Pada hakikatnya Ajaran Islam, selalu memotivasi kita untuk selalu berbuat kebaikan dalam segala hal.Sebagai Muslim sudah semestinya, hanya kebaikan yang kita laksanakan, dalam setiap desah nafas kehidupan kita.
Oleh karena tidak ada kata menunda, untuk menyegerakan berbuat kebaikan, karena kebaikan yang keluar dari diri kita, akan bermuara kebaikan pula yang kita terima, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Allah SWT Berfirman:
"Jika kalian berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, Dan jika kalian berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri" .. (QS. Al Isra: 7).
Ada ungkapan bijak yang mengatakan "Orang yang baik adalah bukan mengatakan dirinya baik, akan tetapi orang yang baik, adalah orang yang berusaha memperbaiki kekurangannya, sehingga menjadi baik".
Yang menarik digaris bawahi dari kalimat diatas'Orang yang berusaha memperbaiki kekurangannya, sehingga menjadi baik, sangat sejalan dengan'bahwa sebagai manusia memang tidak luput dari kekhilafan, sehingga cendrung melakukan kesalahan, karena demikianlah manusia "Alinsaanu mahallu lkhataa wa nnisyaan" Manusia adalah tempatnya salah dan lupa ".
Manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, telah dianugerahi berbagai perlengkapan, sebagai makhluq paling sempurna, yang tidak diberikan kepada mahkluq lain, mengingat tugas yang di emban manusia cukup berat, sebagai pemelihara, pengelola dan penyeimbang kehidupan di muka bumi ini.
Salah satu penghargaan terbesar adalah hati, hati inilah yang menjadi mesin penggerak, sekaligus tempat bertarungnya, antara pengaruh kebaikan dan kejahatan, sehingga melahirkan terhadap perilaku manusia, untuk berbuat kebaikan dan kejahatan.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda:
"Ketahuilah bahwa dalam Jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad menjadi Baik, tetapi jika ia Rusak maka seluruh jasad akan menjadi Rusak, ketahuilah segumpal daging itu adalah Hati". (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam Islam orang yang selalu berbuat kebaikan disebut Ikhsan, dan orang berbuat kejahatan disebut al isaa.Syekh Abdurahman As Sa'di membagi Ikhsan kepada dua bentuk, pertama Ikhsan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, kedua ikhsan kepada makhluq lainnya, dalam upaya memenuhi haknya sebagai makhluq, pada yang kedua ini terbagi kepada Wajib dan mustahab (dianjurkan), yakni ikhsan itu wajib dilakukan kepada kedua orang tua, berbuat adil dan jujur dalam bermualah dll, musthab (dianjurkan) ikhsan menyumbangkan tenaga, harta sesuai dengan kemampuan.
Allah SWT Berfirman:
"Dan barangsiapa bertawakal kepada ALLAH, sedang ia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul (tali) yang kokoh, Hanya kepada ALLAH kesudahan segala urusan" (QS. Luqman: 22).
Dalam hadits riwayat Imam Bukhari'dikabarkan bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sedang berbincang dengan para sahabat, dan didatangi oleh Malaikat Jibril'Menyampaikan beberapa pertanyaan, kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Ketika malaikat Jibril menanyakan perihal Ikhsan "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam'Kemudian menjawab" Anta budallahu kaannaka taraah, Faillam takun taraahu fainnahu yaraak "(Kalian beribadah kepada Allah Subhanhu wa Ta'ala, tampaknya kalian melihat-Nya, maka apabila tidak melihata -nya, niscaya DIA 'Allah SWT melihat kalian).
Maksud kalimat seolah-olah melihat-Nya, adalah bukan melihat Dzat-Nya (Lidzaatihi), Melainkan (Shifatuhu), sifat-sifat-Nya, Keagungan dan kebesaran-Nya, yang telah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya, sifat-sifat Allah Subahanhu wa Ta'ala terangkum pada Asmaul Husna.
Jadi pada hakikatnya Ikhsan itu meliputi, dua bagian "Anta budallahu kaannaka taraah" Melakukan kebaikan seolah-olah melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala, ketika melaksanakan amal ibadah, Melihat-Nya bukan karena Dzat-Nya, Melainkan Shifatuhu (sifat-sifat-Nya ), dan faillam takun taraahu fainnahu yaraak "Melaksanakan segala Kebaikan amal shaleh, merasa mendapat pengawasan langsung, dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sehingga tertanam dalam qalbu selalu, merasa diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, dalam kondisi demikian orang-orang yang ikhsan, akan menggapai derajat Muhsinin, yang senantiasa dikarunai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, mendapat karamah karena keteguhan hatinya, dalam menghabakan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, mendapat perlindungan dari kejahatan makhluq-makhluq-Nya, dimudahkan dalam setiap urusan, dan terjaga dari bala serta penyakit.
Allah SWT Berfirman:
"Sesungguhnya Rahmat ALLAH sangat dekat dengan para Muhsinin" (QS. Al Araf: 56).
Seorang muhsinin adalah hamba Allah Subhanhu wa Ta'ala, yang sering mengadu kepada Allah SWT, memohon dan bermunajat kepada-Nya, selalu berhusnudzhan pada taqdir-Nya, tidak pernah berkeluh kesah, sabar dan menerima apapaun ketentuan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Muhsinin adalah hamba Allah Subhanhu wa Ta'ala, yang selalu mencari kesempatan, waktu dan tempat untuk bertaqarrub, membesarkan Asma-asma-Nya, karena hanya Allah Subhanhu wa Ta'ala, tempat menyandarkan segala harapan, dan selalu optimis dalam mengarungi kehidupan dalam situasi apapun
Sahabat-saudaraku fillah yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Demikian mudah-mudahan manfaat buat kita semua sebagai Renungan. Semoga kita semua selalu menyegerakan berbuat kebaikan, dan bisa menggapai derajat Muhsinin.
Yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang kurang dan khilaf mohon sangat dimaafkan '' Akhirul qalam "Wa tawasau bi al-haq Watawa saubil shabr" .Semoga pula Allah SWT.senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di ridhai dan di Cintai-Nya..Aamiin Allahum Aamiin.
GOOGLE search
Custom Search