Sabtu, 16 Oktober 2010

Hubungan Filsafat, Ilmu dan Ideologi


Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal. Yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. 1

Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif). Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences). 2


Berada di ekstrim “obyektivitas” kita akan membuat praktik pengetahuan (penelitian dan sebagainya) sekedar ritual pencarian legitimasi atau keabsahan teori tertentu. Biasanya peneliti hanya melakukan uji teori (logika deduksi) atau hanya sekedar menjelaskan dan memahami realitas (logika induksi). Tentu saja, penelitian (pengetahuan) tidak mempunyai maksud praksis, artinya keinginan untuk mengemansipasi keadaan, masyarakat, atau lainnya.
Di titik lain, ekstrim “subyektivitas” tidak memberi kemungkinan lahirnya berbagai perspektif. Mengingat, klaim kebenaran (truth claim), yakni dalam rangka praksis atau perjuangan sosial lebih diunggulkan daripada kebenaran klaim (rigthness claim) dalam konteks keilmuan. Proses ideologisasi ini biasanya harus dibayar mahal dengan mandulnya ilmu pengetahuan. Praktik pengetahuan dibatasi oleh nilai tertentu; ideologi. 3
Interaksi antara ilmu khusus dengan filsafat juga menyangkut tujuan lebih jauh . filsafat berusaha untuk mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu khusus ke dalam suatu pandangan hidup dan pandangan dunia yang tersatupadukan, komprehensif dan konsisten, artinya tidak ada suatu bidang yang berada diluar jangkauan filsafat. Selain itu, filsafat juga berupaya mengarahkan aspek aksiologis ilmu pengetahuan betapapun perkembangan harus senantiasa didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan. 4
Setiap ilmu khusus menjumpai problem yang bersifat umum atau bersifat kefilsafatan. Problem seacam itu tidak dapat dijawab oleh ilmu itu sendiri (meskipun muncul dari ilmu itu), karena setiap ilmu khusus memiliki obyek material yang terbatas. 5Yang menjadi pemisah antara filsafat dan ilmu lain adaah bahwa problem kefilsafatan bersifat umum, bersifat tidak semata-mata fatawibersangkutan dengan arti nilai, bersufat sinoptik, dan bersifat implikatif. Sedangan batas antara filsafat dan ideologi, tiap ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan yang mendasar dan menyeluruh yang jalin menjalin menjadi satu sistem yang logis, adalah bersumber kepada filsafat. Namun, permasalahan ideologi merupakan permasalahan yang disamping kefilsafatan karena bersufat cia-cita dan normatif dan sekaligus praksis karena menyangkut operasionalisasi, strategi dan doktrin. 6


GOOGLE search
Custom Search

Google search

Custom Search