MENUJU PENDIDIKAN NASIONAL YANG MAMPU MENJAWAB TANTANGAN GLOBAL
(0leh Muzdakir muhlisin Mahasiswa Fakultas Filsafat UGM)
Permasalahan
Semakin besarnya tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan masa depan, dunia yang selalu mengalami perubahan-perubahan yang kian kompleks bahkan rasanya berlari semakin cepat, dan sangat sulit diramalkan mengharuskan bangsa kita ini “terus melangkah” beriringan ,maju ke depan atau kalau perlu mendahului pergerakan zaman. Kalau tidak, seperti yang sudah terjadi saat ini terkaget-kaget dalam meghadapi perubahan global khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu salah satu agenda terpenting yang harus diperhatikan bangsa Indonesia sekarang adalah membenahi dunia pendidikan. Jika ingin menjadi bangsa yang besar dan memimpin peradaban yang tidak hanya di Asia tetapi juga di dunia, maka pendidikan terbaik bagi generasi muda adalah kunci jawaban satu-satunya.
Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan karena disanalah masa depan peradaban ini dipertaruhkan. Kini persoalan terbesar kita adalah bagaimana menyesuaikan serta merancang cara berpikir dalam dunia pendidikan menghadapi perubahan dunia. (Benny Susetyo PR,2006)
Pada dasarnya kita juga bergerak, tetapi seperti yang kita ketahui bersama betapa lambatnya kemajuan pendidikan di negara kita ini bahkan di beberapa hal kita justru mundur kebelakang. Tanpa adanya perubahan sistematik dan mendasar pada pendidikan di negara ini, kita akan semakin jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain.
Kita sering membicarakan masalah-masalah pendidikan, akan tetapi nasib pendidikan di negara ini belum terselesaikan dan bahkan semakin terpuruk karena terlalu banyak yang dibicarakan tidak terkait dengan substansi pendidikan itu sendiri.
(0leh Muzdakir muhlisin Mahasiswa Fakultas Filsafat UGM)
Permasalahan
Semakin besarnya tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan masa depan, dunia yang selalu mengalami perubahan-perubahan yang kian kompleks bahkan rasanya berlari semakin cepat, dan sangat sulit diramalkan mengharuskan bangsa kita ini “terus melangkah” beriringan ,maju ke depan atau kalau perlu mendahului pergerakan zaman. Kalau tidak, seperti yang sudah terjadi saat ini terkaget-kaget dalam meghadapi perubahan global khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu salah satu agenda terpenting yang harus diperhatikan bangsa Indonesia sekarang adalah membenahi dunia pendidikan. Jika ingin menjadi bangsa yang besar dan memimpin peradaban yang tidak hanya di Asia tetapi juga di dunia, maka pendidikan terbaik bagi generasi muda adalah kunci jawaban satu-satunya.
Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan karena disanalah masa depan peradaban ini dipertaruhkan. Kini persoalan terbesar kita adalah bagaimana menyesuaikan serta merancang cara berpikir dalam dunia pendidikan menghadapi perubahan dunia. (Benny Susetyo PR,2006)
Pada dasarnya kita juga bergerak, tetapi seperti yang kita ketahui bersama betapa lambatnya kemajuan pendidikan di negara kita ini bahkan di beberapa hal kita justru mundur kebelakang. Tanpa adanya perubahan sistematik dan mendasar pada pendidikan di negara ini, kita akan semakin jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain.
Kita sering membicarakan masalah-masalah pendidikan, akan tetapi nasib pendidikan di negara ini belum terselesaikan dan bahkan semakin terpuruk karena terlalu banyak yang dibicarakan tidak terkait dengan substansi pendidikan itu sendiri.
Today's Inspiration
I LOVE MY LIFE! I BELIEVE THAT MY LIFE IS VERY EXCITING TO DO
I believe that there always something.
There Something to make,
something to read,
something to know,
something to choose and
something to do.
Make challenges,
read good books,
know about our life purpose,
and do the best for this world.
(zaki Muclision indonesia)
When there is a will,
There is a Way.
"To make a great dream come true,
you must first have a great dream".
have a nice day!!!!!!
I believe that there always something.
There Something to make,
something to read,
something to know,
something to choose and
something to do.
Make challenges,
read good books,
know about our life purpose,
and do the best for this world.
(zaki Muclision indonesia)
When there is a will,
There is a Way.
"To make a great dream come true,
you must first have a great dream".
have a nice day!!!!!!
Mengkaji Kembali Sistem pendidikan yang sudah ada
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yg sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan pendidikan belum menempatkan siswa sebagai pribadi yang utuh. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidaklah kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Implementasi pendidikan yg kurang benar.Pendidikan di negara kita belum mampu mengembangkan intelektual serta pengetahuan secara komprehensif. Kegiatan pembelajaran semestinya tidak sekedar menekankan pada kompetisi akademik (Learning how to learn) tetapi juga kompetisi secara personal (Learning how to be), bagaimana menerapkan pengetahuan yang di dapat dalam kehidupan sehari-hari (learning how to do), dan memanfaatkan pengetahuan tersebut demi kebaikan dalam kaitanya dengan kehidupan bersama(learning how to live together) Ditambah lagi terlalu seringnya sistem pendidikan yang digonta-ganti tergantung kondisi politik, padahal itu bukanlah masalah utama, yg menjadi maslah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal.
Penerapan Ujian nasional bukanlah standart yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pendidikan. Dengan diterapkannya standart tersebut, siswa justru harus dibebani dengan kepadatan materi yang tidak banyak membuka ruang diskusi, perdebatan, polemik dan kebebasan berpendapat.
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yg sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan pendidikan belum menempatkan siswa sebagai pribadi yang utuh. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidaklah kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Implementasi pendidikan yg kurang benar.Pendidikan di negara kita belum mampu mengembangkan intelektual serta pengetahuan secara komprehensif. Kegiatan pembelajaran semestinya tidak sekedar menekankan pada kompetisi akademik (Learning how to learn) tetapi juga kompetisi secara personal (Learning how to be), bagaimana menerapkan pengetahuan yang di dapat dalam kehidupan sehari-hari (learning how to do), dan memanfaatkan pengetahuan tersebut demi kebaikan dalam kaitanya dengan kehidupan bersama(learning how to live together) Ditambah lagi terlalu seringnya sistem pendidikan yang digonta-ganti tergantung kondisi politik, padahal itu bukanlah masalah utama, yg menjadi maslah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal.
Penerapan Ujian nasional bukanlah standart yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pendidikan. Dengan diterapkannya standart tersebut, siswa justru harus dibebani dengan kepadatan materi yang tidak banyak membuka ruang diskusi, perdebatan, polemik dan kebebasan berpendapat.
Manajemen Sekolah
Masih banyaknya sekolah belum melaksanakan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dengan benar. Sebagai dampak diterapkannya Ujian Nasional, banyak sekolah yang berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara akademik sehingga bahan pelajaran sudah dipecahkan dan siswa hanya tinggal menghafal saja, sehingga tidak diberi dorongan melakukan pencarian. Seringkali bahan pelajaran diajarkan secara terpisah dan tidak memiliki kaitan historis dengan kenyataan sosial yang dialami siswa. Dengan adanya Ujian Nasional juga mengakibatkan adanya dominasi peran guru yang tidak memberi hak pada siswa karena anak didik hanya dianggap layaknya bejana kosong yang harus ditumpahi informasi , pengetahuan dan ketrampilan siap pakai. Akibatnya Kegiatan belajar mengajar berjalan dalam kebekuan dan teknik hafalan tejadi di hampir semua pelajaran.
Kebijkan Pendidikan yang Adil Bagi Semua
Masalah lain yang dihadapi dunia pendidikan kita yang juga memiliki kaitan erat dengan sistem adalah kebijakan pemerintah yang banyak dianggap merugikan rakyat. Pentingnya pendidikan bagi masa depan bangsa belum menjadi pikiran utama para elite-elite politik pengambil kebijakan, tetapi hanya sebagai sarana perebutan proyek. Banyak RUU yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat disahkan dengan mengatasnamakan rakyat.
Kurikulum pendidikan sering kali di ubah-ubah demi kepentingan politik dan proyek jual-beli buku antara penerbit dan siswa layaknya transaksi jual beli dipasar dengan alasan perbaikan mutu pendidikan. Hal tersebut saya buktikan sendiri dengan pengalaman saya dimana setiap tahunnya orang tua saya harus menyisihkan anggaran lebih untuk membeli buku-buku pelajaran adik saya yang hanya selisih dua tahun karena buku-buku saya sudah tidak dapat dipakai adik saya lantaran berbeda kurikulum.
Lebih parah lagi, Pendidikan dinegeri ini sudah dimasuki intervensi asing dimana liberalisasi pendidikan sebagai sesuatu hal yang tidak perlu ditutup-tutupi.
Liberalisasi (kapitalisasi) pendidikan tinggi merupakan sistem kapitalisme dalam dunia pendidikan tinggi, dengan modus utamanya integrasi pendidikan tinggi dengan pasar global. Liberalisasi pendidikan tinggi berawal dari apa yang dilakukan oleh aktor-aktornya, yaitu Multi National Corporation(MNC) yang dibantu oleh bank dunia/IMF melalui kesepakatan yang dibuat WTO untuk terjun dalam arus globalisasi berdasarkan paham neoliberalisme. (M. Shiddiq al-jawi, 2008)
Dalih dari liberalisasi ini adalah dijauhkannya peran dan tanggung jawab negara dengan istilah yang menipu yakni:”Pembebasan pendidikan dari intervensi negara”
Sebagai contoh adalah pelepasan tanggung jawab Negara ketika UGM di ubah bentuknya menjadi BHMN (Badan Hukum Milik Negara). Akhirnya UGM harus mencari dana sendiri, antara lain melalui “jalur khusus” dalam menerima mahasiswa.
Di satu sisi, hal positif yang dapat dirasakan adalah terciptanya pendidikan dengan kulaitas, efisiensi, dan profesionalisme yang bagus. Pihak penyelenggara pendidikan bisa bebas sesuai dengan kreativitasnya memajukan pendidikan yang dijalankan berdasarkan strategi yang telah dirancang. Penyelenggara pendidikan pun tidak perlu terhambat akan adanya jeratan birokrasi yang berbelit-belit seperti yang terjadi selama ini. Namun di sisi lain, Konsep BHMN secara mudah bisa diidentikkan dengan sebuah korporasi dalam dunia bisnis, yang akan menyebabkan komersialisasi pelayanan pendidikan.
Adanya konsep otonomi, secara makro, mengesankan upaya terselubung pemerintah untuk menghindari tanggung jawab penyisihan dana APBN sebesar 20 persen bagi pendidikan sesuai dengan amanat konstitusi. Masalahnya adalah kemandirian institusi pendidikan yang dibuat pemerintah juga sampai pada adanya kemandirian dari segi pendanaan. Walhasil, institusi pendidikan harus memutar otak untuk bisa membiayai jalannya aktivitas pendidikan secara independen (ANDRIY ARIESSON HP)
Pendidikan Untuk Semua
Dampak terburuk dari Konsep BHMN adalah semakin mahalnya biaya pendidikan yang berakibat pada semakin banyaknya masyarakat yang tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya. Masih banyaknya masyarakat tidakmampu menekolahkan anaknya karena faktorkemiskinan. Sebagai contoh orang miskin tidak mampu menyekolahkan anaknya di Fakultas kedokteran, meskipun anaknya mempunyai potensi.
Beasiswa kurang tepat sasaran
Program beasiswa yng diharapkan membantu masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang layak tidaklah tanpa kendala. Terkadang beasiswa diterima oleh orang-orang yang tidak berhak menerimanya atau tidak tepat sasaran. Disamping itu adanya penyelewengan dana pendidikan. Akibatnya harapan sebagian masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang layak hanyalah menjadi hisapan jempol belaka.
Sarana dan Prasarana
Tidak berhenti sampai disini, Carut-marut dunia pendidikan di negara kita ini semakin parah dengan tidak meratanya sarana dan prasarana pendidikan. Khususnya di daerah terpencil, suasana belajar dan mengajar sangat jauh dari kondusif karena banyak gedung sekolah yang sudah tidak layak pakai sehingga kegiatan belajar mengajar harus dilakukan dengan segala keterbatasan yang ada Masih terbatasnya sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar, terutama di daerah terpencil seperti buku pelajaran, alat laboraturium/ praktek, ruang belajar dan lain-lain perlu menjadi bahasan khusus bagi para elite politik dinegeri ini..
Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. (Rena Istri Wangi)
Kualitas dan Kuantitas pendidik
Dibeberapa daerah masih kekurangan guru, baik dari segi kualitasnya maupun jumlahnya, namun di daerah lain justru kelebihan guru. Hal ini kurangnya pemerataan di daerah. Sulitnya menyediakan guru-guru berbobot untuk mengajar di daerah-daerah tersebut disebabkan profesi guru didaerah-daerah kurang mendapat apresiasi, dimana guru-guru daerah hanya digaji dengan gaji yang rendah sehingga banyak guru-guru profesional yang enggan di salurkan ke daerah.
Pendidikan di Indonesia tertinggal jauh karena kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai dan dipandang sebelah mata (Prof. Nelson Tansu, PhD, 2006)
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan depdiknas untuk meningkatkan kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang tidak membuahkan hasil dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya, tanpa memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh.
pemetaan guru yang jelas dan akurat, baik data jumlah dan data kompetensi yang dikuasai guru dalam mengajar. Dan perlu pengaturan secara propinsi terhadap penempatan guru, sehingga dengan demikian tidak akan ada suatu daerah tertentu kekurangan guru sementara daerah lain kelebihan guru.(data Pembinaan Pendidikan Menengah no.5 program pembinaan pendidikan dan kebudayaan di Kalimantan Tengah)
Pendidikan Agama dan Kepribadian tidak Menyentuh
Pola pengajaran Agama di indonesia hanya diorientasikan pada pendidikan akademis, padahal keberhasilan anak dalam hal ini tidak dapat diukur dari pencapaian nilai secara kuantitatif tetapi lebih kepada pembentukan akhlaq atau perilaku dan bukan sekedar teori-teori saja.
Pendidikan sebagai praktek pengamalan ajaran agama secara maksimal dengan melalui teknik terapan ajaran-ajaran dasar agama. (kesalehan simbolik menjadi dasar pendidikan) (Eko Prasetyo, 2008)
Ada kasus menarik yang pernah saya amati, dimana ada teman saya yang mencontek ketika ada ujian pendidikan agama. Hal tersebut sangat ironis, ketika perbuatan tidak agamis bahkan dilarang oleh agama tetapi dilakukan ketika pelajaran agama. Hal ini yang kini kita rasakan secara nyata. Ini masalah dan harus disadari sebagai masalah yang serius bagi perkembangan pendidikan Semestinya pelajaran keagamaan diberikan tidak sekedar teori akan tetapi praktek-praktek keseharian sehingga dapat membentuk pribadi yang mulia. kita semua harus menyadarinya sebagai tantangan hebat untuk menyambut masa depan Indonesia yang beradab.
Kesadaran Masyarakat
Pentingnya pendidikan bagi masa depan bangsa belum menjadi kesadaran umum, tetapi hanya menjadi kesadaran pribadi-pribadi.(Benny Susetyo PR)
Masih rendahnya motivasi masyarakat untuk terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan. Banyak orang tua yang hanya membiayai pendidikan anaknya tapi kurang mengawasi perkembangan anaknya. Kita semua harus menyadari bahwa proses perubahan harus dari diri sendiri, dari hal yang paling kecil kemudian hal-hal yang lebih besar, lingkungan dan orang lain. Jika kita ibaratkan ketika ketika menunjuk orang lain salah, sebenarnya pada saat itu ada satu jari yang mengarah pada orang lain tetapi ada tiga jari yang mengarah pada diri kita. Artinya, kesadaran masyarakat ini harus dimulai dari diri kita sendiri.
Minat Baca Rendah
Kesadaran masyarakat diatas mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan suksesnya pendidikan di Indonesia, termasuk juga disini adalah kesadaran dalam hal membaca.
“Hidup adalah pembelajaran. Belajar dimulai dari membaca. Membaca tulisan, simbol maupun realitas empirik.....” (Bambang Sudibyo,2008).
Rendahnya minat baca, baik siswa maupun masyarakat pada umumnya menyebabkan pengetahuan kita secara rata-rata jauh dibandingkan negara negara lain
Kedisiplinan
kedisiplinan bangsa ini perlu diperbaiki melihat banyak masyarakat kita yang tidak mau menghargai waktu. Datang kuliah terlambat, suka bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas, adalah contoh dari kurangnya disiplin masyarakat kita. Apalagi hal tersebut terbawa ketika para siswa ini sudah bekerja sehingga etos kerja bangsa ini secara umum rendah.
Gaya Hidup dan Teknologi
Semakin pesatnya tegnologi dan informasi justru menjadi masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia karena masyarakat belum mampu mem-filter hal-ha yng masuk, termasuk gaya hidup hedonis. Para pelajar banyak yang suka meniru hal-hal yang negatif
Saran
Pemerintah menyediakan kebijakan yang adil bagi semua, berpihak pada kaum lemah, dan tidak menjadi agen penjajah dalam liberalisasi pendidikan. Oleh karena itu kita perlu duduk bersama antara pendidik dan orang tua serta pemerintah dalam rangka merumuskan bersama kebijakan pendidikan yang berorientasi keindonesiaan. Kebijakan yang manusiawi yang bisa membuat manusia Indonesia memiliki harapan ke depan dalam konteks global Selanjutnya, memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa masyarakat selain mempunyai hak, juga mempunyai kewajiban untuk terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan. Tentu saja pemerintah sendiri tidak akan dapat menjalankan sistem pendidikan ini tanpa dukungan dari seluruh komponen bangsa Indonesia, Saya rasa kita masih harus banyak bekerja dan belajar segiat mungkin untuk bisa terus mewujudkan cita-cita besar bangsa ini.
Hal yang tidak kalah penting adalah jangan membebani anak didik dengan kepadatan materi yang tidak banyak membuka ruang diskusi, perdebatan, polemik dan kebebasan berpendapat. Kepadatan materi hanya akan menyebabkan kegiatan belajar mengajar berjalan dalam kebekuan dan hanya mengandalkan teknik hafalan dengan mengabaikan keterampilan.
Dalam hal ini, paradigma baru pendidikan Indonesia dibutuhkan. Harus dan harus, kita menggali kekayaan dan kebesaran visi misi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Mendesak dan amat urgen merumuskan visi pendidikan yang berorientasi pada pendidikan seutuhnya untuk mencetak manusia Indonesia seutuhnya. (Benny Susetyo PR,2006)
Pendidikan seutuhnya dalam maksud Ki Hajar adalah pendidikan yang tidak mencabut akar budaya yang membuat anak didik menjadi asing dengan realitasnya. Pendidikan harus membuat manusia Indonesia menjadi peka akan budi pekerti. Hal tersebut menjadi penegas atas uraian saya tentang pentingnya pendidikan agama yang tidak sekedar teori tetapi juga praktek Kepekaan inilah yang membuat manusia Indonesia akan terbentuk sebagai pribadi yang berkehalusan budi serta berkeheningan batin.
Masih banyaknya sekolah belum melaksanakan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dengan benar. Sebagai dampak diterapkannya Ujian Nasional, banyak sekolah yang berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara akademik sehingga bahan pelajaran sudah dipecahkan dan siswa hanya tinggal menghafal saja, sehingga tidak diberi dorongan melakukan pencarian. Seringkali bahan pelajaran diajarkan secara terpisah dan tidak memiliki kaitan historis dengan kenyataan sosial yang dialami siswa. Dengan adanya Ujian Nasional juga mengakibatkan adanya dominasi peran guru yang tidak memberi hak pada siswa karena anak didik hanya dianggap layaknya bejana kosong yang harus ditumpahi informasi , pengetahuan dan ketrampilan siap pakai. Akibatnya Kegiatan belajar mengajar berjalan dalam kebekuan dan teknik hafalan tejadi di hampir semua pelajaran.
Kebijkan Pendidikan yang Adil Bagi Semua
Masalah lain yang dihadapi dunia pendidikan kita yang juga memiliki kaitan erat dengan sistem adalah kebijakan pemerintah yang banyak dianggap merugikan rakyat. Pentingnya pendidikan bagi masa depan bangsa belum menjadi pikiran utama para elite-elite politik pengambil kebijakan, tetapi hanya sebagai sarana perebutan proyek. Banyak RUU yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat disahkan dengan mengatasnamakan rakyat.
Kurikulum pendidikan sering kali di ubah-ubah demi kepentingan politik dan proyek jual-beli buku antara penerbit dan siswa layaknya transaksi jual beli dipasar dengan alasan perbaikan mutu pendidikan. Hal tersebut saya buktikan sendiri dengan pengalaman saya dimana setiap tahunnya orang tua saya harus menyisihkan anggaran lebih untuk membeli buku-buku pelajaran adik saya yang hanya selisih dua tahun karena buku-buku saya sudah tidak dapat dipakai adik saya lantaran berbeda kurikulum.
Lebih parah lagi, Pendidikan dinegeri ini sudah dimasuki intervensi asing dimana liberalisasi pendidikan sebagai sesuatu hal yang tidak perlu ditutup-tutupi.
Liberalisasi (kapitalisasi) pendidikan tinggi merupakan sistem kapitalisme dalam dunia pendidikan tinggi, dengan modus utamanya integrasi pendidikan tinggi dengan pasar global. Liberalisasi pendidikan tinggi berawal dari apa yang dilakukan oleh aktor-aktornya, yaitu Multi National Corporation(MNC) yang dibantu oleh bank dunia/IMF melalui kesepakatan yang dibuat WTO untuk terjun dalam arus globalisasi berdasarkan paham neoliberalisme. (M. Shiddiq al-jawi, 2008)
Dalih dari liberalisasi ini adalah dijauhkannya peran dan tanggung jawab negara dengan istilah yang menipu yakni:”Pembebasan pendidikan dari intervensi negara”
Sebagai contoh adalah pelepasan tanggung jawab Negara ketika UGM di ubah bentuknya menjadi BHMN (Badan Hukum Milik Negara). Akhirnya UGM harus mencari dana sendiri, antara lain melalui “jalur khusus” dalam menerima mahasiswa.
Di satu sisi, hal positif yang dapat dirasakan adalah terciptanya pendidikan dengan kulaitas, efisiensi, dan profesionalisme yang bagus. Pihak penyelenggara pendidikan bisa bebas sesuai dengan kreativitasnya memajukan pendidikan yang dijalankan berdasarkan strategi yang telah dirancang. Penyelenggara pendidikan pun tidak perlu terhambat akan adanya jeratan birokrasi yang berbelit-belit seperti yang terjadi selama ini. Namun di sisi lain, Konsep BHMN secara mudah bisa diidentikkan dengan sebuah korporasi dalam dunia bisnis, yang akan menyebabkan komersialisasi pelayanan pendidikan.
Adanya konsep otonomi, secara makro, mengesankan upaya terselubung pemerintah untuk menghindari tanggung jawab penyisihan dana APBN sebesar 20 persen bagi pendidikan sesuai dengan amanat konstitusi. Masalahnya adalah kemandirian institusi pendidikan yang dibuat pemerintah juga sampai pada adanya kemandirian dari segi pendanaan. Walhasil, institusi pendidikan harus memutar otak untuk bisa membiayai jalannya aktivitas pendidikan secara independen (ANDRIY ARIESSON HP)
Pendidikan Untuk Semua
Dampak terburuk dari Konsep BHMN adalah semakin mahalnya biaya pendidikan yang berakibat pada semakin banyaknya masyarakat yang tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya. Masih banyaknya masyarakat tidakmampu menekolahkan anaknya karena faktorkemiskinan. Sebagai contoh orang miskin tidak mampu menyekolahkan anaknya di Fakultas kedokteran, meskipun anaknya mempunyai potensi.
Beasiswa kurang tepat sasaran
Program beasiswa yng diharapkan membantu masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang layak tidaklah tanpa kendala. Terkadang beasiswa diterima oleh orang-orang yang tidak berhak menerimanya atau tidak tepat sasaran. Disamping itu adanya penyelewengan dana pendidikan. Akibatnya harapan sebagian masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang layak hanyalah menjadi hisapan jempol belaka.
Sarana dan Prasarana
Tidak berhenti sampai disini, Carut-marut dunia pendidikan di negara kita ini semakin parah dengan tidak meratanya sarana dan prasarana pendidikan. Khususnya di daerah terpencil, suasana belajar dan mengajar sangat jauh dari kondusif karena banyak gedung sekolah yang sudah tidak layak pakai sehingga kegiatan belajar mengajar harus dilakukan dengan segala keterbatasan yang ada Masih terbatasnya sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar, terutama di daerah terpencil seperti buku pelajaran, alat laboraturium/ praktek, ruang belajar dan lain-lain perlu menjadi bahasan khusus bagi para elite politik dinegeri ini..
Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. (Rena Istri Wangi)
Kualitas dan Kuantitas pendidik
Dibeberapa daerah masih kekurangan guru, baik dari segi kualitasnya maupun jumlahnya, namun di daerah lain justru kelebihan guru. Hal ini kurangnya pemerataan di daerah. Sulitnya menyediakan guru-guru berbobot untuk mengajar di daerah-daerah tersebut disebabkan profesi guru didaerah-daerah kurang mendapat apresiasi, dimana guru-guru daerah hanya digaji dengan gaji yang rendah sehingga banyak guru-guru profesional yang enggan di salurkan ke daerah.
Pendidikan di Indonesia tertinggal jauh karena kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai dan dipandang sebelah mata (Prof. Nelson Tansu, PhD, 2006)
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan depdiknas untuk meningkatkan kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang tidak membuahkan hasil dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya, tanpa memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh.
pemetaan guru yang jelas dan akurat, baik data jumlah dan data kompetensi yang dikuasai guru dalam mengajar. Dan perlu pengaturan secara propinsi terhadap penempatan guru, sehingga dengan demikian tidak akan ada suatu daerah tertentu kekurangan guru sementara daerah lain kelebihan guru.(data Pembinaan Pendidikan Menengah no.5 program pembinaan pendidikan dan kebudayaan di Kalimantan Tengah)
Pendidikan Agama dan Kepribadian tidak Menyentuh
Pola pengajaran Agama di indonesia hanya diorientasikan pada pendidikan akademis, padahal keberhasilan anak dalam hal ini tidak dapat diukur dari pencapaian nilai secara kuantitatif tetapi lebih kepada pembentukan akhlaq atau perilaku dan bukan sekedar teori-teori saja.
Pendidikan sebagai praktek pengamalan ajaran agama secara maksimal dengan melalui teknik terapan ajaran-ajaran dasar agama. (kesalehan simbolik menjadi dasar pendidikan) (Eko Prasetyo, 2008)
Ada kasus menarik yang pernah saya amati, dimana ada teman saya yang mencontek ketika ada ujian pendidikan agama. Hal tersebut sangat ironis, ketika perbuatan tidak agamis bahkan dilarang oleh agama tetapi dilakukan ketika pelajaran agama. Hal ini yang kini kita rasakan secara nyata. Ini masalah dan harus disadari sebagai masalah yang serius bagi perkembangan pendidikan Semestinya pelajaran keagamaan diberikan tidak sekedar teori akan tetapi praktek-praktek keseharian sehingga dapat membentuk pribadi yang mulia. kita semua harus menyadarinya sebagai tantangan hebat untuk menyambut masa depan Indonesia yang beradab.
Kesadaran Masyarakat
Pentingnya pendidikan bagi masa depan bangsa belum menjadi kesadaran umum, tetapi hanya menjadi kesadaran pribadi-pribadi.(Benny Susetyo PR)
Masih rendahnya motivasi masyarakat untuk terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan. Banyak orang tua yang hanya membiayai pendidikan anaknya tapi kurang mengawasi perkembangan anaknya. Kita semua harus menyadari bahwa proses perubahan harus dari diri sendiri, dari hal yang paling kecil kemudian hal-hal yang lebih besar, lingkungan dan orang lain. Jika kita ibaratkan ketika ketika menunjuk orang lain salah, sebenarnya pada saat itu ada satu jari yang mengarah pada orang lain tetapi ada tiga jari yang mengarah pada diri kita. Artinya, kesadaran masyarakat ini harus dimulai dari diri kita sendiri.
Minat Baca Rendah
Kesadaran masyarakat diatas mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan suksesnya pendidikan di Indonesia, termasuk juga disini adalah kesadaran dalam hal membaca.
“Hidup adalah pembelajaran. Belajar dimulai dari membaca. Membaca tulisan, simbol maupun realitas empirik.....” (Bambang Sudibyo,2008).
Rendahnya minat baca, baik siswa maupun masyarakat pada umumnya menyebabkan pengetahuan kita secara rata-rata jauh dibandingkan negara negara lain
Kedisiplinan
kedisiplinan bangsa ini perlu diperbaiki melihat banyak masyarakat kita yang tidak mau menghargai waktu. Datang kuliah terlambat, suka bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas, adalah contoh dari kurangnya disiplin masyarakat kita. Apalagi hal tersebut terbawa ketika para siswa ini sudah bekerja sehingga etos kerja bangsa ini secara umum rendah.
Gaya Hidup dan Teknologi
Semakin pesatnya tegnologi dan informasi justru menjadi masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia karena masyarakat belum mampu mem-filter hal-ha yng masuk, termasuk gaya hidup hedonis. Para pelajar banyak yang suka meniru hal-hal yang negatif
Saran
Pemerintah menyediakan kebijakan yang adil bagi semua, berpihak pada kaum lemah, dan tidak menjadi agen penjajah dalam liberalisasi pendidikan. Oleh karena itu kita perlu duduk bersama antara pendidik dan orang tua serta pemerintah dalam rangka merumuskan bersama kebijakan pendidikan yang berorientasi keindonesiaan. Kebijakan yang manusiawi yang bisa membuat manusia Indonesia memiliki harapan ke depan dalam konteks global Selanjutnya, memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa masyarakat selain mempunyai hak, juga mempunyai kewajiban untuk terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan. Tentu saja pemerintah sendiri tidak akan dapat menjalankan sistem pendidikan ini tanpa dukungan dari seluruh komponen bangsa Indonesia, Saya rasa kita masih harus banyak bekerja dan belajar segiat mungkin untuk bisa terus mewujudkan cita-cita besar bangsa ini.
Hal yang tidak kalah penting adalah jangan membebani anak didik dengan kepadatan materi yang tidak banyak membuka ruang diskusi, perdebatan, polemik dan kebebasan berpendapat. Kepadatan materi hanya akan menyebabkan kegiatan belajar mengajar berjalan dalam kebekuan dan hanya mengandalkan teknik hafalan dengan mengabaikan keterampilan.
Dalam hal ini, paradigma baru pendidikan Indonesia dibutuhkan. Harus dan harus, kita menggali kekayaan dan kebesaran visi misi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Mendesak dan amat urgen merumuskan visi pendidikan yang berorientasi pada pendidikan seutuhnya untuk mencetak manusia Indonesia seutuhnya. (Benny Susetyo PR,2006)
Pendidikan seutuhnya dalam maksud Ki Hajar adalah pendidikan yang tidak mencabut akar budaya yang membuat anak didik menjadi asing dengan realitasnya. Pendidikan harus membuat manusia Indonesia menjadi peka akan budi pekerti. Hal tersebut menjadi penegas atas uraian saya tentang pentingnya pendidikan agama yang tidak sekedar teori tetapi juga praktek Kepekaan inilah yang membuat manusia Indonesia akan terbentuk sebagai pribadi yang berkehalusan budi serta berkeheningan batin.
Referensi
1. http://www.kalteng.go.id/indo/Pendidikan2003.htm
2.http://koranthecampus.wordpress.com/2007/05/03/bhp-solusi-masalah-pendidikan-kita/
3. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0608/30/opi01.html
4. ,http://urip.wordpress.com/2006/10/27/masalah-pendidikan-menurut-nelson-tansu/
5. Materi Seminar nasional masalah pendidikan, Oleh Menteri Pendidikan RI Bambang Sudibyo, 2008