Metafisika
merupakan upaya untuk menjawab problem tentang realitas yang lebih umum, komprehensif,
atau lebih fundamental daripada Ilmu(White, 1987: 1). Oleh karena itu,
metafisika sering dijuluki teori realitas atau teori kebenaran. Bahkan
Honderich dalam Oxford Companion to Philosophy (1998: 255) mengatakan
kalau metafisika itu termasuk First Order
Criteology. Metafisika mempelajari objek yang dikaji untuk dicari prinsip pertama
(first principle) sebagai kebenaran
yang paling akhir.
Sebagai
mahasiswa filsafat, harusnya ada prinsip metafisika dalam diri kita. Kita dapat
berpikir metafisika kapan pun dan di mana pun. Salah satu pemikiran metafisika
yang mendalam terdapat dalam sebuah kitab atau serat yang dinamakan serat centhini.
Serat yang memiliki muatan makna seta filosofi yang tinggi. Oleh karena itu,
kelompok kami berusaha menjelaskan serat centhini dalam sebuah makalah. Objek
formal yang dipakai dalam pembahasan makalah ini adalah metafisika sedangkan
objek materialnya serat centhini. Kami mengerucutkan pembahasan menjadi sebuah
pertanyaan “apakah prinsip pertama dalam serat centhini?”
Serat centhini merupakan serat yang
menimbulkan pro dan kontra, serat yang tidak sedikit orang bilang isinya
“porno”, serat yang mengumbar secara blak-blakan tentang nafsu-nafsu syahwati
dsb. Namun apakah benar kalau serat centhini hanya mengumbar nafsu saja? Apakah
benar kalau yang dibicarakan selalu seks? Tidak adakah makna yang tersembunyi
di dalam tulisan-tulisannya? Berangkat dari berbagai pemasalahan ini maka kita
berani menggunakan judul “metafisika dalam serat centhini”. Pembahasan dalam
serat centhini kami kerucutkan dalam hal seksualitasnya.
1. Dalam Serat Centhini masalah seksual ternyata menjadi tema sentral yang diungkap secara verbal dan terbuka, tanpa tedeng aling-aling. Hal ini sangat berlawanan dengan etika sosial Jawa yang bersifat puritan dan ortodoks. Masalah seksual dalam serat itu diungkapkan dalam berbagai versi dan kasus. Misalnya, menyangkut masalah pengertian, sifat, kedudukan dan fungsinya, etika dan tata cara bermain seks, gaya persetubuhan, dan lain-lain. Bahkan seks juga dibicarakan dalam kaitannya dengan penikmatan hidup atau pelampiasan hasrat hedonisme (sebuah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kenikmatan adalah kebaikan tertinggi atau satu-satunya kebaikan dalam kehidupan).
2. Serat Centhini merupakan ensiklopedi kebudayaan Jawa yang memiliki kedalaman makna. Serat ini ditulis oleh tiga pujangga Sastradipura, Sutrasna, dan Yasadipura atas kehendak Sunan Pakubuwana V. Tujuan dari serat centhini ialah agar segala pengetahuan lahir dan batin yang ada di Jawa ini tidak hilang begitu saja.
3. Dalam kaitannya dengan masalah perkawinan atau kehidupan seksual, serat centhini mengatur menuntun dan mengarahkan perilaku dan tindakan perbuatan manusia.
4. Jadi jelaslah bahwa di dalam serat centhini terutama yang membicarakan tentang perkawinan, terkandung nilai-nilai etika berupa norma-norma moral yang mengajarkan bagimana senyatanya perilaku atau tindakan manusia dalam hubungannya dengan perkawinan, sehingga dapat membuahkan apa yang dicita-citakan.
GOOGLE search
Custom Search