Rabu, 29 Juni 2011

Menggali Kearifan Lokal Masyarakat Bandegan dalam Mengolah Sampah Sebagai Usaha Mewujudkan Lingkungan yang Sehat

-->

Persoalan sampah bukanlah persoalan sepele karena apabila tidak ditangani akan mengakibatkan banyak dampak buruk bagi kehidupan. Di antaranya, menyebabkan banjir, menimbulkan penyakit, merusak kebersihan dan keindahan lingkungan, dan lain sebagainya. Bahkan sebagian besar ahli berkesimpulan bahwa sampah juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya pemanasan global. Terkait persoalan sampah tersebut, aku tertarik dengan kearifan lokal warga Bandegan, Bantul, DI Yogyakarta dalam mengelola sampah dengan yang unik dan inspiratif. Mereka memiliki cara kreatif dalam menangani sampah di sekitarnya yakni dengan mendirikan Bank Sampah kemudian mengolah sampah-sampah tersebut sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Keunikan dan kekhasan, khususnya cara dalam mengatasi persoalan sampah yang ada di desa tersebut semoga dapat menggugah kesadaran bersama bahwa menciptakan lingkungan bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sistem Bank sampah yang ada di Badegan dapat dijadikan inspirasi dalam mengolah sampah yang pada dasarnya tidak berguna maenjadi sesuatu yang bernilai, baik dari segi ekonomi maupun keindahan.
Pada hari jumat tanggal 17 april 2009 aku dan teman-temanku bertemu dengan pengelola bank sampah sekaligus ketua RT desa badegan yaitu bapak Panut. Pada kunjungan kami yang ini kami memperoleh banyak data dan informasi tentang bank sampah. Bank sampah didirikan pada tangal 5 Juni 2008.  Latar belakang didirikannya bank sampah ini karena sampah-sampah yang ada di dusun tersebut biasanya berceceran dan menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mengganggu warga sekitar. Kondisi tersebut yang menggugah kesadaran warga untuk mengelola sampah. Atas dasar itu munculah ide kreatif dari Bapak Bambang, salah seorang warga Badegan untuk mendirikan bank sampah. Pada dasarnya, pengelolaan bank sampah ini mirip dengan bank pada umumnya. Hal yang membedakan adalah barang yang disetor. Bila kita menabung pada bank sebenarnya, yang kita tabung adalah uang. Sedangkan nasabah bank sampah menabung sampah. Namun sampah-sampah yang mereka tabung tidak untuk diambil kembali melainkan ditukar dengan sejumlah uang.
Sampah dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu, sampah plastik; sampah botol kaca atau kaleng; dan sampah kertas. Oleh karena itu, setiap nasabah di beri tiga kantong sampah yang digunakan untuk menyetor sampah sesuai jenis sampah yang mereka miliki. Selama sepuluh bulan berdiri sampai sekarang, bank sampah telah memilik 69 nasabah. Selain sistem perorangan, nasabah juga dapat menyetorkan sampah secara komunal melalui ketua RT mereka masing-masing. Disetiap RT disediakan tiga tong sampah agar warga di RT tersebut dapat lebih mudah menyetor sampah. Untuk sistem komunal ini, biasanya mereka menyetor sampah dua kali dalam seminggu. Uang yang di dapat biasanya dimasukan untuk kas RT.
Transaksi yang terjadi ketika nasabah menyetorkan sampah sangat unik. Mula-mula, nasabah menyerahkan sampah mereka kepada teller. Selanjutnya, teller akan memberi semacam bukti setoran. Namun, pengelola belum dapat menghitung nilai rupiah yang akan didapat melainkan hanya menimbang berat sampah yang disetor nasabah sesuai jenis sampahnya. Jadi, Bukti setoran itu hanya sebagai dasar penghitungan nilai rupiah yang akan didapat para nasabah. Setelah sampah terkumpul, petugas bank sampah menghubungi pengemul untuk menaksir harga sampah-sampah dari tiap kantong yang di setor para nasabah. Kemudian, harga tersebut dicocokkan dengan bukti setoran lalu dicatat dalam buku tabungan. Bank sampah mengambil 15% penghasilan nasabah dari sampah yang  telah dihargai oleh pengepul tersebut. Uang tersebut digunakan untuk biaya operasional bank.
Tidak semua sampah dijual kepada pengepul. Beberapa jenis sampah diolah sendiri oleh pengelola untuk dijadikan kerajinan tangan, seperti tas; dompet; Styrofoam , dan lain-lain. Kerajinan tangan tersebut tidak di buat setiap hari tetapi bila ada pesanan saja. Sebenarnya banyak orang yang memesan kerajinan sampah tersebut. Bahkan, pesanan juga datang dari uar negeri. Akungnya, bahan baku yang digunakan untuk membuat kerajian tersebut sangat terbatas jumlahnya. Oleh karena itu, tidak semua pesanan bisa dilayani. Selain jenis sampah di atas, bank sampah juga sudah memulai untuk mengolah sampah organic menggunakan composter. Mula-mula composter diberi jerami. Kemudian dilapisi kotoran hewan. Lalu dimasukan sampah yang ingin diolah. Nasi yang sudah basi. Setelah itu sampah tersebut ditutupi dengan kotoran hewan. Begitu seterusnya sampai composer penuh. Sampah kompos tersebut didiamkan dan ditutup selama tiga minggu.
Ibu ngatijo, salah satu nasabah bank sampah mengatakan bahwa adanya bank sampah sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Hat tersebut karena selain dapat menjaga kebersihan lingkungan juga bias membantu menmpah pendapatan masyarakat. Beliau mengatakan kalau dulu lungkungan sekitar tempat tinggalnya sangat bau, sedangkan sekarang sudah bersih.
Saat ini kendala yang dihadapi bank Sampah adalah masalah operasional. Walaupun bank sampah dapat membantu menjaga kebersihan lingkungan, akan tetapi masih ada juga masyarakat yang enggan menyetor sampahnya. Alasannya pun bermacam-macam. Oleh karena itu, saat ini pengelola bank sampah juga melakukan sosialisasi dan penyuluhan terkait program bank sampah tersebut.

GOOGLE search
Custom Search

Google search

Custom Search