Senin, 20 April 2015

Heinrich Karl Marx (Filsuf Sosial)

Heinrich Karl Marx
            Heinrich Karl Marx dilahirkan di Trier (Jerman) pada tanggal 15 Mei 1818. Ayahnya adalah seorang pengacara sukses dan memiliki pola hidup ala borjuis yang bersifat liberal. Karena dorongan anti-yahudi yang melanda daerah tempat tinggalnya, maka kedua orang-tuanya kemudian menganut agama Kristen  Di saat muda, Marx dikenal sebagai siswa yang pintar, terutama dalam pemahaman bacaan. Setelah tamat Gymnasium di Trier, di usia 17 tahun, pada tahun 1835, Karl Marx meneruskan pelajarannya pada Fakultas Hukum Universitas Bonn dan kemudian di Universitas Berlin. Di Berlin ia menemukan kota yang besar, pusat pemerintahan dan hubungan intelektual terutama kelompok Hegel yang radikal.  Marx menyudahi studinya di Berlin pada tahun 1841 dengan suatu disertasi tentang perbedaan antara filsafat alam Demokritus dan Epikorus.
            Marx pindah ke Paris untuk belajar ekonomi dan kemudian menerbitkan suatu majalah bernama Deutsch-Fanzosische Jahrbucher. Di Paris juga, Marx berjumpa dengan Friedrich Engels, seorang radikal-muda Jerman dan anak seorang pemilik perusahaan. Antara Marx dan Frederich Engels, kemudian tertanam persahabatan yang begitu erat dan kekal, hingga akhir hayat Marx. Kerjasama antar sahabat yang bersifat tidak hanya personal, tetapi ideologis dan intelektual.

Materialisme Sejarah dan Dialektika
Saat ajarannya dibelokkan oleh muridnya, Marx mengatakan bahwa ia bukan Marxist. Banyak di antara pemikirannya yang dikhianati oleh para pengikutnya. Teori materialisme dialektik adalah salah satu pengaruh Marx yang banyak diikuti oleh Kaum Marxian. Das Capital adalah karya teoritis terbesar Marx yang memuat asumsi dialektik materialis, teori nilai lebih dan akumulasi modal. Bersama Engels ia menulis Socialism, Utopian and Scientific (1892) dan The Origin of The family (1884), sebuah teori negara yang bersifat spekulasi. 
Pandangan dialektik Marx banyak dipengaruhi oleh Hegel. Namun Marx tidak mengambil sepenuhnya pendapat Hegel, ia setuju bahwa masyarakat senantiasa berubah secara dialetik, tetapi ia juga memperbaharui konsep Hegel. Bagi Marx, bukan ide yang menentukan jalannya kenyataan-kenyataan dalam masyarakat seperti dalam pandangan Hegel, melainkan sebaliknya, bahwa kenyataanlah yang berkembang menurut proses dialektik dan menentukan ide. Lebih jauh Marx juga berbeda dengan Hegel dalam hal pandangan filosofis. Jika Hegel melihat filsafat hanya sebagai upaya memahami dunia, maka dalam pandangan Marx tugas filsafat justru untuk melakukan perubahan
Dalam mengkritik Hegel, Marx dan Engels jelas dipengaruhi oleh Ludwig Feurbach (1804-1872), sebagaimana terlihat dalam publikasi Zur Kritik der Hegelschen Philosopie (1839) yang mengedepankan konsep materialisme.  Bagi Feurbach yang nyata adalah yang ada di dalam dunia ini, sehingga dengan kata lain agama yang bersifat tradisional harus di tolak. Bagaimanapun manusia harus mampu memproyeksikan dirinya sendiri. Marx setuju dengan pendapat ini, tetapi baginya Feurbach juga masih bersifat spekulatif dan metafisik. Karena manusia yang dibicarakannya hanyalah manusia yang hidup pada masa tertentu. Padahal manusia hendaknya ditempatkan di dalam konteks lingkungannya.
Alienasi

Konsep alienasi dalam Marx justru muncul dalam pandangan masa mudanya. Konsep yang lebih memperhatikan antara hubungan sosial-ekonomi ditulis oleh Marx di Paris pada 1844 dan baru diterbitkan pada 1927. Manuskrip yang membahas alienasi tersebut berjudul Economic and Philosophic Manuscript.  Dalam konsep ini, Marx mendasarkan juga pandangannya kepada Hegel yang menyatakan bahwa manusia harus dilihat sebagai makhluk yang berhubungan dengan lingkungannya secara bebas dan universal. Dalam hal ini, kerja menjadi sarana perealisasian diri manusia. Namun demikian, Marx melihat justru mekanisme kerja dan pembagiannya membuat manusia terasing atau teralienasi. Para pekerja senantiasa tergantung kepada kaum pemilik modal, sehingga kerja yang mereka lakukan hanyalah sebuah keterpaksaan. Apa yang dikerjakannya adalah bukan miliknya, karena pekerjaannya dilakukan untuk orang lain.
Dengan demikian pola ini menyebabkan si-pekerja  batinnya menjadi miskin, kreatifitas dan nilai estetiknya pun terbelenggu. Untuk melawan keterasingan, maka jaringan mekanisme kerja harus diputuskan. Artinya alat-alat produksi harus direbut dan dikerjakan secara bersama-sama untuk kepentingan bersama. 
Hal lain yang membuat manusia teralienasi adalah religiusitas. Menurut Hegel yang menggerakkan tujuan hidup manusia adalah roh absolut yang bergerak secara alamiah mengatur kehidupan manusia. Hal ini sama dengan pandangan Kristen.
Feurbach membantah pandangan ini dan mengatakan bahwa hanya yang nyatalah yang menggerakkan dunia. Sehingga dengan kata lain “manusialah” yang menciptakan ide-ide mengenai roh absolut.  Marx melihat Feurbach tepat dalam mengkritik Hegel, selanjutnya ia melihat bahwa agama adalah tanda keterasingan manusia, sebuah pelarian dari ketidakmampuan manusia menjawab tantangan kehidupan yang nyata. Namun, agama bukan sebab keterasingan manusia dari sifatnya yang sosial, melainkan sekedar tanda saja

BAGIKAN ARTIKEL INI
 Facebook       Twitter      Google+

GOOGLE search
Custom Search

Google search

Custom Search