Tayub memiliki falsafah kehidupan yang tinggi yang terkandung dalam makna para penari dan susunan penari yaitu ajaran bahwa orang yang berniat baik itu akan selalu mendapat godaan agar niatnya tidak kesampaian.
F. Landasan Teori
Objek formal (sudut pandang) Pegeseran Nilai-nilai Tayub sebagai Fenomena, Inspirasi, dan Ekspresi Seksual Seni Budaya adalah nilai. Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, yang dijunjung tinggi dan dianggap benar. Sesungguhnya nilai merupakan pengertian yang lebih luas lingkupnya dibandingkan dengan pengertian yang baik, dan pengertian tersebut menyangkut perangkat hal yang disetujui dan tidak disetujui.
Filsafat nilai dari Pegeseran Nilai-nilai Tayub Sebagai Fenomena, Inspirasi, dan Ekspresi Seksual Seni Budaya adalah estetika. Estetika adalah filsafat keindahan yang merupakan pencabangan dari aksiologi. Suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras dan berpola baik, melainkan harus juga mempunyai kepribadian. Tetapi hendaknya diingat kesukaran yang dihadapi dalam menentukan makna yang selaras. Karya seni Tayub dapat juga dikatakan tidak selaras bagian-bagiannya, yang dapat dilihat dalam pergeseran nilai-nilai yang terkandung didalamnya dari tarian ucapan syukur atas hasil panen menjadi sebagai sebuah hiburan masyarakat yang negatif, seperti mabuk-mabukan sampai ekspresi seksualitas yang menjadi bagian dari tayuban.
Pergeseran nilai-nilai dari tayub sebagai seni telah menyalahgunai nilai yang terkandung dalam seni menurut Louis O. Kattsoff yaitu seni sebagai hasil kegiatan intuisi serta pengungkapan perasaan. Dalam seni pertunjukan tayub, pengungkapan perasaan yang disalah gunakan karena dari perasaan syukur menjadi sebuah fenomena, inspirasi, dan ekspresi seksual. Seni ialah hasil kegiatan intuisi yang menyangkut perasaan, karena seni bukanlah sekedar kegiatan menghasilkan citra, melainkan suatu kesatuan yang dihayati oleh perasaan. Selain itu, keindahan sebagai rasa nikmat yang diobjektivasikan. Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Sesungguhnya terdapat banyak rasa nikmat yang bukan merupakan bagian dari citra kita mengenai sesuatu objek, dan untuk membedakan antara rasa nikmat yang merupakan bagian dari citra mengenai suatu objek dan rasa nikmat yang bukan bagian dari citra, maka digunakan kata keindahan
GOOGLE search
Custom Search