Selasa, 07 April 2015

DIMENSI ONTOLOGIS BANGUNAN KERATON YOGYAKARTA

Makna bangunan kraton Yogyakarta sebagai peninggalan hasil budaya bangsa pada masa lalu pertama-tama bukan terletak pada bangunan kraton sebagai simbol kekuatan dan keagungan raja, tetapi terutama terletak pada nilai-nilai yang tersimpan dalam simbol-simbol bangunan kraton yang menyebabkan ratu (raja) dan kawula (rakyat) Yogyakarta dahulu mampu membangun kejayaan dan keagungan. Berpokok pada ajaran “manunggaling kawula gusti” (menyatunya manusia dengan tuhan) dan “sangkan-para-ning dumadi” (asal dan tujuan ciptaan) dengan prinsip pertama “urip mung mampir ngombe” (hidup hanya sementara seperti minum sebagai bekal perjalanan). Nilai-nilai luhur ini hingga kini juga masih tetap terkonservasi dan teraktualisasi dalam tradisi dan sejarah Yogyakarta. Dalam saat krisis nilai seperti sekarang ini, mengkaji nilai-nilai kearifan budaya lokal (dalam hal ini nilai bangunan kraton) diharapkan orang dapat memperoleh kembali makna-makna hidup manusiawinya baik secara eksistensial maupun secara transidental. Perjalanan dari poros selatan ke utara, dari sitinggil kidul menuju kraton Hageng adalah sebagai simbol perjalanan hidup manusia di dunia, yang makna eksistensialnya lebih ditentukan oleh dimensi-dimensi amaliah. Perjalnan dari poros utara ke seltan, dari sitinggil lor menuju kraton Hageng, memberikan perspektif transendental kepada perjuangan eksistensial manusia di dunia. Perjalanan dari sitinggil lor ke kraton Hageng menjadi lambang perjalanan pulang ke rahmatullah, pulang ke pangkuan illahi, kerinduan hati orang-orang taqwa akan kebahagiaan abadi akan dipuaskan secara sempurna dalam keindahan dan keagungan illahi.
Maka dari itu, studi mengenai makna nilai-nilai simbolik bangunan kraton Yogyakarta ini bukan mustahil dapat menjadi awal pencerahan kembali suatu tekad perjuangan luhur, yang dalam jangka dekat berupaya untuk menyelamatkan krisis multidimensial dan disintegrasi bangsa dan negara yang hingga kini belum menunjukan tanda-tanda kapan teratasi; dan dalam jangka panjang ialah untuk membangun kembali Indonesia baru yang lebih manusiawi, madani, bermartabat, lahir dan batin, serta lebih terhormat dalam tata pergaulan global.

Kraton Yogyakarta memanglah bangunan tua, pernah rusak dan dipugar. Dilihat sekilas seperti bangunan Kraton umumnya. Tetapi bila kita mendalami Kraton Yogyakarta, yang merupakan contoh terbesar dan terindah dengan makna simbolis, sebuah filosofi kehidupan, hakikat seorang manusia, bagaimana alam bekerja dan manusia menjalani hidupnya dan berbagai perlambangan eksistensi kehidupan terpendam di dalamnya. 

GOOGLE search
Custom Search

Google search

Custom Search