Dalam perkembangannya, pada abad ke-20 M muncullah
sebuah aliran filsafat ilmu pengetahuan yakni positivisme logis, dimana
positivisme logis (neopositivisme) ini berkembang di Lingkungan Wina, Austria.
Diantara tokoh positivisme logis yang akan kami bahas pada makalah ini adalah
Alfred Jules Ayer. Hal ini menjadi tugas kami sebagai pemenuhan atas tugas mata
kuliah Epistemologi. Kami rasa perlu untuk mengemas pemikiran A.J Ayer dalam
makalah ini karena beliaulah yang berperan besar dalam perkembangan positivisme
logis. A.J. Ayer-lah yang memperkenalkan positivisme logis yang berkembang di
Lingkungan Wina untuk dikenalkan di negara-negara lain yang berbahasa Inggris.
Demikian pendahuluan dari kami, lebih jelasnya
kami tuangkan segala isi kepala kami tentang A.J Ayer dalam makalah ini lebih
lanjut.
PEMBAHASAN
Biografi Singkat A.J Ayer
Alferd Jules Ayer lahir di London pada
29 Oktober 1910. Ibunya adalah keturunan Yahudi dari Belanda, sementara ayahnya
berlatar belakang Swiss Calvinist. Seperti yang diungkap A.J Ayer oleh Ben
Rogers, Ayer dikirim ke sekolah asrama saat usia tujuh tahun yang merupakan
asal ia mendapatkan beasiswa Eton pada tahun 1923. pada usia 16 ia mulai
membaca beberapa buku filosofi.[1]
Ayer pernah belajar filologi klasik
dan filsafat di Oxford pada tahun 1932. sesudah itu ia pergi ke Austria,
tepatnya berkunjung ke Universitas di Wina. Di Universitas ini dia belajar
filsafat dan logika. Kemudian ia kembali ke Inggris dan diangkat menjadi dosen
di Oxford, hingga akhirnya setelah perang dunia II ia diangkat sebagai profesor
di Universitas London (1946-1959).[2]
Kedatangan filsafat Ayer pada
pertengahan abad ke-20 cukup mengejutkan para filsuf. Namun bukan berarti
ditolak, bahkan diterima dengan baik karena jiwa filsafat itu sejalan dengan
filsafat Moore dan Russell yang telah berkembang lebih dulu. Tampak bahwa Filsafat
yang berwajah empiristik di Inggris dapat berkembang subur. Hal ini tampak
jelas pada perjalanan filsafat di Inggris Sejak Hume dan Locke atau bahkan
lebih berkembang sejak Roger Bacon pada abad ke-13 yang kemudian disambung oleh
Francis Bacon pada abad ke-16. Ayer mengakui bahwa empirisme yang
dikembangkannya berdasarkan filsafat Berkeley dan Hume.[3]
Epistemologi A.J Ayer
Ayer
dalam tulisannya membuat para filsuf di Inggris terhentak dengan penolakannya
terhadap metafisika. Menurutnya pernyataan metafisis itu tidak bermakna secara
harfiah.[4] Filsafat Ayer bercorak
analitis yang mengikuti alur pemikiran Moore dan Russel yang disintetiskan
dengan alur pikir logika.[5] Corak epistemologi Ayer
adalah Realisme.
Epistemologi
bagi Ayer menghadapi tiga masalah pokok yaitu :
- Definisi
pengetahuan
- Jenis proposisi
yang diketahui sebagai benar
- Menjelaskan
bagaimana proposisi itu dapat diketahui benar dan bernilai benar.[6]
Persoalan epistemologinya berasas pada alur pikir
logika. Hal ini sesuai dengan pendapat Ayer yang dikutip oleh Mintaredja (2003)
bahwa setiap proposisi itu bernilai benar atau salah, dan mengatakan bahwa
sebuah kalimat itu mengungkapkan apa yang benar atau yang salah berati akan
mengatakan bahwa kalimat tersebut bermakna secara harfiah.[7]
Menurut Ayer, proposisi merupakan
pengungkapan yang berupa pernyataan tentang pengetahuan benar atau salah. Bagi
Ayer, pengetahuan bukan sekedar hasil dari kesadaran dan aktivitas inderawi dan
aktivitas mengenal.[8]
Pengetahuan menurutnya adalah pengetahuan tentang sesuatu itu bila pengetahuan
itu melibatkan putusan sadar.
Persepsi bagi Ayer adalah menyesatkan
atau delusive. Pengalaman perseptual atau sense-data suatu pengetahuan
empirik tidak memiliki basis pengetahuan logis.[9] Akan tetapi, pengetahuan empirik
berasal dari objek yang nyata adanya. Objek itu harus sesuatu yang ada sekarang
yang merupakan hasil dari pengalaman indera. Dengan demikian proposisi menurut
Ayer dapat berbentuk experiental proposition. Proposisi ini merupakan
hasil deduksi dari pengalaman masa lampau. Proposisi ini merupakan putusan
langsung tentang adanya objek yang langsung demikian adanya (immediatley
given).
Kata “given” di pinjam Ayer dari
Rudolf Carnap. Carnap yang menyatakan given sebagai primitive data yang
secara langsung menyajikan penginderaan dan perasaan paling sederhana, seperti
misalnya gestalt (bentuk) parsial dari bidang inderawi. Tapi bagi Ayer
penalaran Carnap itu mengandung kekhilafan. Menurut Ayer, given merupakan
‘sesuatu tertentu apa adanya’ untuk diungkap sebagai apa yang dapat diamati.
Sesuatu yang dirumuskan dalam bahasa yang tampak yang dapat diobservasi disebut
‘covention’. Konvensi dapat diartikan sebagai sesuatu yang melekat pada suatu
penggunaan bahasa yang mengungkap “sense-data” hingga memiliki nilai benar.[10] Dengan hal ini sense-data
dapat didefinisikan tetapi sifat-sifat itu tidak semata diungkap dalam aturan
bahasa karena given merupakan ‘alam bidang inderawi’ yang harus diambil
putusannya.
Menurut Ayer, segala sesuatu yang
dapat dipahami bila hal tersebut nyata adanya. Hal ini berdasarkan sense-data dapat
dialami tanpa perlu memperhatikannya, hingga objek given dapat dikatakan
sebagai objek-aktual. Hakikat objek given adalah akumulasi pengalaman masa
lampau tentang objek yang memiliki sifat
tertentu yang merupakan sesuatu yang dapat diamati secara aktual yang nilai
benarnya ditentukan secara konvensi.[11] Dengan kata lain, objek
given akan dinyatakan benar bila situasi tersebut memang demikian adanya.
Common sense dalam pemahaman Ayer
adalah pemahaman sederhana terhadap objek given yang aktual. Pemahaman
sederhana dapat dijadikan sebagai bahan pengamatan objek yang lebih luas dan
kompleks. Ini dikarenakan objek given telah diungkap dengan mengikuti ‘rule of
language’ hingga nilai benar given tidak diragukan.[12]
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pemikiran epistemologi Ayer yang bersifat Realisme,
menolak adanya pranggapan metafisis karena Ayer bertitik tolak dari filsafat
logika. Pengetahuan menurut Ayer di dapat dengan putusan sadar yang di mana itu
nyata adanya (really given). Sesuatu hal dapat dikatakan sebagai pengetahuan
bila objek yang diamati itu merupakan hasil dari pengalaman indera.
[1] Dalam website http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://plato.stanford.edu/entries/ayer/&sa=X&oi
[2] Bartens, 2002. hal.33
[3] Ayer dalam Mintaredja, 2003. hal.76
[4] “Pernyataan metafisis
menurut saya atas istilah tersebut, yang disingkirkan juga oleh para penganut empirisme
kolot bahwa pernyataan itu tidak bermakna secara harfiah jika pernyataan
tersebut tidak memberikan apa yang dapat dialami adalah yang harus merupakan
sesuatu dengan jenis yang sama secara aktual dialami.” Ayer dalam Mintaredja,
2003. hal.77
[5] Logika yang dipakai sebagai landasan pikir adalah logika
positivisme sebagaimana yang dikembangkan oleh Lingkungan Wina. Mintaredja,
2003. hal.79
[6] Ayer dalam Mintaredja, 2003. hal.79
[7] Mintaredja, 2003. hal.80
[8] Ayer dalam Mintaredja, 2003. hal.80
[9] Ibid. hal.80
[10] Mintaredja, 2003. hal.81
[11] Mintaredja, 2003. hal.82
[12] Ibid. hal.82
Custom Search