Makna bangunan kraton Yogyakarta
sebagai peninggalan hasil budaya bangsa pada masa lalu pertama-tama bukan
terletak pada bangunan kraton sebagai simbol kekuatan dan keagungan raja,
tetapi terutama terletak pada nilai-nilai yang tersimpan dalam simbol-simbol
bangunan kraton yang menyebabkan ratu (raja) dan kawula (rakyat) Yogyakarta
dahulu mampu membangun kejayaan dan keagungan. Berpokok pada ajaran “manunggaling kawula gusti” (menyatunya manusia
dengan tuhan) dan “sangkan-para-ning
dumadi” (asal dan tujuan ciptaan) dengan prinsip pertama “urip mung mampir ngombe” (hidup hanya
sementara seperti minum sebagai bekal perjalanan). Nilai-nilai luhur ini
hingga kini juga masih tetap terkonservasi dan teraktualisasi dalam tradisi dan
sejarah Yogyakarta. Dalam saat krisis nilai seperti sekarang ini, mengkaji
nilai-nilai kearifan budaya lokal (dalam hal ini nilai bangunan kraton)
diharapkan orang dapat memperoleh kembali makna-makna hidup manusiawinya baik
secara eksistensial maupun secara transidental. Perjalanan dari poros selatan
ke utara, dari sitinggil kidul menuju kraton Hageng adalah sebagai simbol
perjalanan hidup manusia di dunia, yang makna eksistensialnya lebih ditentukan
oleh dimensi-dimensi amaliah. Perjalnan dari poros utara ke seltan, dari
sitinggil lor menuju kraton Hageng, memberikan perspektif transendental kepada
perjuangan eksistensial manusia di dunia. Perjalanan dari sitinggil lor ke
kraton Hageng menjadi lambang perjalanan pulang ke rahmatullah, pulang ke pangkuan
illahi, kerinduan hati orang-orang taqwa akan kebahagiaan abadi akan dipuaskan
secara sempurna dalam keindahan dan keagungan illahi.
Maka dari itu, studi mengenai makna nilai-nilai
simbolik bangunan kraton Yogyakarta ini bukan mustahil dapat menjadi awal
pencerahan kembali suatu tekad perjuangan luhur, yang dalam jangka dekat
berupaya untuk menyelamatkan krisis multidimensial dan disintegrasi bangsa dan
negara yang hingga kini belum menunjukan tanda-tanda kapan teratasi; dan dalam
jangka panjang ialah untuk membangun kembali Indonesia baru yang lebih
manusiawi, madani, bermartabat, lahir dan batin, serta lebih terhormat dalam
tata pergaulan global.
Kraton Yogyakarta memanglah bangunan tua, pernah
rusak dan dipugar. Dilihat sekilas seperti bangunan Kraton umumnya. Tetapi bila
kita mendalami Kraton Yogyakarta, yang merupakan contoh terbesar dan terindah
dengan makna simbolis, sebuah filosofi kehidupan, hakikat seorang manusia,
bagaimana alam bekerja dan manusia menjalani hidupnya dan berbagai perlambangan
eksistensi kehidupan terpendam di dalamnya.
GOOGLE search
Custom Search