Jumat, 22 Mei 2009

Justifikasi Epistemologis

A. Evidensi
Evidensi adalah ‘cara bagaimana ada atau kenyataan hadir bagi saya’ atau ‘perwujudan dari ada bagi akal’. Konsekuensi dari pengertian ini adalah bahwa evidensi sangatlah bervariasi. Akibat lebih lanjut adalah persetujuan yang dijamin oleh kehadiran ada yang bervariasi ini juga akan bervariasi pula.
Hanya evidensi yang menjamin suatu tanggapan kognitif baik kepastian/pendapat. Perbedaan antara karakter alam yang bersifat deterministik dan karakter manusia yang bersifat “bebas” tentu membentuk pola kepastian yang berbeda.
Evidensi dari perilaku manusia tentu berbeda dengan hal yang semata-mata bersifat fisik, sebab kepastian manusia adalah bersifat hipotesis. Hal itu karena kelakuan manusia itu bersifat bebas, sehingga bisa menyimpang dari aturan. Tindakan yang tidak terdapat dalam sifat evidensial dari keyakinan kita adalah ‘khasanah pendapat’, bukan ‘kepastian’, ia meliputi: arena sosial, politik, cultural, dan interpersonal.
B. Kepastian
Kepastian (persetujuan akal yang dijamin oleh evidensi memadai) dasar ini memuat kebenaran dasar atau disebut kebenaran primer. Termasuk dalam kebenaran primer:
1. adanya kepastian mengenai subyek dan aktivitas kognitifnya.
2. adanya kepastian mengenai objek.
3. dapat diungkpkannya:
a. principle of identity
b. principle of noncontradicion
c. principle of negation
d. principle of causality
e. principle of sufficient of reason
f. hubungan antara essence, action, dan substance
g. adanya potential dan actius

Prinsip-prinsip pertama adalah “suatu yang darinyasesuatu yang lain berasal”. Apa yang berasal dari prinsip-prinsip tersebut adalah pikiran sendiri..(Hadi,1994:98).
Prinsip Alasan Memadai: Apa yang dinyatakan hanyalah bahwa pikiran harus menangkap suatu dasar memadai bagi fakta bahwa sesuatu ada.
Prinsip Penyebaban Efisien: Prinsip yang menyatakan bahwa setiap pengada kontingen mengandaikan adanya alasan memadai “dari luar” bagi adanya.

Jenis-jenis Kepastian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kepastian Manusiawi: bertumpu pada kodrat manusia yang merdeka.
b. Kepastian Alami: bertumpu pada tingkah laku benda-benda (yg biasanya tdk menyeleweng).
c. Kepastian Metafisik: Kepastian ini sifatnya mutlak, karena penyimpangan dan pengingkaran terhadap kepastian metafisik akan berakibat kontradiksi intelektual terhadap diri sendiri.

Simpulan
a. Tindakan kita sebagian besar didasarkan pada pendapat, bukan pada kepastian.
b. Area pendapat meliputi arena sosial, politik, ekonomi, dan interpersonal.
c. Seorang fanatik meyakini pendapatnya sebagai kepastian dan menganggap di luarnya sbg kurang pasti.
d. Tindakan “melengkapi” sst yg tidak terdapat sifat evidensi yi: pendapat (non kepastian


C. Keraguan (penundaan pendapat)
Keraguan ialah sikap yang mempertanyakan kepastian mengenai kebenaran. Ada dua aliran yang mempertanyakan kepastian mengenai adanya kebenaran. Keduanya dapat dianggap sebagai aliran yang memasalahkan, meragukan, dan mempertanyakan kebenaran dan adanya kebenaran. Aliran tersebut ialah:
1. Skeptisisme-Doktriner ialah berkeyakinan bahwa pengetahuan dan kebenaran itu tidak ada, yang kurang ektrem mengtakan sesungguhnya tidak ada cara untuk mengetahui bahwa kita mempunyai pengetahuan. Dalam perkembangannya skeptisisme ini berkembang menjadi dua aliran yakni, skeptisime subjektif dan skeptisime objektif. Skeptisisme subjektif adalah paham yang meragukan eksistensi dirinya. Sedangkan skeptisisme-objektif menerima kepastian-kepastian praktis saja dan menolak adanya kepastian-kepastian intelektual mendasar.
2. Skeptisisme-Metodik menyatakan bahwa pengatahuan dan kebanaran ada tetapi tidak sebagai doktrin, melainkan sebagai metoda untuk menemukan kebenaran dan kepastian. Pendirian itu biasanya didasarkan atas dua unsure, yaitu: (1) kenisbian pengindraan; (Skeptisisme Nisbi: tidak meragukan segalanya secara menyeluruh) dan (2) adanya kesepakatan yang sesungguhnya mengenai apa yang merupakan halnya dan yang bukan merupakan halnya.
Skeptisisme_Metodik ialah merupakan jalan untuk menemukan kepastian kebenaran. diperkenalkan oleh Descartes. Ia mulai dengan mempersoalkan secara sistematis segala sesuatu yang ia ketahui. Dan sikap skeptisisme seperti ini merupakan bagian hakiki dari awal penyelidikan filsafati. Tetapi, skeptisisme yang dianut Descartes diterima sebagai metoda. Ia sendiri tidak memaksudkannya sebagai hasil akhir dari penyelidikannya.

SEMILOKA ETIKA POLITIK IV

-->
1. Kebijakan Politik Berbasis Etika oleh Dr. Abdul Gaffar Karim (Pakar Ilmu Politik UGM)
Pembahasan sesi kedua ini diawali dengan uraian bahwa ada tiga hal penting tentang etika khususnya etika yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan politik. Hal yang selalu menjadi persoalan-persoalan penting: Adpakah rambu-rambu utama dalam penyelenggaraan politik dan pemerintahan? Karena kalu kita lihat ragam jenis pemerintahan itu sangat luas, berbeda-beda antara satu Negara dengan Negara yang lain. Sehingga kita sering ingin mencari tahu dari ragam sistem politik itu adakah basis berfikir yang sama yang bersifat universal yang bisa diterima oleh semua kalangan. Kalau ada, Bisakah rambu-rambu utama itu diterima dan diterapkan secara universal? Misalnaya rambu yang diterima di Amerika Serikat, bisakah itu diterima di Indonesia? Kalau rambu-rambu yang diharapkan bersifat universal maka rambu-rambu itu harus bersifat dasar yang bisa diinterperetasikan secara luas, bukan hanya rambu-rambu yang bersifat ideologis karena bila hanya berisifat ideologis berbeda antara satu Negara dengan Negara yang lain. Ideologi yang diterima di negara tertentu bisa jadi tidak di terima di negara lain. Ideologi sangat beragam, misalnya kapitalistik dan sosialistik atau mungkin ideologi berbasis agama yang diterima di suatu tempat tetapi tidak diterima di tempat lain. Oleh karena itu yang penting kita tanyakan adalah apa yang disetujui semua orang? yang ditaruh dimanapun akan diterima sebagai dasar berfikir semua orang.
Pertanyaan kedua adalah kemana kita akan mencari rambu yang bersifat universal itu?
Merujuk pada salah satu penjelasan Negara terbentuk, penjelasan yang mudah diterima adalah penjelasan kontrak sosial yang mengatakan ada perjanjian paling awal antara ‘negara’ dan ‘masyarakat’. Orang secara individu memberikan sebagian kebebasannya kepada Negara dan kehendak kepada Negara itu untuk melakukan penataan terhadap kehidupan bersama ada institusi besar yang mengawal kepentingan-kepentingan individual itu menjadi kepentingan bersama. Disitulah kita harus mencari rambu dasarnya pada titik awal terjadinya Negara. Apa dasar pijakan etika kebijakan politik?
Apakah substansi perjanjian itu? Ada dua hal: pertama, Terciptanya tatanan dan ketertiban dalam masyarakat. Ada sesuatu yang ditaati bersama, yang menjadi kerangka masyarakat bertindak. Kedua, tujuan perjanjian itu adalah terwujudnya kesejahteraan dalam makna luas. Uang harus bermakna untuk membuat hidup lebih baik. Semboyan di Jawa, pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang mampu mewujudkan tata-titi-tentrem kertoraharjo gemah ripah loh Jinawi. Kedua hal itu diasumsikan sebagai salah satu dasar utama pembentukan etika bernegara.
Oleh karena itu ketika kita berbicara pada kebijakan politik berbasis etika, ada hal utama: pertama adalah penciptaan tatanan yang diketahui dan disepakati bersama oleh masyarakat. Kedua, kejelasan dan penegakan hukum. Inilah yang menjadi problematika Negara kita yaitu penegakkan hukum. setelah Negara sudah bisa mewujudkan tatanan politik dan kebijakkan hukum maka yang tidak kalah penting adalah memfasilitasi sendi utama kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Disepakati masyarakat modern bahwa ada dua aspek utama yang akan membuat masyarakat sejahtera yaitu kebijakan Pendidikan dan kebijakan kesehatan. Tanpa ada kebijakan pendidikan yang baku Negara itu akan terpuruk dalam persoalan kemiskinan. Indonesia tertinggal karena pelaksanaan kebijakan pendidikan masih sangat tebatas. Kebijakan kesehatan juga sangat penting; puskesmas yang bagus, rumah sakit daerah yang memadai itu lebih diprioritaskan daripada aspek-aspek fisik.
Kesimpulannya Indikator pemerintahan dengan kebijakan berbasis etika:
Pertama, Terjaganya tatanan sosial, keteraturan, penegakan hukum. Kedua, Tingkat pendidikan masyarakat membaik secara konsisten. Ketiga, Kesehatan masyarakat terjaga. Tanpa hal-hal tesebut maka bisa dikatakan bahwa kebijakan etika politik belum bisa berjalan. Apalagi kalau kebijakan yang dibuat justru menimbulkanm masalah tatanan sosial. Ketika kebijakan publik dibuat dengan tidak memperhatikan kepentingan rakyat maka sangat mungkin akan menibulkan pergolakan-pergolakan sosial. Indikator itu bisa kita lihat ketika tercipta tatanan, tercipta ketertiban, tercipta penegakan hukum secara institusi. Tidak ada yang kebal hukum, above the law. Indikator kedua adaah tingkat pendidikan masyarakat yang diperbaiki secara konsisten dan terus-menerus. Sayangnya para politisi kita suka mebuat kebijakan yang bisa terukur secara fisik. Yang terakhir, Indikator pemerintahan berbasis etika adalah ketika ada politisi yang sungguh-sungguh menjaga kesehatan masyarakat, ketika fasilitas kesehatan yang mendasar bisa digratiskan, ketika masyarakat tidak perlu lagi bingung dengan jumlah dokter dibandingkan dengan jumlah masyarakat.

SEMILOKA ETIKA POLITIK III

B. Dimensi Etik dalam Politik oleh Narasumber Dr. Haryatmoko (Pakar Etika Politik)
Pemaparan materi yang berjudul “Pemilu, Politik uang dan Kekuasaan” mempunyai objek kajian tentang perubahan sosial politik yang akktual secara global.
Dimulai dengan sebuah cerita: disebuah perpustakaan universitas ada seorang mahasiswa yang akan meminjam buku, judulnya: ‘politisi, kejujuran dan tanggungjawab moral’. Lalu dia bertanya kepada petugas yang kebetulan baru saja magang: ‘saya tidak menemukan di bagian rak etika dan moral, di bagian politik juga tidak ketemu’. Lalu petugas itu menjawab: ‘cari aja di tingkat dua, di bagian science fiction’. Jadi apakah etika dalam politik itu hanya sebuah ‘science fiction’? Apakah etika politik hanya suatu wacana yang indah? Sehingga itu bagus untuk dibicarakan tetapi hanya untuk legitimasi, acara-acara di berita-berita atau pers conference.
Tekanan dari model kapitalisme sebagai model budaya baru ini juga berpengaruh terhadap sikap atau etika politik itu sendiri. Oleh karenanya judul yang dipilih adalah ‘adakah peluang bagi etika politik dalam pemilu, politik, uang dan kekuasaan?’. Ada seorang caleg di Jawa Barat. Dia sudah mulai enam bulan yang lalu pindah rumah didaerah konstituennya. Pertanyaan yang sering muncul di daerah konstituennya itu selalu: amplopnya mana mbak? dan saat itu memang saat yang ia tunggu-tunggu. Pada saat itu juga ia mengatakan kepada mereka: ‘kalau saya memberi amplop kepada anda, tahukah anda kalau saya nanti terpilih menjadi wakil anda saya harus berusaha mencari ganti apa yang telah saya berikan kepada anda’. Lalu pada saat itu terdi dialog menarik dan sejak saat itu dia mulai bisa dekat dengan mereka tanpa memberikan uang. Dia juga mengatakan: ‘seandainya saya nanti tidak terpilih maka tidak ada kerugian bagi saya’. Dapat diambil hikmahnya bahwa dengan adanya saling berkomunikasi ternyata ada jalan untuk ke arah apa yang disebut etika politik itu. Maka kita akan melihatnya dalam kerangka seperti ini: jika demokrasi itu mau efektif maka arahnya harus sampai pada pemecahan masalah keadilan. Hal yang konkrit yaitu isu-isu konkrit yang menjadi masalah masyarakat mengenai masalah penyediaan lapangan kerja, melawan pengangguran, kolusi dan juga masalah keterwakilan. Kita nantinya bisa melihat ketika kampanye pemilu ini apakah isu-isu masyarakat sungguh-sungguh menjadi suatu wacana yang dicoba ditawarkan bukan hanya ‘asalkan mereka memilih saya’.
Di bagian tengah ditulis, Masyarakat memiliki alternatif riil dalam politik & ekonomi dan juga menjaga keseimbangan antara pola partisipasi & pemberdayaan institusi-institusi sosial. Kita harus menyadari realisme dalam hal ekonomi saat ini ikut memilih menjadi suatu struktur pemaknaan yang tengah. Michel Fouchault mengatakan ‘legistimete’. Jadi struktur pemaknaan itu saat ini apa-apa diukur dengan uang. Ada bapak yang punya anak yang sudah punya pacar bertanya: “pacarmu kuliah di mana?”. Jawab anaknya: “Di sastra jawa”. Bapaknya berkata: ‘Wah kelihatannya tidak cocok dengan kriteria papa, kalau kedokteran itu baru cocok’. Ini membuktikan bahwa segalanya diukur dengan uang bahkan dalam agama sekalipun. Suatu hari ada seorang janda kaya raya yang kucingnya meninggal lalu meminta agar kucingnya dikubur oleh pastur, ‘pastur kalau bisa datanglah ke rumah saya menguburkan kucing saya’. Pastur berkata: ‘orang saja saya tidak sempat apalagi kucing’. Janda itu berkata: ‘padahal saya sudah berjanji kalau kucing saya anda kubur saya akan menyumbang uang untuk gereja sebesar 10 ribu dolar”. Pastur menjawab:’kok tidak bilang dari tadi?’. Ini membuktikan bahwa ekonomi menjadi struktur pemaknaan dominan yang sering disebut logika waktu pendek sehingga mengubah kapitalisme. Semua rencana jangka panjang sekarang itu dibatalkan oleh logika waktu pendek karena masalah kepentingan finansial. Rencana jangka panjang karena krisis global baru-baru ini akhirnya direvisi. Kita mengalami sekarang beasiswa-beasiswa dari Amerika banyak yang dipotong dan dibatalkan. dalam hitungan detik suatu pabrik bisa kolebs dan bisa menarik atau memindahkan saham ketempat yang lain karena dipengaruhi uang. Di situ institusi-institusi akan terguncang, hancur atau menyesuaikan dengan kapitalisme global.
Maka persaingan demi efisiensi lalu menjadi terasa mengakibatkan adanya kekerasan struktural. Sistem membuat kita saling bersaing dan saling bermusuhan. Penghancuran struktur-struktur kolektif. Misalnya, Hp sangat mempermudah aktifitas, tetapi kelemahanya adalah perlindungan struktur politik dan perlindungan keluarga menjadi lemah. Kapitalisme mengubah institusi-institusi teratur termasuk norma-normanya. Contohnya adalah ketidakberdayaan kita akan struktur pemaknaan ekonomi. Kita saat ini banyak yang tidak merasa dirugikan dengan sistem politik dan ekonomi yang ada. Kita tidak protes karena kita tidak tahu kalau dirugikan. Model etika politik adalah mengkritisi sistem yang sedang berlaku apakah adil, menguntungkan dan atau merugikan siapa? Ini menjadi concern etika politik supaya etika politik menjadi yang relevan dengan situasi sekarang. Jadi etika politik tidak sekedar untuk melawan sesuatu tetapi juga untuk membongkar bentuk ketidakadlian bahkan ketidakadilan yang tersembunyi.
Etika politik merupakan tujuan hidup baik bersama orang lain dalam rangka memperluas kebebasan dan membangun institusi-institusi yang adil. Maka ada tiga aspek etika politik: 1. polity (produk-produk politik), policy (akuntanbilitas atau kejelasan politik), politics (kualitas). Maka aspek dari pembangunan institusi-institusi yang adil itu ada pada aspek sarana yaitu polity. Di sini nanti kita akan bekerja banyak dengan norma-norma dan produk-produk hukum, UU, dan juga aturan-aturan. Di situ etika politik menjadi sungguh-sungguh menantang dan sungguh-sungguh menjadi panggilan bagi para calon legeslatif. Jika kita mau melihat dari masing-masing aspeknya yaitu: policy, aspeknya adalah akuntabilitas dan kejelasan dari suatu visi dan yang berkaitan dengan politics. Sering kali orang hanya beranggapan etika politik hanya berkaitan dengan politics/ politikus. Kita harus memperhatikan juga aspek polity-nya. Ini berarti tidak cukup hanya menjadi orang jujur karena bisa saja terjerumus kedalam sistem politik yang ada. Prinsip-prinsip disini membantu memperbaiki institusi-institusi supaya lebih adil dan kita diajak untuk mengkritisi produk undang-undang apakah itu semakin membawa kepada suatu institusi lebih adil atau semakin memperluas kebebasan atau mempersempit kebebasan. Ini berkaitan dengan kualitas dari institusi atau aksi dari suatu kelompok dan sebagainya. Jika kita melihat ekonomi sebagai suatu struktur pemaknaan kita, SDM harus dibangun, insfrastruktur diperbaiki, metode pendidikan ditingkatkan. Semua harus membuat inovasi agar ada performance ekononomi. Tuntutan ini menciptakan struktur kesibukan yang tidak stabil. Masyarakat hanya mengenal satu pola hubungan, yaitu persaingan. Pertarungan ini cenderung tidak ada yang menengahi.
Logika Waktu Pendek Mengubah Kapitalisme. Semua institusi berusaha menarik kapital dengan cara apapun. Visi jangka panjang akan dipertanyakan karena perubahan-perubahan mendadak seperti ini. Pertama, Teknik informasi menjamin mobilitas modal tinggi. Modal bisa pindah dengan mudah. Kedua, Kapital tak sabar mengubah semua institusi agar bisa menarik pemodal. Ketiga, Kapitalisme pasar uang menggagalkan visi jangka panjang negara demi performance jangka pendek (sirkulasi cepat kapital & transaksi ekonomi).
Adanya Pengawasan Panoptik. Manajemen pengawasan diorganisir dengan cara: Kelompok-kelompok kerja dibuat otonom, Otonomi itu berupa pasar internal. Kemudian diciptakan suasana persaingan antar kelompok-kelompok tersebut dalam hal: men-design produk, mencari uang, pasar. Sistem membuat kita saling bersaing dan melaporkan. Akibatnya: stres tinggi, gelisah, kolega dianggap pesaing yang mengancam, solidaritas melemah. Semua itu terjadi di mana-ana di semua institusi. Jangan menyalahkan teman anda karena sistem yang menyetir anda.
Ancaman Permanen
• 1. Perusahaan ditutup atau delokalisasi
• 2. Ketakutan terkena PHK
• 3. Otomatisasi (komputerisasi)
• 4. Pasokan pekerja global
• 5. Skill extinction (selama bekerja butuh tiga kali belajar atau latihan kembali)
• 6. Reorganisasi perusahaan atau lembaga
Bahayanya, perasaan terpinggir dan emosi sosial. Pertama, Keterpinggiran membuat diam dan tidak mampu merumuskan bantuan macam apa. Kedua, Lembaga publik tidak siap menghadapi masalah pengangguran. Ketiga, Suasana persaingan semakin menumbuhkan perasaan ketidakadilan yang mengakibatkan polarisasi dalam kelas. Lalu Rasa ketidakadilan menyebabkan orang tertutup & perasaan tidak aman pada setiap orang sehingga merasa-tak-berguna. Perasaan tidak berguna tersebut mudah berubah menjadi kemarahan dan kebencian kemudian menimbulkan emosi sosial. Disinilah nantinya akan mucul kebencian.
Dorongan untuk bersaing dan Task-Oriented mengakibatkan tiga defisit struktural. Pertama, Rendahnya loyalitas kepada lembaga. Kedua, Berkurangnya kepercayaan di antara sesama kolega (pergantian tim, persaingan). Ketiga, Melemahnya pengetahuan/ keterampilan institusional sehingga prosedur=prosedur tidak banyak yang tahu.
Semakin miskinnya kapital sosial yaitu trust dan loyalitas. Kita harus melihat bahwa ideology tidak lagi dapat memberi janji. Struktur sosial cenderung kehilangan kewenangannya, ideologi besar tidak mampu memberi janji, proyek sejarah tidak bisa memobilisasi masyarakat, arena sosial menjadi perpanjangan lingkup privat. Maka tidak mengherankan jika ada parpol yang sangat kuat dalam agama dan ideology tetapi tidak besar. Hal tersebut karena masyarakat lebih diarahkan pada pasar dan masyarakat konsumeris. Sekarang ini yang dipentingkan adalah bagaimana politik bisa memberikan suatu bentuk pencitraan tokoh, gagasan politik program dan model-model itu.
Demokrasi mengikuti Logika Pasar. Demokrasi diarahkan oleh pasar sehingga memperlakukan warga negara seperti konsumen politik yang ditekan untuk membeli. Pembelian tergantung pada pencitraan dan pasar. Trik-trik merayu seperti iklan digunakan untuk memasarkan tokoh, gagasan politik dan program. Versi politik megastore menekan demokrasi lokal, tetapi memungkinkan fantasi warga; menurunkan substansi politik, tetapi merangsang imajinasi perubahan.
Karena masyarakat konsumeris maka konsumen memberi barang karena manfaat. Nanti dalam politik juga tidak akan stabil. Mengkonsumsi merupakan cara hidup. Lalu demokrasi yang efektif yang bagaimana? Kita harus membangun pada pembangunan dari isu-isu yang riil dari masyarakat. Partisipasi dan korupsi itu ada hubungannya. Kita dihadapkan antara korupsi dengan pengaruh pasar. Hal yang kita hadapi dalam pemilu nanti beberapa bahayanya yaitu politik uang dan kampanye terselubung, pemberian makanan, pakaian dan obat-obatan serta pembangunan insfrastruktur menjelang pemilu tentunya akan mendongkrak partai yang sedang berkuasa. Beberapa kecurangan yang mungkin adalah memilih dua kali memasukan kertas-kertas suara, menggunakan nama yang berbeda, mendaftarkan orang yang telah mati, menafikan kelompok yang ditengarai tidak berpihak jadi tidak di daftar menjadi calon pemilih, manipulasi ketika perhitungan suara yang pengawasannya tidak mudah.

SEMILOKA “TINJAUAN ETIKA POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009” I

1. Pembukaan dan sambutan ketua panitia oleh Ridwan Ahmad Sukri, M.Hum
Pada kesempatan ini Bapak Ridwan mengemukakan bahwa acara semiloka yang dirancang sedemikian rupa ini dimaksudkan untuk mencari atau menghasilkan suatu rumusan yang menjadi salah satu sumbangsih bagi lahirnya pemimpin yang berkualitas, khususnya yang memiliki komitmen terhadap moral. Hal ini penting karena kita akan segera menghadapi moment yang sangat penting pula yaitu akan djavascript:void(0)iadakannya pemilihan legeslatif pada tanggal 9 April 2009 dan dilanjutkan dengan pemilihan presiden.
Sebelum menutup sambutannya, Bapak Ridwan mewakili panitia semiloka juga mengucapkan terima kasih kepada para pembicara, penyumbang makalah, dan Dekan Fakultas Filsafat UGM serta kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam acara semiloka ini.

2. Sambutan dari Dr. M. Mukhtasar Syamsuddin (dekan Fakultas Filsafat UGM)
Dalam Sambutan ini Bapak Mukhtasar menyampaikan bahwa saat ini Universitas Gadjah Mada sedang berkompetisi untuk meraih predikat Universitas kelas dunia. Dari pengalaman beberapa waktu belakangan ini kelihatan bahwa semua Universitas terkenal/ terkemuka di Dunia menggunakan strategi yang khas masing-masing untuk menjadi yang terbaik di dunia. UGM dalam keikutsertaannya untuk meraih predikat Universitas kelas dunia itu tidak pernah lepas dari komitmennya dengan tetap menjadi universitas kerakyatan. Komitmen kerakyatan atau komitmen kebangsaannya inilah yang menjadi ciri khas dari UGM. Sebagai salah satu unit kerja, Fakultas Filsafat dibawah UGM juga memberikan suatu peran untuk bisa ikut aktif di dalam mengupayakan bagaimana caranya supaya UGM bisa tampil berkompetisi di tingkat dunia. Dan disinilah kita mempertahankan dan meningkatkan komitmen itu, Fakultas Filsafat bisa berkontribusi. Salah satu kontrubusi itu direalisasikan dengan dilaksanakannya sebuah semiloka. Ini sebagai salah satu wujud yang diupayakan UGM agar dalam mengejar predikat Universitas kelas dunia tidak tercerabut dari akar kultural bangsa. Diselenggarakannya Semiloka ‘Etika Politik Menyongsong Pemilu 2009’ ini diharapkan Fakultas Filsafat bisa memberikan suatu kontribusi dalam kehidupan politik bangsa kita sekarang ini. Kontribusi dalam Etika politik bisa kita mulai dengan menyaksikan dan mendengarkan ceramah-ceramah yanga kita diskusikan ini. Ada sebuah analogi terkenal: “Janganlah kamu berfikir apa yang negara akan berikan kepadamu, tetapi fikirkanlah apa yang kamu akan berikan kepada Negara”. Tidak selesai sampai disitu, kita juga harus mengupayakan bagaimana caranya memberikan sesuatu itu kepada Negara. Di sinilah masuk ke dalam konteks etika politik itu. Banyak diktum-diktum politik yang bisa dilihat dan ditinjau agar kita bisa mengupayakan untuk memberikan sesuatu kepada Negara. Dalam konteks etika politik adalah bagaimana kita mewujudkan apa yang dapat kita sumbangkan kepada Negara itu. Pakar-pakar yang hadir di sini diharapkan bisa memberikan jawaban kepada kita sekalian bagaimana kita bisa memberikan “apa” itu yang bisa kita kontribusikan kepada Negara dalam mozaik etika yang sudah didekati secara bersama-sama secara akademis kemudian diupayakan agar bisa terealisasi dikancah kehidupan politik bangsa. Itulah yang ingin disumbangkan secara institusional dari fakultas Filsafat. Minimalnya sumbangan pemikiran bagi perkembangan etika politik yang sehat.

Kamis, 21 Mei 2009

DO YOU KNOW?

-->
Computer
Who made the first computer? More than 150 years ago, an English mathematician named Charles Babbage began to build the first computer. He called it the analytical engine. But he was not able to finish his project. His dream of building a computer had come to early. Some of the parts needed for his machine had not been invented.
For many years, scientists studied. Mr. Babbage’s plans ideas. Then, in early 1940’s, an American named Howard Aiken built the first modern electric-powered computer. It was named Mark I. but Mr. Aiken nicknamed it “Babbage’s dream is come true”. Mark I was huge and noisy. It was 13.7 m long, 2.4 m high, and had a million different parts. It could only do two edition problems per second.
Today’s computers are much quitter and smaller than those early machines. They also work much faster. Some can do more than million mats problems in a single second I with computers you can play your favorite computer game, draw a picture, or learn mats facts. Computers have changed our life!

KROMOSOM X

3.1.1 Struktur DNA
Bagian terbesar dari DNA terdapat di dalam kromosom. Sedikit DNA terdapat juga di dalam organel seperti Mitokandria dari tumbuhan dan hewan, dapat juga dalam klomplast dari ganggang dan tumbuhan tingkat tinggi. Ada perbedaan nyata antara DNA yang terdapat di dalam kromosom dan didalam mitokandria maupun kloraplast. DNA didalam mitokandria dan klomplast tidak ada hubungannya dengan protein instant dan bentuk molekulnya bulat seperti yang terdapat pada bakteri dan ganggang biru. Sel tumbuhan dan sel hewan mengandung kira-kira 1000 kali lebih banyak DNA dari pada yang dimiliki sel bakteri (gambar 2 – 3)

Asam nukleat tersusun atas nukleatida, yang bila terurai terdiri dari gula, pastpat dan basa yang mengandung nitrogen, karena banyaknya nu kleatida yang menyusun molekul DNA, maka molekul DNA merupakan suatu polinukleatida.
1. Gula, molekul gula yang menyusun DNA adalah sebuah pentosa, yaitu deoksiribosa (gambar 2 – 4)
2. Pospat. Molekul pospatnya berupa Po4
3. Basa, Basa nitrogen yang menyusun molekul DNA adalah kelompok pirimidin dan kelompok durin.

a. Kelompok pirimidin. Kelompok ini dibedakan atas basa :
- Sitosin (S)
- Timin (T)
b. Kelompok purin. Kelompok ini dibedakan atas basa
- A denin (A)
- Guanin (S)
Dalam tahun 1953 watson dan crick mengemukakan bahwa kebanyakan molekul DNA mempunyai bentuk sebagai pita spirl dobel yang saling berpilin (“double helix”)

Deretan gula deoksiribosa dan pospat menyusun pita spirat dan merupakan tulang punggung (‘back – bone’) dari molekul DNA. Basa nitrogen berhubungan dengan gula.

Berdasarkan molekul DNA dari Watsin – Ceick, maka satu spiral penuh (3060) mengadung 10 basa, sedangkan jarak antara satu basa dengan basa yang lainny ialah 3,4 A (1 A = 0,000 (micron). Jadi sebuah pita spriral dalam “double helix” membuat satu sporal penuh setiap 34 A. lebar molekul DNA sepanjang “double helix” dsalah tetap yaitu 20 A ( gambar 2 – 7).

Dalam deretan nukleotida, pospat terletak diantara dua molekul gula sedemikian rupa, sehingga pospat itu terikat pada 30 C dan suatu molekul gula dan pada 50 C dari molekul gula berikutnya (gambar 2 – 8). Persenyawan pospat ini dikenal sebagai persenyawanan ester kovalen, sehingga amat kuat. Setelah tulang punggung gula pospat terbentuk, maka basa menduduki tempat tetap. Sebuah pita dan pita pasangannya dalam “double helix” mempunyai arah yang berlawanan.

Deretan nukleotida juga disebut ikatan asam fosfat gula basa atau dekasiribonukleatida yang terdiri 4 macam yaitu :
1. adenasin deosiribonukleatida
2. guanosin deoksiribonukleatida
3. sitidin deoksirikleotida
4. timidin deoksirikleotida
jika nukleotida-nukleotida itu membentuk rangkaian, maka disebut polinukleotida. Contohnya dua utas polinukleotida yang saling berpilin. (double helix)

basa-basa pada utas yang satu memiliki pasangan tetap dengan basa-basa pada utas yang lain. Basa A selalu berhubungan dengan basa T. Sedangkan basa G selalu berpasangan dengan basa C. Kedua basa itu dihubungan dengan ikatan hidrogem. Dengan demikian, utas polinukleotida yang satui merupakan komplemen dari utas polinukleotida yang lain. Dengan kata lain kedua polinukleotida pada suatu DNA saling komplemen.

KROMOSOM IX

-->
1. percobaan Hersey-chase
Hersey-chase pada tahun 1950 memperlihatkan bahwa informasi genetic dari virus terdapat di dalam AND. Virus adalah makhluk hidup yang paling kecil.
Hersey-chase menggunakan virus bagteriofag T2 atau disingkat fag T2. tiap fag terdiri dari bagian kepala dan bagian ekor. Di bagian kepala terdapat AND. Bagteriofag T2 terdiri dari kira-kira 50% AND dan kira-kira 50% protein. Semua bakteriofag T2 memperbanyak diri didalam sel bakteri Eschericia coli.
Inti dari percobaan Hersey-chase ialah bahwa AND itu mengandung fosfor tetapi tidak mengandung belerang, sedangkan protein mengandung belerang tetapi tidak mengandung fosfor.
Harse dan Chase melakukan dua percobaan yaitu :
a. selubung protein dari bakteri afag T2 diberi belerang radio aktif 35 S.
b. ADN dari bakteriofag T2 diberi isotop radio aktif dari fasfor 32 P.
Apabila fag T2 dengan label 35 S dicampur dengan sel-sel E coli untuk kira-kira 10 menit dan kemudian dimasukkan ke dalam suatu alat untuk memisahkan (yaitu”blender”), maka dapat diketahui bahwa kebanyakan radioaktivitas (jadi proteinnya) dapat dilepaskan dari sel-sel tanpa mempengaruhi keturunan fag.
Akan tetapi apabila dipakai fag T2 yang AND nya di bari label 32P, maka dapat diketahui bahwa seluruh radioaktivitas terdapat di dalam sel-sel.
Ini menunjukkan bahwa AND dari virus masuk ke dalam sel hast (yaitu sel bakteri E.Coli), sedangkan selubung protein berada di luar sel.

Oleh karena keturunan di bentuk di dalam sel bakteri, maka Harsey dan Chase membuktikan bahwa informasi genetic yang mempengaruhi pembentukan baik molekul ADN maupun selubung protein dari keturunan virus harus terdapat di dalam ADN induk.
Gambar 2 – 1. A. Morfologi dari Bakteriofag T2 secara skematis. AND yang terdapat di dalam bagian kepala sengaja dikeluarkan agar supaya nampak jelas. B. infeksi dari Bakteriofag T2 ke dalam sel bakteri E. Coli AND Bakteriofag kelihatan sudah masuk ke dalam sel bakteri (1 oA = 1 Amstrong = 0,001 mikron)
Gambar 2 – 2. Percobaan Hershey – Chase yang menunjukkan bahwa AND adalah bahan genetic dalam Bakteriofag T2. sel bakteri Escherichia Coli diinfeksi oleh fag yang diberi label 32p. juga dilakukan percobaan dengan menggunakan fag yang proteinnya diberi label 35S. Hasilnya sangan berlainan. Keterangan dapat dibaca di dalam teks.

Google search

Custom Search