Rabu, 22 Oktober 2008

kebudayaan dan peradaban

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini masalah kebudayaan dan peradaban menggerakan pemikiran banyak orang. Sebelum meneliti kebudayaan dan peradaban, kita harus mengetahui hakekat atau definisi kebudayaan dan peradaban terlebih dahulu. Tapi di situ justru timbulah bermacam-macam kesulitan karena sampai saat ini belum ada kata sepakat megenai kedua istilah tersebut. Ada yang menyamakan tetapi ada juga yang membedakan makna diantara keduanya. Masalah tersebut terkait dengan adanya pencampuran bahasa-bahasa, yaitu homonim sebagai sinonim. Kerap kali kita membaca deretan kata-kata: kebudayaan (BI) = cultuur (Bhs Belanda) = kultur (Bhs Jerman)= culture (Bhs inggris dan perancis) Sebenarnya perbandingan faham tak semudah itu. sebuah kata dalam bahasa satu, meskipun sebunyi dan sama huruf-hurufnya dengan kata dalam bahasa lain, belum memuat makna yang sama. Tiap-tiap bahasa ada sejarahnya. Dan kata-kata yang pada mulanya sama artinya atau sama akarnya dalam dua bahasa, oleh karena itu pemakaiannya yang berlainan kemudian menerima arti yang berlainan pula. Kata culture (Bhs Perancis) itu semakna dengan kata Jerman Bildung (Pendidikan kepribadian) dan kata Itali civilta, sedangkan kata Jerman kultur harus diterjemahkan dengan kata civilization dalam bahasa perancis (rangkaian lembaga-lembaga yang dimiliki oleh suatu bangsa pada waktu tertentu.

Di Indonesia pun juga terdapat banyak penafsiran kebudayaan (culture) dan peradaban (civilization) yang sama sesatnya karena bersumber dari khayalan belaka, tanpa bukti yang sah sehingga ilmu etimologi ini bagi sebagian orang dianggap tidak menyumbang banyak dalam memahami hakekat kebudayaan dan peradaban.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah sama antara peradaban dan kebudayaan serta adakah hal-hal yang membedakan diantara keduanya?
PEMBAHASAN
A. Mengkaji Definisi Kebudayaan dan Peradaban
Kata kebudayaan dan peradaban telah banyak didefinisikan oleh para antropolog. Namun demikian, definisi-definisi itu masih mengacu pada beberapa komponen seperti nilai-nilai, kebiasaan yang dianut oleh masyarakat, misalnya bahasa dan teknologi. definisi-definisi kebudayaan yang saya maksudkan misalnya:
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Upacara kedewasaan dari suku WaYao di Malawi, Afrika. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya)
Y. de la briere menekankan bahwa kebudayaan adalah khayalan kosong bila tidak berdasarkan kebenaran, keutaaan dan keadilan. culture is “a set material, intellectual and moral values and condition which make it possible and even easy the human community to expand and develop harmoniously.” (J.W.M Bakker,1988:18)
Sama halnya dengan kebudayaan, peradaban pun memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat / manusia. Ada yang membedakan makna kebudayaan dan peradaban namun ada pula yang menyamakan diantara keduanya. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat "kompleks".
Peradaban umumnya memiliki makna: penilaian tinggi rendahnya budaya masyarakat tertentu. Yang dinilai yaitu pemikiran-pemikiran atau gagasan-gagasan yang hidup pada masyarakat tersebut, juga perilaku dan hasil-hasil budaya yang berwujud fisik atau artefak misalnya: perangkat dapur, bangunan dan lain sebagainya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa peradaban mempunyai kaitan erat dengan kabudayan karena yang menjadi ukuran peradaban tersebut adalah hasil-hasil dari kabudayan yang wujudnya: Pemikiran atau ide, perilaku dan hasil budaya yang berwujud fisik.
E.B.Taylor menyatakan bahwa Arti kebudayaan sama dengan Peradaban Analisisnya adalah peradaban dan kebudayaan sama-sama menunjukan pada seluruh pandangan hidup, dan nilai-nilai, norma-norma, institusi-institusi serta pola pikir yang menjadi bagian terppenting dari suatu masyarakat dan terwariskan dari generasi kegenerasi.
Namun ada banyak tokoh pula yang membedakannya. Kebanyakan mereka beranggapan bahwa kebudayaan adalah bagian dari peradaban atau dengan kata lain peradaban muncul karena ada kebudayaan. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya:
Braudel,peradaban adalah “sebuah wilayah,’wilayah kultural’, “sekumpulan karakteristik dan fenomena kultural”. Menurut dawson, adalah produk dari “suatu proses tertentu dari kreatifitas budaya sebagai hasil karya dari sekelompok orang atau masyarakat tertentu. Sementara bagi Bagi Spengler, sebuah peradaban adalah suatu kebutuhan ‘yang niscaya’ dari suatu kebudayaan... keadaan-keadaan yang paling kentara dan artifisial dari pelbagai corak manusia yang berkembang...sebuah kesimpulan, sesuatu yang ‘telah menjadi’ dan mendahului sesuatu yng ‘sedang menjadi’. (Ismail,M. Sadat, 2003:40)
Peradaban" dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global).
Durkheim dan Mauss, adalah “suatu corak “wilayah” moral yang melingkupi suatu bangsa, dengan kebudayaan masing-masing yang hanya menjadi bentuk tertentu dari keseluruhan. (Ismail,M. Sadat, 2003:40)
Bagi tokoh-tokoh yang membedakan kebudayaan dan peradaban ini, kebudayaan merupakan tema umum dalam kaitannya dengan setiap rumusan peradaban. Oleh karena itu, ukuran tinggi atau rendahnya peradaban pada umumnya mereka ukur dari parameter-perameter yang umum misalnya lebih baik atau kurang baik, lebih halus atau kurang halus dan sebagainya. Jadi intinya yang menjadi ukuran peradaban tersebut umumnya nilai-nilai dari hasil budaya misalnya: kesenian, pengetahuan, tata masyarakat negara negara dan sebagainya.Ukuran peradaban zaman ini umumnya diukur dari penguasaan ilmu dan teknologi dan bisa diukur dengan parameter-parameter yang sudah jelas maupun yang abstrak. Nilai-nilai peradaban dan tingkah laku, tata krama, sopan santun dan sebagainya umumnya mengalami perubahan nilai.
Tokoh-tokoh yang membedakan kebudayaan dan peradaban mempunyai poin-poin dalam rangka upaya pembeda, diantaranya: Masyarakat urban dan non urban, faktor mekanis, teknologikal, material, nilai-nilai, dan kualitas intelektual. upaya-upaya ini dimaksudkan untuk membedakan antara kebudayaan dan peradaban dengan asumsi bahwa masyarakat-masyarakat non urban dicirikan sebagai masyarakat primitive dan tidak berubah. sedangkan masyarakat urban berperadaban dan berkembang dinamis dan lebih komplek yang menyebabkan adanya perbedaan dalam kaitannya dengan tinggi dan rendahnya kebudayaan. Namun upaya-upaya ini juga mengalami kendala diantaranya adalah bukti adanya peradaban kuno yang dianggap maju oleh golongan tertentu meskipun masyarakatnya nonurban.
B. Analisis Kritis
Dari banyaknya definisi yang ada tentang kebudayaan dan peradaban, saya berpendapat bahwa kita tidak dapat menilai suatu kebudayaan itu tinggi atau rendah secara objektif karena suatu kebudayaan yang dijadikan sebagai objek bisa jadi dinilai tinggi oleh sebagian orang akan tetapi sebagian yang lain menilai sebaliknya. Menyamakan atau membedakan definisi kebudayaanpun juga subyektif dan relatif. Dengan kata lain, menurut saya penilaian tinggi rendahnya kebudayaan lebih ditentukan oleh subyek yang mangamati ketimbang obyek itu sendiri. Ini Berarti tinggi rendahnya kebudayaan dan peradaban bersifat Subyektif dan relatif. Jadi keterkaitan diri terhadap obyek yang diteliti yang dalam hal ini masalah kebudayaan dan peradaban sangat menentukan definisi yang dibuatnya. Meskipun demikian saya lebih cenderung membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Saya sependapat dengan tokoh yang beranggapan bahwa kebudayaan merupakan tema umum dalam kaitannya dengan setiap rumusan peradaban.
Adanya kerancuan definisi kebudayaan dan peradaban secara etimologis seperti yang saya uraikan pada latar belakang masalah dapat kita analisis bahwa dalam memahami makna suatu bahasa pun membutuhkan interpretasi mengenai status penggunaan juga simbol-simbol nilai yang dimaknai oleh masyarakat yang menggunakannya. Misal, kata Jerman kultur harus diterjemahkan dengan kata civilization dalam bahasa perancis padahal kultur dalam bahasa Indonesia diartikan kebudayaan sedang civilization diartikan peradaban. Dalam hal ini ilmu semantiklah yang saya anggap lebih berguna. Boleh jadi satu sifat lebih diutamakan dari pada sifat yang lain sehingga sifat itu menjadi puncak atau iktisar kebudayaan. Sebagai contoh, Kebudayaan pada yunani kuno disebut paideia (pendidikan) sedangkan orang yunani sekarang menyebut kebudayaan adalah politeuma (politik). Kata-kata itu terang-terangan menegaskan pergeseran minat dari alam pendidikan ke alam kenegaraan.
Lalu terkait penilaian tinggi rendahnya kebudayaan yang menurut saya subyektif dan relaif adalah terkait latar belakang budaya yang berbeda. Salah satu aspek yang terpenting dalam kebudayaan adalah teknologi. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK. Namun kita tidak bisa serta merta menyimpulkan bahwa teknologi tinggi berarti kebudayaan dan peradaban tinggi. Hal tersebut karena ada beberapa orang dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda menilai tinggi rendahnya kebudayaan dari sudut pandang yang berbeda pula. Misalnya Bangsa Timur yang cenderung menilai kebudayaan tinggi jika norma yang dijunjung merka anggap luhur. Dengan demikian kemajuan teknologi yang mereka anggap menggeser nilai-nilai luhur dan justru membawa efek negatif mereka anggap sebagai kebudayaan dan peradaban yang rendah. Dengan demikian terlihat bahwa penilaian tinggi rendahnya kebudayaan ini bersifat subyektif dan relatif. Jadi manusialah yang menjadi sentral dari penilaian tersebut tinggi atau rendah.
Akan tetapi mengingat norma juga merupakan produk budaya, maka norma bisa berubah seiring dengan perubahan zaman. Berbicara mengenai nilai dan norma suatu budaya, maka penting untuk diketahui nilai dan norma siapa yang sebenarnya kita bicarakan. Misal, Bangsa barat menganggap berciuman dimuka umum merupakan hal yang wajar, baik sebagai ekspresi kasih sayang. Akan tetapi sebaliknya, bagi sebagian besar Bangsa Timur hal tersebut dianggap tidak sopan. akan tetapi yang jelas bahwa martabat kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilainya, karena tanpa nilai terdapat kemungkinan belaka atau perwujudan kemungkinan yang menyeleweng. Oleh karena itu biasanya nilai yang dijadikan patokan umum adalah nilai kemanusiaan. Kebudayaan dibuat oleh manusia maka harus memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Kebudayaan memuat semua itu bukan secara kacau balau dan kabur melainkan secara teratur lagi laras. Misalnya, isi kebudayaan yang tidak teratur dan selaras, maka kebudayaan tersebuttidak dihargai.
C. Kesimpulan
Kita tidak dapat menilai suatu kebudayaan itu tinggi atau rendah secara objektif karena suatu kebudayaan yang dijadikan sebagai objek bisa jadi dinilai tinggi oleh sebagian orang akan tetapi sebagian yang lain menilai sebaliknya. Menyamakan atau membedakan definisi kebudayaanpun juga subyektif dan relatif. Namun menurut saya kebudayaan merupakan tema umum dalam kaitannya dengan setiap rumusan peradaban. Suatu peradaban adalah bentuk lebih luas dari kebudayaan. Sebuah peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat dan tataran yang paling luas dari identitas budaya kelompok masyarakat manusia yang dibedakan secara nyata dari makhluk-makhluk lainnya.
Setiap peradaban selalu bersifat komprehensif,meskipun tidak memiliki wilayah-wilayah, permulaan-permulaan dan akhir yang jelas yang jelas atau bersifat fana, namun justru hidup sangat lama, ia berkembang, beradabtasi dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Peradaban secara tidak langsung dapat dikatakan sebagai produk dari proses tertentu dari kreativitas budaya sebagai hasil dari masyarakat tertentu. semakin kreatif dan maju kebudayaan menurut pandangan orang tertentu maka semakin tinggi pula peradaban menurut sudut pandangnya dan sebaliknya.
Adanya kerancuan definisi kebudayaan dan peradaban secara etimologis dapat dianalisa melalui ilmu semantik yang saya anggap lebih berguna. Boleh jadi satu sifat lebih diutamakan dari pada sifat yang lain sehingga sifat itu menjadi puncak atau iktisar kebudayaan.



GOOGLE search
Custom Search

Google search

Custom Search